Sportif Dalam Kelas
Oleh Sastriviana Wahyu Swariningtyas*
Istilah sportif akrab kita
dengar ketika memperbincangkan sebuah pertandingan atau perlombaan. Sikap
sportif dapat dilihat bagaimana seseorang dapat menghargai dan menghormati
hasil dari sebuah pertandingan. Untuk menjadikan sikap sportif sebagai sebuah karakter
membutuhkan waktu yang tidak instan tetapi memerlukan sebuah proses yang
konsisten.
Akhir-akhir ini sportivitas
termasuk hal langka untuk dijumpai. Lihat saja bagaimana orang-orang dewasa
para supporter suatu tim sepak bola yang tidak mampu menerima kekalahan timnya
dengan membuat onar dan mengeluarkan kalimat buruk kepada tim pemenang.
Akhirnya sikap orang dewasa inilah yang sangat cepat diserap oleh otak
anak-anak ketika menerima kekalahan.
Pernah terjadi di sebuah
sekolah perseteruan antar kelas karena pihak yang kalah dalam permainan bola
tidak mau menerima kekalahannya. Berujung dengan saling ejek sampai perkelahian
fisik dan berbuntut panjang sampai di lingkungan luar sekolah. Hal-hal seperti
ini ternyata tidak hanya terjadi dalam sebuah permainan di luar kelas. Ternyata
kemampuan anak untuk menerima kegagalan atau kekalahan dalam berkompetisi di
dalam kelas pun menjadi masalah yang harus segera ditangani.
Salah satu cara menumbuhkan
sportivitas pada anak adalah dengan menerapkannya pula dalam
pelajaran-pelajaran di dalam kelas. Setiap guru pasti memiliki aturan-aturan
yang disepakati untuk dilaksanakan bersama agar kelas terkondisikan selama
proses pembelajaran. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat aturan
dalam kelas sejelas mungkin tidak perlu poin yang banyak, titik beratkan pada
substansial adab seorang pembelajar kepada guru dan akhlak kepada
teman-temannya.
Kedua, setelah anak-anak
memahami aturan yang sudah dibuat bersama maka ajaklah anak-anak untuk membuat
konsekuensi ketika aturan yang disepakati itu dilanggar. Konsekuensi ini
penting agar anak-anak belajar untuk berpikir sebelum bertindak dan konsisten
terhadap kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Ketiga, uji sportivitas
anak-anak dengan mengajak mereka berkompetisi menjawab pertanyaan dari materi
pelajaran yang sudah diajarkan. Hal ini dapat menjadi kesempatan seorang guru
untuk menanamkan sikap sportif. Motivasi anak bahwa yang menjadi nilai adalah
bukan hanya hasilnya tapi prosesnya. Bukan masalah menang atau kalah tapi
bagaimana anak mau melalui kompetisi itu dengan jujur dan menerima hasilnya
dengan lapang dada.
Keempat, berikanlah
kalimat-kalimat positif sebagai apresiasi kepada anak-anak yang mampu bersikap
sportif walaupun dia gagal menjawab pertanyaan. Karena menurut Wendy Grolnick,
professor psikologi menyebutkan bahwa anak-anak sulit menerima kekalahan karena
ini berkaitan dengan harga diri dan penerimaan orang lain. Oleh karena itu,
peran seorang guru di dalam kelas adalah mengingatkan kembali jika berkompetisi
bukan berarti fokus pada hasil akhir saja. Hargai apa yang telah mereka
upayakan untuk berprestasi.
Kelima, berikan teladan kepada
anak-anak bahwa guru mereka juga sportif dalam proses pembelajaran. Konsisten
dan tegas dalam memberikan konsekuensi kepada anak-anak yang melanggar. Ketika
anak-anak melihat bahwa gurunya tidak konsisten maka anak-anak pun akan dengan
mudah melanggar peraturan yang telah dibuat. Tegas untuk menyatakan kepada
anak-anak apabila yang diperbuatnya itu salah dan bagaimana seharusnya, serta
apresiasi anak-anak yang telah berbuat baik selama proses pembelajaran.
Terakhir yang tidak kalah
penting adalah bagaimana mengkomunikasikan penanaman sikap sportif anak kepada
orang tua. Tidak sedikit orang tua yang ingin anaknya selalu tampak hebat.
Ketika guru di sekolah sudah dengan tegas dan jelas menerapkan sikap sprotif
namun orang tua tidak menerapkannya, maka anak-anak akan sulit
menerima bagaimana seharusnya bersikap sportif.
Ketika sikap sportif ini sudah menghujam dalam dada anak-anak terpatri kuat
dalam pikirannya. Maka kelak ketika ia tumbuh menjadi orang dewasa ia akan
menjadi seseorang yang kuat untuk menerima setiap tantangan dan memiliki
ketahanan ketika menemui kegagalan.[] *yayan
*Penulis adalah Pendidik SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta
**SDIT
Hidayatullah menerima pendaftaran murid baru tahun ajaran 2014-2015. Info
pendaftaran 087738219070
Post a Comment