Oleh :Mahmud Thorif*
Hal-hal
yang menjadi kebiasan anak-anak lambat laun akan menjadi karakter anak itu sendiri.
Anak-anak yang dibiasakan bangun pagi, akan terbawa hingga ia dewasa. Anak-anak yang
dibiasakan tepat waktu akan terbawa hingga mereka dewasa.
Pun demikian dengan anak-anak yang biasa bangun siang, saat dewasa ia akan malas-malasan sekedar bangun pagi. Anak-anak yang bisa mengolor-olor waktu, itupun akan terbawa hingga mereka dewasa. Ia, kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi karakter. Karakter itulah yang melekat pada seseorang.
Pun demikian dengan anak-anak yang biasa bangun siang, saat dewasa ia akan malas-malasan sekedar bangun pagi. Anak-anak yang bisa mengolor-olor waktu, itupun akan terbawa hingga mereka dewasa. Ia, kebiasaan yang dilakukan terus menerus akan menjadi karakter. Karakter itulah yang melekat pada seseorang.
Tugas orang tua
di rumah dan guru di sekolah adalah menciptakan suasana dan pembiasaan positif.Kebiasan-kebiasan positif
yang dibangun dari rumah harus mendapat dukungan di sekolah, jika sudah dibangun di rumah namun sekolah tidak mendukung, maka akan memperlambat penanaman karakter bagimereka.
Pun
sebaliknya, jika di sekolah guru-guru dengan susah payah membangun karakter positif,
namun nol dukungan di rumah, hasilnya tidak akan maksimal. Di rumah dan di
sekolah harus selaras, harus sevisi, harus satu tujuan.Karena orang tua dan guru saling membutuhkan.
Saat
di rumah ditanamkan kejujuran, di
sekolahpun harus mengedepankan kejujuran. Perilaku-perilaku guru, pegawai, siswa,
dan semua penghuni sekolah harus menuju kesana. Tutur kata,
perilaku mereka harus mencerminkan kejujuran.
Akan hancur berkeping-keping, jika di rumah ditanamkan nilai-nilai kejujuran namun di sekolah saat guru atau yang lainya melihat anak-anak yang mencontek didiamkan begitusaja. Nilai kejujuran yang dibangun di rumah roboh, tentu untuk menegakkan kembali membutuhkan waktu yang tidaksebentar. Lama, bahkan sangat lama.
Akan hancur berkeping-keping, jika di rumah ditanamkan nilai-nilai kejujuran namun di sekolah saat guru atau yang lainya melihat anak-anak yang mencontek didiamkan begitusaja. Nilai kejujuran yang dibangun di rumah roboh, tentu untuk menegakkan kembali membutuhkan waktu yang tidaksebentar. Lama, bahkan sangat lama.
Tidak mudah memang untuk membiasakan kebaikan-kebaikan baik
di rumah ataupun di sekolah, banyak hal yang selalu merintang. Ada beberapa yang
perlu diperhatikan.
Pertama
: Anak-anak itu makhluk yang pandai meniru, maka kuatkan tekad agar orang-orang
dewasa yang mengelilingi anak-anak kita itu menjadi contoh dalam kebaikkan. Akan
hilang energi kita saat orang tua menyuruh belajar kepada anaknya sementara ibundanya dibiarkan bermain
game, melihat TV, dan banyak hal yang membuat konsentrasi pecah.
Kedua
: Mengingatkan.
Tidak sedikit orang tua atau guru yang
bosan mengingatkan anak-anaknya. “Kan sudah pernah saya bilangto, Mas, kalau naruh sepatu itu jangan sembarangan,”
begitu kata-kata yang keluar dari lisan kita. “Kan sudah diingatkan kemarinto,
Nduuk, kalau denger adzan itu ya shalat,” begitu kalimat-kalimat yang terkesan benar namun sungguh itu adalah bahasa putus asa seorang
guru atau orang tua.
Ketiga
: Memberi Apresiasi. Naah ini yang biasanya dilupan oleh guru dan orangtua. Anak-anak yang
gemar melakukan kebaikan-kebaikan dibiarkan begitu saja tanpa ada sepatah katapun keluar dari lisan kita. Seyogyanya beri sapaan,
pelukan, kecupan, belaian atau bahkan hadiah kepada mereka-mereka yang
gemar sekali melakukan kebaikan.
Keempat
: Memberi Hukuman.
Giliran yang hukuman ini guru dan orang tua tampak begitu menakutkan di
hadapan anak-anak. Usahakan jika memberi hukuman sesuatu yang membuat anak jera,
tidak mau melakukan perbuatannya. Jangan hukuman yang
anak-anak malah seenaknya tetap melanggar aturan-aturan yang
ada.
“Hakikat hukuman adalah menghilangkan nikmat yang mereka rasakan,” begitu kata
Abdullah Munir, seorang penulis buku. Jika hukuman yang
kita berikan malah membuat anak-anak senang, carilah jenis hukuman yang lain.
Hukuman dicabut jika anak-anak kita sudah terlihat menyesali perbuatannya.
Nah…menulis memang sangat mudah.Tinggal kita duduk di
depan komputer, jemari kita memencet tombol-tombol keyboard, jadilah sebuah tulisan.
Alangkah beratnya mengamalkan tulisan yang
telah kita buat. Maka dibutuhkan kemauan untuk melaksanakan apa yang telah kita tuliskan.
Kalau bukan sekarang, kapan? Mari amalkan tulisan yang sediki tini agar
anak-anak mempunyai karakter yang positif.[] *yayan
*Penulis adalah pencinta anak dan aktivis SDIT Hidayatullah Yogyakarta
**SDIT Hidayatullah menerima pendaftaran murid baru tahun ajaran 2014-2015. Info pendaftaran 087738219070