"LANGKAH AWAL MENUJU MASA DEPAN" Pelepasan 127 Murid Kelas 6 SD IT Hidayatullah Tahun Ajaran 2024/2025

 www.sdithidayatullah.net || Sleman-Selasa, 17 Juni 2025 telah dilaksanakan acara Tasyakuran kelulusan dan Wisuda  sekaligus Pelepasan Murid Kelas VI Angkatan 2025 SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Bertempat Ball Room Prima SR. Jl. Magelang Sleman



Acara dimulai pada pukul 07.30 WIB dihadiri oleh para murid, wali murid, guru, pegawai SD IT Hidayatullah beserta beberapa tamu undangan. 

Untuk tahun ini tema yang diangkat adalah “langkah awal menuju masa depan” Selain itu, acara juga dimeriahkan dengan penampilan siswa-siswi SD IT Hidayatullah berupa persembahan puisi, pidato, puisi serta



lagu untuk orang tua serta untuk asatidzah.

Dalam kesempatan ini pelaksana tugas Kepala Sekolah SD IT Hidayatullah Yogyakarta, Ustadz Untung Purnama S.Pd,, menumumkan bahwa sebanyak 100 murid kelas VI dinyatakan lulus 100% ia berpesan kepada seluruh murid untuk berpegang teguh dengan karakter islam. 


Acara perayaan ini juga perenungan kepada seluruh murid untuk mengingat selalu jasa-jasa yang diberikan oleh orang tua (birrul walidayn) yang dipimpin langsung oleh Bapak Kurnia.
Juga Murid-murid dihiangkan dengan penayangan flashback perjalanan pendidkan mereka dari kelas 1-6.

“Saya sangat bannga menyekolahkan anak saya di SD IT Hidayatullah, progres yang diberikan kepada anak saya sangatlah signifikan, meskipun acara ini sederhana akan tetapi membekas di hati kami” Ujar ayah Nadzifah selaku peraih nilai ASPD tertinggi di SD IT Hidayatullah

Acara ini ditutup dengan do’a Bersama yang dipimpin oleh ustadz Zainal Arifin S.Pd, beliau mendoakan agar anak didiknya senantiasa diberikan perlindungan oleh Allah dimanapun berada.

Alhamdulillah acara berjalan sukses dan lancar, Selamat untuk murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta Angkatan 2025 semoga sukses di tempat barunya dan senantiasa mengaplikasikan ilmu-ilmu yang didapatkan ketika sekolah.

 


Pengaruh Ubudiyah Seorang Guru terhadap Adab Murid

 

بسم الله الرحمن الرحيم

    Disebutkan bahwa, pendidikan merupakan kunci utama kemajuan bangsa dan negara. Lalu kemudian muncul pertanyaan, “Dari mana kita mulai mendidik?. Ada sebuah istilah yang mengatakan “Non Scholae Sed Vitae Discimus” yaitu manusia belajar bukan mengejar nilai tetapi mempersiapkan hidup yang lebih baik. 




  Pemikiran yang sama disampaikan oleh Theodore Meyer Greene yang mengatakan bahwa, ”pendidikan merupakan upaya menyiapkan SDM (Sumber Daya Manusia) untuk meraih kehidupan yang bermakna”. Dalam konteks kemajuan Indonesia dan menghadapi tantangan masa depan, manusia harus dipandang sebagai human capital yang dipersiapkan dengan sistem pendidikan yang baik untuk membangun karakter dan transfer knowledge.

   Sementara itu data lain mengatakan bahwa, sistem pendidikan Indonesia berada di peringkat 54 dari total 76 negara. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, posisi Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand (djkn.kemenkeu.go.id).




    Kemudian fokus yang sama, terlebih kita sebagai seorang muslim memiliki pandangan bahwa tarbiyah atau pendidikan mengarah pada tujuan mencetak generasi rabbani, yaitu generasi yang mengenali Tuhannya yaitu Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Oleh karena itu, pengelolaan sistem dan operasional sekolah tidak luput pada tujuan-tujan ketuhanan atau mengandung nilai-nilai ketauhidan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa.

    Jika kita meninjau pada sisi kasus kekinian sebagai salah satu bentuk bagian dari evaluasi pendidikan kita, maka kita akan menemukan temuan-temuan yang tidak selaras dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yaitu salah satunya adalah merosotnya atau terjadinya kemunduruan akhlak dan adab peserta didik disebabkan banyak aspek yang mempengaruhinya. Maka tugas utama guru saat ini lebih banyak pada mendidik dari pada mengajarkan sesuatu yang bersifat pengetahuan.

        “Lantas knowledge (pengetahuan) bagaimana?”

    Mengajarkan suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu penting, tetapi memperbaiki dan membangun akhlak peserta didik saat ini jauh lebih penting. Dengan perkembangan zaman yang serba instan saat ini, murid justru bisa dengan mudah mengakses ilmu pengetahuan kapan dan di mana saja. Artinya belajar mencari tahu sesuatu yang belum tahu itu tentu sangat mudah, tetapi memperbaiki akhlak dan adab perlu kerja keras dan tauladan dari semua guru.



    Sosok guru yang menjadi role model di lingkungan sekolah dan masyarakat, harapannya adalah bisa menjadi sosok tauladan yang baik agar bisa memberikan pengaruh pada peningkatan akhlak dan adab murid. Maka disebutkan bahwa guru adalah digugu lan ditiru, artinya guru itu dipercaya dan dicontoh segala ucapan dan perbuatannya. Tidak mudah memang jadi guru, tantangan dan pertanggungjawabannya berat. Baik di dunia maupun di akhirat.

    Bukankah kita pernah mendengar kisah Imam Syafi’i rohimahullahu ta’ala dalam mengajari muridnya bernama Ar-Rabi’ bin Sulaiman yang dikisahkan beliau termasuk murid yang “slow learner” diantara kawan-kawannya?.

    Setidaknya kita bisa mengambil dua topik utama dari kisah Imam Syafi’i bersama muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman;



1. Imam Syafi’i mengajarkan muridnya dengan keiikhlasan dan kesabaran.

    Dalam kisahnya dikatakan, Imam Syafi’i penuh kesabaran mengajari Ar-Rabi’ bin Sulaiman karena tidak dalam sekali Imam Syafi’i menjelaskan, lalu Ar-Rabi’ langsung paham. Bahkan sampai Ar-Rabi’ diajak ke rumah beliau untuk diajarkan secara privat dan itu pun sama, Ar-Rabi’ masih belum juga paham. Bagaiamana pun kondisi muridnya, namun Imam Syafi’i tidak memvonis muridnya dan tidak pula menunjukkan kekesalah terhadap Ar Rabi’ yang “slow learner” tersebut.

    Kita sangat jauh levelnya dengan Imam Syafi’i, maka kita bisa mencontoh beliau bagaimana mengajarkan murid dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Terlebih apa yang kita ajarkan, apa yang sedang kita perbaiki adalah masalah akhlak dan adab murid, maka jauh lebih membutuhkan keikhlasan dan kesebaran.

2. Imam Syafi’i memerintahkan Ar-Rabi’ untuk berdo’a kepada Allah sebagai bentuk ubudiyah.

    Di akhir kisahnya, Imam Syafi’i memerintahkan Ar-Rabi’untuk berdo’a kepada Allah, agar Allah mencurahkan ilmu kepadanya, karena Allah yang memiliki ilmu dan Allah lah yang berkuasa untuk memberikan pemahaman ilmu kepada hambaNya. Dan terbukti Ar Rabi’ menjadi ulama besar setelah beliau menjalankan nasihat gurunya Imam Syafi’i.




      Penulis meyakini, jika Imam Syafi’i tidak hanya memerintahkan Ar-Rabi’ untuk berdo’a, namun beliau pun pasti mendo’akan murid-muridnya. Ketika kita merasa berat medidik murid, merasa lelah dan capek, maka perlu kiranya kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Karena sejatinya, Allah lah yang membolak-balikan hati seorang hamba, Allah lah yang berkuasa atas hidayah seorang hamba. Maka memperbaiki kualitas ibadah kita termasuk di dalamnya seorang guru terus menerus mendo’akan muridnya, agar mereka menjadi generasi rabbani yang memiliki akhlak dan adab yang baik adalah menjadi prioritas utama.

    Suatu kisah, seorang guru selalu menjalankan aktifitas wudhu dan sholat sunnah dhuha sebelum masuk kelas. Ketika ditanyakan kepadanya, “Kenapa Anda melakukan itu tiap hari?”. Maka jawaban beliau adalah, “hari ini jadwal ngajar penuh, artinya bertemu dan berinterasi dengan murid akan sering, maka saya minta kepada Allah, agar Allah melapangkan dada saya, dan Allah berikan pemahaman kepada murid-murid saya.” Maa Syaa Allah...

    Begitulah guru, sebagaimana beban dan tanggung jawabnya yang sangat berat, maka selayaknya guru harus terus menerus mendekat kepada Allah, dan selalu melibatkan Allah dalam menagajar dan mendidik murid. Semoga dengan dekatnya guru kepada Allah, akan mempengaruhi baiknya akhlak dan adab murid. Aamiin Ya Rabbal ‘Aalamiin...

Wallahu Ta’aalaa A’lam...


Oleh: Hendra Nugroho, S.Pd.I

(Guru al-Qur'an SD IT Hidayatullah Yogyakarta)

Mendampingi Anak Kinestetik dalam Belajar dan Menghafal al-Quran

 

    Ayah Bunda sekalian apakah mempunyai anak yang tidak bisa diam ketika belajar? Ataukah mempunyai anak yang fokusnya hanya sekejap saja? Apakah Ayah Bunda sudah melakukan berbagai cara membuat anak untuk anak duduk anteng mendengarkan namun belum berhasil juga? Tenang Bunda… kita mempunyai persamaan kok. Dan mungkin ada banyak Ayah atau Bunda yang merasakan hal yang sama.


     Sebelum kita melabeli anak kita ”nakal” karena tidak bisa diam atau anteng ketika belajar, ada baiknya kita belajar kembali dan mengenali berbagai macam kecerdasan yang Allah anugerahkan kepada anak-anak kita. Anak yang tidak bisa diam duduk anteng dan mempunyai fokus sebentar saja ketika belajar biasanya adalah ciri-ciri umum anak yang mempunyai gaya belaja
r kinestetik.


    Saya mempunyai pengalaman dengan anak kedua yang ternyata adalah anak yang gaya belajarnya kinestetik. Anak laki-laki yang sangat aktif dalam melakukan kegiatan fisik motorik, tidak bisa diam dan mempunyai fokus sebentar saja ketika belajar. Namun Bunda sebaiknya tidak lantas marah-marah, stress atau merasa berputus asa menangani anak seperti ini ya Bunda. Karena memang sudah karakteristik dia seperti itu.

    Qadarullah anak saya ketika TK dan SD masuk ke dalam Kelas Tahfizh yang mempunyai target hafalan lebih banyak daripada kelas reguler pada umumnya. Untuk membantu dia dalam menghafal, saya perdengarkan murattal setiap hari surat-surat pada Juz yang sedang dia hafal. Dengan memutarkan murattal ini, walau dia bergerak aktif kesana kemari saat bermain, otak bawah sadarnya merekam apa yang dia dengar. Dan ini sangat membantu ketika menghafal surat-surat baru. Dia lebih mudah melafalkan ayat-ayat al-Quran karena lantunan ayat al-Quran tersebut sudah familiar di telinga dia karena sering dia dengarkan.


    Ketika dia masih TK dan SD Kelas bawah, dimana saat itu dia belum bisa membaca al-Quran sendiri, maka saya men-talaqqi surat yang akan dia hafal. Saat itu saya pun menalaqqi dia sambil dia memainkan mobil-mobilan atau mainan yang lainnya. Sepertinya dia tidak mendengarkan apa yang kita ajarkan, namun percayalah Bunda dia merekam apa yang kita perdengarkan.

    Alhamdulillah setelah dia bisa membaca al-Quran sendiri, saya tidak banyak lagi menalaqqi hafalan. Dia sudah bisa menghafal mandiri dan sudah bisa duduk diam lebih lama. Walau tetap saja saya perhatikan ketika di memurajaah hafalan terkadang tangannya tidak bisa diam. Seperti memainkan bola kecil atau alat-alat lainnya. Itulah keunikannya, mereka belajar atau menghafal dengan menggerakkan badannya. Entah itu tangannya atau kakinya, bahkan badannya yang bergerak kesana kemari. Mungkin secara adab agak kurang bagus, namun percayalah hal itu akan berproses. Semakin bertambah usia, nanti gerakan yang dia lakukan akan semakin berkurang. Alhamdulillah atas kemurahan dan kemudahan yang Allah berikan, tak lupa bimbingan dan kesabaran para Assatidzah di sekolah, juga doa-doa yang dipanjatkan, saat lulus SD dia bisa menyelesaikan hafalannya sebanyak 7 juz.

    Tahun ini saya pun mendapat amanah mengaja
r al-Quran Kelompok Putera di Kelas 1 SD. Ada 1 anak yang saya perhatikan ketika belajar belum bisa fokus duduk anteng ketika menghafal. Ada saja benda yang ia mainkan ketika menghafal, entah itu pensil atau penjepit porto folio punya kelas yang berada dekat dengannya. Dia mainkan sepanjang dia menghafal. Sengaja saya tidak melarang apa yang dia lakukan, sepanjang dia tidak mengganggu temannya yang lain, karena saya perhatikan sejak awal sepertinya dia anak kinestetis. Walaupun sepertinya dia tidak serius atau fokus dan perhatian dengan pelajaran atau hafalannya. Namun ternyata ketika setoran hafalan dia mampu melakukkannya dengan baik.

   Betapa anak-anak kita adalah anugerah dari Allah untuk kita. Mereka mempunyai karakter, kecerdasan dan gaya belajarnya masing-masing. Alangkah bijaknya sebagai orang tua dan guru bisa mengenali keunikan anak-anak kita agar mereka dapat belajar dengan baik dan nyaman, tergali minat dan bakatnya. Penanganan yang tepat terhadap keunikan anak-anak kita akan melejitkan potensi mereka. 

    Arahan dari kita untuk hal-hal pokok dan prinsip tetap kita berikan untuk mengarahkan dan mengimbangi anugerah tersebut. Perjalanan anak kita masih panjang. Masih banyak proses belajar yang akan dilalui. Kesabaran kita sebagai orang tua maupun guru dalam mendampingi mereka sangatlah diharapkan. Agar fitrah anak yang sudah baik dapat terjaga dan terus berkembang. 

Allahu a’lam bisshowab. Barakallahufiikum. 




Oleh: Ayun Afifah, S.Pd

(Guru al-Quran di SD IT Hidayatullah Yogyakarta)


Motivasi Al Qur'an dan Penutupan Ujian Tahfidz kelas 6 Reguler

 


Tim Al Qur'an kelas reguler  SD IT Hidayatullah Sleman- selenggarakan motivasi Al Qur'an bersama Ustadz Alamsyah Arifin S. Pd.I. Bertempat di Aula TK Yaa Bunayya Pesantren Hidayatullah Yayasan As-sakinah Sleman, Yogyakarta. Jum'at (30/05/2025). 

Motivasi Al Qur'an dilaksanakan sebagai bentuk penguatan kepada murid-murid khususnya kelas 6 reguler karena telah melaksanakan ujian tahfidz.  


Dihadiri oleh, Wali kelas 6 reguler, Bidang Kurikulum Ustadzah Dwi Nurnaningsih S.Pd,  Supervisor Al Qur'an Ustadzah Andriyani Nurhayati, S.E.I.,, Koordinator Al Qur'an kelas reguler Ustadz Makruf dan seluruh Asatidzah pengampu maupun pendamping kelas 6 reguler.

Disampaikan Ustdzah Nur selaku supervisor Al Qur'an dalam sambutannya."Bismillah Alhamdulillah telah terlaksana rangkaian kegiatan Ujian Tahfizh Kelas 6AB dari hari Senin-Jum'at, 26-30 Mei 2025. Materi Ujian Tahfizh yang diujikan meliputi Tahfizh Juz 30,29,28,1-3 (6 Juz). Pencapaian yang diraih oleh anak-anak tidak terlepas dari pertolongan Allah & kesungguhan anak-anak & Ustadz/ah dalam pembelajaran Al Qur'an. Semoga Allah memudahkan anak-anak tetap istiqomah dalam membaca, mentadaburi, menghafal & mengamalkan Al Qur'an." tuturnya. 

Murid-murid kelas 6 reguler mengikuti motivasi Al Qur'an dengan bersemangat dan  menyimak penuh khidmat. 

Dalam materinya Ustadz Alamsyah Arifin S.Pd.I. menyampaikan tips dan trik dalam menjaga hafalan Al Qur'an.  " Al Qur'an itu istimewa. Maka berikan haknya. Yaitu: 

- Dibaca 

- Ditadaburi 

- Dihafalkan 

- Diamalkan 

- Dijadikan sebagai penawar atau obat." 

Ustadz Makruf sebagai Kordinator Al Qur'an juga menambahkan nasehat terbaiknya. "SD IT Hidayatullah, ditempat ini kita mulai dan di syurga kita berkumpul."

Acara ditutup dengan foto dan dokumentasi penyerahan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh murid kelas 6 reguler karena telah melaksanakan ujian tahfidz. 

Harapannya dengan diadakannya motivasi Al Qur'an, tidak hanya menambah referensi ilmu dan menguatkan hafalan ananda. Dengan Al Qur'an ananda tumbuh menjadi generasi yang berakhlaq mulia. Menjadikan syafaat untuk orangtuanya. dan sekaligus menjadi generasi harapan yang mampu membawa perbaikan dalam meningkatkan mutu kehidupan.

Rep : Ainul L.M

Foto: Hendrico

What You Think You Become

 

    Banyak jurnal-jurnal yang membuktikan bahwa kekuatan pikiran sangat berpengaruh terhadap takdir seseorang dengan izin Allah Swt. Kekuatan yang besar dengan eksekusi maximal dilandasi oleh pemikiran yang hebat pula, pun sebaliknya.

 




   
Ada sebuah kisah di negara Amerika tentang pegawai yang terkurung di gudang pendinginan selama 1 malam. Ia tidak sadar bahwa pintu gudangnya terkunci dan ia terjebak di dalamnya. Ia sangat panik dan menelpon teman-temannya disana namun sialnya tidak ada sinyal HP di dalamnya. berfikir keraslah orang tersebut. Ia sangat khawatir bagaimana jika ia mati kedinginan di dalamnya karena ia berfikir ruangan tersebut sangat dingin dan jaket  tebal yang ia pakai tidak cukup menghangatkannya dalam satu malam. Keesokan harinya temannya membuka gudang pendinginan tersebut dan menemukan ia meninggal dalam keadaan memeluk tubuh seolah-olah ia mati kedinginan, yang lebih mengejutkan lagi mesin pendinginannya mati, betul.. ia mati karena dibunuh oleh pemikirannya sendiri




        Ada lagi kisah yang tak kalah menarik tentang seseorang yang didiagnosa tidak akan sembuh oleh penyakit mematikan. Berbagai obat telah ia minum dan berbagai tempat telah ia kunjungi, namun ia tetap belum juga sembuh. Suatu ketika ia didatangi oleh orang yang mengaku bisa menyembuhkan penyakitnya. Ia membawa obat biru dan merah dan dihadapkan kepada penderita penyakit tersebut. Orang sakit itu pun meminum obat tersebut sesuai arahan yang diberikan, ia sangat yakin dua obat tersebut bisa menyembuhkannya. Beberapa bulan kemudian ternyata penyakit tersebut tidak pernah kambuh lagi. Setelah para dokter memeriksa ternyata obat tersebut hanyalah permen pahit dengan sedikit perisa manis. Akhirnya dokter sadar bahwa bukan obatnyalah yang menyembuhkannya akan tetapi pemikirannya atas izin Allah Swt.



    Saya jadi teringat perkataan Margaret Thatcher Mantan Perdana Menteri Britania Raya. Ia berkata “Watch your thoughts, for they will become actions. Watch your actions, for they'll become... habits. Watch your habits for they will forge your character. Watch your character, for it will make your destiny.” yang pada dasarnya dapat diartikan what you think you become dengan artinya apa yang kamu fikir itulah yang akan terjadi, tentunya semua terjadi atas izin Allah Swt.




Oleh: Afnan Al-Qudsi, Tim Markom Yayasan As Sakinah Yogyakarta


Aku Lelah Menjadi Guru


        Jika kita ingin menggali arti dari seorang guru, maka disebutkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa guru diartikan sebagai orang yang profesinya mengajar. Sedangkan menurut pakar psikologi Islam Indonesia bernama Zakiyah Darajat menyebutkan bahwa; “Guru merupakan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru ialah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah”. 



       Guru adalah profesi yang sangat mulia, bagaimana tidak. Masih ingatkah kita dengan pepatah guru “digugu dan ditiru”?. Digugu artinya setiap apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan oleh seorang guru itu sangat-sangat dipertanggungjawabkan. Sedangkan ditiru adalah guru menjadi tauladan dari seluruh perkataan dan perbuatannya oleh seluruh murid bahkan seluruh stakeholder. Mereka akan selalu melihat bagaimana gurunya bertutur kata dan berbuat.

Lalu dimana letak kemuliaannya?

    Minimal ada dua point utama yang bisa mengantarkan kita pada pengertian dasar guru dan dua point tersebut adalah hal yang mengangkat kedudukan mulia seorang guru, yaitu:

1. Guru Sebagai Pengajar.
Sebagaimana kita ketahui, salah satu dari sekian fungsi dan peran seorang guru adalah mengajar. Guru mengajarkan ilmu, mentransfer pengetahuian kepada anak didik, dengan harapan generasi penerus bisa cerdas, bisa unggul dari sisi knowladge.
Terlebih, Islam sendiri sangat menjunjung tinggi pada yang namanya ilmu. Orang beriman saja tidak cukup, tapi dia harus lebih dari itu, harus memiliki ilmu. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Mujaadilah ayat ke 11 yang artinya:
“...Dan apabila dikatakan;’berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat’...
        Dan masih banyak lagi dalil-dalil baik dari Al Qur’an, As Sunnah, maupun perkataan para ulama terkait kedudukan ilmu dalam Islam. Ilmu apa pun itu, terkhusus ilmu syari’at.
Belum lagi dikatakan bahwa guru adalah pewaris para nabi, karena kenapa?. Karena kesamaan misi. Para nabi membawa misi menyampaikan pesan, menyampaikan risalah kepada seluruh manusia dari Allah Subhanahu Wata’aalaa. Dan guru melanjutkan peran para nabi, yaitu menyampaikan ilmu dan kebaikan kepada para peserta didik.
        Disebutkan juga oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin Pengasuh Pondok Pesantren Imam Bukhori Karanganyar - Solo dalam bukunya “Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat” bahwa, mereka (guru atau pendidik) merupakan kepanjangan tangan para ulama sebagai pengemban amanah ilmu dan pendidikan bagi generasi umat.





2. Guru Sebagai Pendidik
        Selain memberikan pengajaran suatu ilmu, guru juga berfungsi sebagai pendidik atau pendakwah, yang menyeru dan mengingatkan kepada peserta didik tentang kebaikan yang harus dilakukan dan keburukan yang harus ditinggalkan.
       Maka peran guru sebagai pendidik juga sekaligus mencakup tarbiyah dan ta’lim dengan tujuan membentuk pribadi peserta didik yang memiliki sifat mulia dan selalu terikat dengan Rabbnya. Dengan demikian terciptalah generasi rabbani, yaitu generasi yang menitikberatkan penghambaannya kepada Allah, lalu menyampaikan kebaikan kepada umat manusia.
Lalu apa problematika yang terjadi?
Kalau ditanya apa problematika dari seorang guru?, maka jawabannya akan banyak dan bervariasi. Dan bukan hanya guru, seluruh profesi pasti memiliki problematiknya masing-masing. Adapun problematika yang mengkhususkan guru. Salah satu yang bisa diambil adalah kesejahteraan.
Ini sebenarnya bukan masalah baru, tapi persoalan sejak lama. Kesejahteraan guru selalu menjadi perbincangan hangat. Karena dirasa jauh sekali antara apa yang diberikan guru kepada peserta didik dengan apa yang diterima oleh guru sebagai haknya.
        Banyak guru yang mengabdi belasan tahun, mengajar belasan tahun, namun penghargaan yang diterima bisa dikatakan sangat tidak layak. Bukankah mereka menafkahi keluarganya?, bukankah mereka harus memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai makhluk hidup, baik itu makanan, pakaian, dan tempat tinggal?. Ditambah biaya kebutuhan hidup semakin hari akan semakin naik serirng berjalannya waktu. Pada akhirnya banyak juga para guru yang beralih profesi karena alasan kesejahteraan.
        Terlebih lagi akhir-akhir ini, sikap “dzolim” kepada guru sangat marak sekali. Dan hal itu bisa dilakukan oleh siapa saja, lebih-lebih oleh muridnya sendiri. Dengan dalih tidak suka dinasihati gurunya, ditegur gurunya, dan diberikan pemahaman yang baik oleh gurunya, seorang murid melapor kepada orang tuanya. Orang tua dengan alasan tidak suka dan tidak terima anaknya dinasihati yang baik, ditegur karena melakukan pelanggaran, maka orang tua lapor pada pihak yang berwajib. Padahal masalahnya bisa jadi ada pada diri murid itu sendiri.
Lalu harus bagaimana?, jika lelah telah menghampiri kita.




        Alaa Kulli Haal semuanya ada ujiannya masing-masing, ada problemnya masing-masing. Dimana semua itu hadir pada diri kita sebagai seorang guru terkhusus, tidak lain dan tidak bukan untuk meningkatkan kualitas iman kita kepada Allah. Allah ingin tahu sejauh mana keimanan kita terhadapNya.
    Kunci utamanya, agar lelah menjadi lillah, kemudian kualitas iman kita kepada Allah semakin bertambah, dan kita tancakpan kembali keyakinan kita bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Kunci pertama adalah ikhlas dan kunci keduanya adalah sabar.
        Ikhlas itu sangatlah penting, supaya yang kita kerjakan itu tidak sia-sia dan kita tidak hanya mendapatkan lelah dan capek, tetapi pahala di sisi Allah pun kita dapatkan. Sedangkan sabar adalah agar pekerjaan yang kita lakukan terkhusus dalam hal ini pekerjaan guru itu terjaga keistiqomahannya. Sedangkan kita tahu bagaimana istimewanya orang-orang sabar dan orang-orang yang istiqomah.
        Mari perlahan kita coba renungi hadits Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam yang diriwatkan oleh imam Tirmidzi bahwa nabi bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”.
        Semoga dari hadits di atas memberikan energi positif kepada kita, agar kita bangkit dan lebih bersemangat untuk menjalankan amanah yang mulia ini disaat lelah melanda dan futur telah mendatangi kita. Ingat, bahwasannya kita (guru) adalah penyelamat umat dan bangsa. Semoga Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kita kerjakan.

Wallahu Ta’aalaa A’lam




Oleh: Hendra Nugroho, S.Pd.I, Guru SD IT Hidayatullah Yogyakarta

Foto : Afnan

Kebakaran Garmen Mataram Balong, Arus Kendaraan Pengantar Sekolah Dialihkan

Pertigaan Mataram Garmen Menuju SDIT Hidayatullah Yogyakarta Ditutup

Sleman 21/05/2025 sekitar subuh grup-grup WA dipenuhi berita mengenai kebakaran yang terjadi di Mataram Garment Balong Donoharjo Ngaglik Sleman. Berita duka itu seketika juga memenuhi grup keluarga besar Yayasan As-Sakinah Yogyakarta dan sekolah-sekolah yang dinaunginya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un dan berbagai ucapan duka silih berganti dengan video-video yang menampakkan si jago merah yang menyemburkan asap hitam di pabrik konveksi itu.

"... Diberitahukan kepada Ayah Bunda bahwa pabrik garmen kebakaran pagi ini. Kemungkinan pengondisian pemadaman sampai pagi ketika jam antar sekolah berlangsung. Untuk itu kami menghimbau kepada Ayah Bunda, ketika mengantar ananda ke sekolah melewati jalur selatan (Wonolelo) ..."

Pertigaan Garmen, sebutan untuk jalan masuk ke arah Pesantren Hidayatullah Yogyakarta dari arah utara ditutup total. Arus kendaraan pengantar sekolah TPA/ KB Permata Ummi, TK Yaa Bunayya, dan SDIT Hidayatullah dialihkan. Semua kendaraan hanya bisa masuk ke sekolah melalui jalan dari arah selatan melewati padukuhan Wonolelo.

Dikabarkan bahwa api berkobar sejak sekitar pukul tiga dini hari diikuti raungan mobil-mobil pemadam kebakaran yang menuju lokasi kejadian di Jalan Palagan Tentara Pelajar km 14,5 sebelah barat jembatan kali Boyong. Pertigaan depan garmen yang biasanya ramai dengan karyawan berbagi jalan dengan pengantar sekolah menjadi pertigaan penuh orang menahan napas. Orang-orang terdiam menyaksikan asap yang masih terus mengepul hingga jam 07.30 pagi.

Antara panik dan tidak tahu harus melakukan apa, masyarakat berdesakan melihat petugas pemadam kebakaran menjalankan tugasnya. Mereka hanya bisa tertegun menyaksikan tempat kerja 1700-an karyawan yang sudah berdiri sejak tahun 1992 itu dilalap api dari timur hingga ke barat. Semoga seluruh keluarga besar PT Mataram Tunggal Garment diberi kekuatan dan kesabaran atas musibah yang terjadi.

Foto: Akh
Rep: Akh

Pemenang Lomba Menulis Cerpen Inspiratif SD IT Hidayatullah Yogyakarta

 


 

www.sdithidayatullah.net | (Senin,  22 Syawal 1446 H/21 April 2025 M) Alhamdulillah, telah diumumkan para pemenang lomba menulis inspiratif yang diselenggarakan oleh bagian perpustakaan SD IT Hidayatullah, setelah upacara bendera di halaman sekolah. Tema yang diangkat dalam lomba kali ini adalah “Kejujuran”.

Ustadz Yahya selaku Waka. Kemuridan mengumumkan 3 nama murid yang berhasil meraih juara, yaitu:

Pemenang I : Rizqia Rahmadiani (Kelas 4C)
Judul karya : "Dompet dan Sepatu Rusak"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Dompet dan Sepatu Rusak
 
Pemenang II : Ahsan Arma De Putra (Kelas 4D)
Judul karya : "Berani Jujur itu Keren"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Berani Jujur itu Keren
 
Pemenang III : Bisma Lingga Mahardika (6D)
Judul karya : "Cahaya di Balik Kejujuran"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Cahaya di Balik Kejujuran

Penghargaan diserahkan langsung oleh Ustadz Untung Purnomo, S.Pd. selaku Plt. kepala sekolah SD IT Hidayatullah, disaksikan oleh seluruh murid dan guru.

 


Bersamaan dengan hal tersebut, telah launching buku karya murid  yang berjudul “Cahaya Kejujuran”. Buku ini berisi kumpulan cerpen karya pemenang lomba dan peserta lomba yang terpilih.

Baarakallaahu fikum, Ananda semua. Teruslah berkarya dan jangan berhenti sampai disini. Semoga tulisan yang dibuat bermanfaat bagi penulis baik di dunia maupun akhirat kelak dan dapat menjadi inspirasi untuk para pembaca dalam hal kebaikan.  Aamiin Allahumma Aamiin.

 

Foto : Ryan
Rep : Anik

Riuhnya Suasana Hujan di Pagi Hari



Saat Aisyah membuka mata, terdengar suara rintikan hujan di atas genting, udara sangat dingin hingga Aisyah menarik selimutnya kembali, Aisyah membenarkan posisi ternyamannya tanpa melihat waktu sudah menunjukkan pukul berapa, karena suasana di luar masih terlihat gelap jadi mengira masih malam. Tiba-tiba Aisyah terbangun mengingat besok pagi akan berangkat ke sekolah, betapa kagetnya Aisyah ketika melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.15, namun langit masih terliat gelap, hujan juga masih deras mengguyur bumi, Aisyah langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh.



Aisyah merapikan tempat tidur, dan mengambil baju seragam yang berada di gantungan baju. Aisyah keluar kamar menuju dapur, ia melihat ibunya yang sedang sibuk memasak untuk sarapan, aktifitas pagi itu sangat sibuk, Aisyah membantu ibu menjaga adik sedangkan ibunya membereskan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, menjemur baju, menyiapkan sarapan, dan menyiapkan bekal. Setelah semua beres, ibu memandikan adik, Aisyah tidak banyak membantu ibu, ia hanya membantu menjaga adik dan membuang sampah, karena adiknya harus di temani jadi ibunya meminta Aisyah untuk menjaganya, sedangkan ayah Aisyah masih berada di luar kota. 




Semua pekerjaan rumah sudah selesai, anak-anak juga sudah rapi, bahkan mereka juga sudah sarapan. Ibu Aisyah kebetulan juga bekerja, ia bekerja sebagai seorang guru, dan Aisyah bersekolah di sekolah dimana ibunya mengajar. Ibu Aisyah menyalakan motor bersiap mau berangkat, berhubung cuaca masih hujan ibu Aisyah mengambil mantol untuk melindingi badan dari hujan agar tidak basah, demikian juga dengan Aisyah dan adiknya mereka juga mengenakan jas hujan atau mantol. 



Setelah semua naik diatas motor ibu Aisyah mulai menjalankan motornya, untuk menuju ke jalan raya mereka harus melewati gang dan jalan desa sekitar lima menit barulah mereka keluar dari desa dan sampai di jalan raya, karena cuaca yang mendung dan hujan, jalan sangat padat dengan banyaknya roda empat yang melintasi jalan tersebut apalagi jalan yang menuju sekolah juga tidak kalah padatnya karena para orang tua banyak yang mengantar sekolah anaknya dengan kendaraan roda empat supaya tidak kebasahan.




Banyaknya kendaraan roda empat yang berlalu lalang di jalan membuat jalan menjadi macet. Akhirnya Aisyah dan ibunya sampai sekolah juga, meskipun kondisi jalan yang macet dan cuaca juga sedang hujan mereka akhirnya bisa sampai sekolah dengan tepat waktu. Ibu Aisyah memarkirkan kendaraan di tempat parkir, kemudian melepaskan jas hujan yang melekat di badan mereka, dan merapikannya, Aisyah dan ibunya bertemu dengan para guru merekapun saling menyapa dan bersalaman. Ibu Aisyah mengantar adik dulu di tempat penitipan anak yang dekat dengan sekolah, karena adik Aisyah masih bayi jadi di titipkan di tempat penitipan anak, sedangkan Aisyah menuju kelasnya. Setelah mengantar adik, ibu Aisyah menuju ke kelas bersiap untuk mengajar mendampingi anak-anak belajar. Demikianlah kegiatan Aisyah di pagi hari ketika hujan.





Writer : Dini Eka Setyawati, S.Pd

Dompet dan Sepatu Rusak

Sebuah Cerita Pendek (cerpen) karya Rizqia Rahmadiani, Murid kelas 4C SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Karya ini meraih juara 1 dalam lomba menulis yang diadakan di sekolah tahun 2025.

Khania dan Kina, dua orang kakak beradik yang sudah tidak memiliki orang tua, setiap hari hidup di jalanan dan berjualan kue untuk mencari nafkah.

Pada suatu hari, saat mereka sedang berjualan kue di sebuah halte bus, seorang wanita yang sedang menunggu bus datang mampir untuk membeli kue mereka. Setelah memilih kue yang akan dibeli, beberapa menit kemudian, bus yang ditunggu wanita tersebut pun datang, dan ia segera menaikinya.



Kina melihat dompet berwarna cokelat muda terjatuh di tempat duduk halte yang tadi ditempati wanita tersebut, tepat di bawah tempat duduk. Jaraknya hanya satu meter dari tempat mereka berjualan kue. Kina pun mengambil dompet tersebut dan memberikannya kepada kakaknya, Khania.

“Kak, ada dompet jatuh nih. Mungkin punya ibu yang tadi beli kue kita,” ucap Kina kepada Khania.

“Coba sini, Kakak lihat,” jawab Khania.

Khania pun membuka dompet tersebut, membolak-baliknya, mencari informasi tentang pemilik dompet itu.

“Wah, benar, Kina. Ini foto di KTP-nya, sama persis dengan ibu tadi. Namanya Bu Desi. Uangnya banyak banget, seratus ribuan semua dan banyak sekali.”

Khania langsung menyimpan dompet tersebut dalam tas yang dipakainya untuk menaruh uang hasil jualan.

“Nanti sampai rumah, Kakak hitung dulu uangnya. Tidak enak kalau dihitung di sini, banyak orang,” Khania menjelaskan kepada adiknya, Kina.

***

Siang hari, mereka pun pulang ke rumah karena kue yang dijual sudah habis. Sesampainya di rumah, dengan bergegas, keduanya mengeluarkan dompet dari tas Khania dan segera mengeluarkan uang di dalam dompet untuk dihitung.

“Wah, ada 100 lembar seratus ribuan, Kina. Berarti uang Bu Desi di dompet ada sepuluh juta. Banyak banget,” kata Khania kepada adiknya.

“Kak, hmm, bagaimana kalau kita kembalikan dompetnya ke Bu Desi, tapiii ... kayaknya kalau kita ambil tiga atau empat lembar, Bu Desi tidak akan tahu ya? Kan semuanya ada 100 lembar,” usul Kina.

Khania terdiam dan merenung dalam hati, memikirkan apa yang sebaiknya mereka lakukan terhadap uang itu.

Ambil tidak ya? Soalnya aku dan Kina belum makan seharian ini, lapar, dan kaki kami kesakitan sejak lama karena sepatu kami sudah rusak, bolong di bawah, depan, dan belakangnya,” Khania bergumam sendiri dalam hati.


 Khania masih berunding sendiri dalam hatinya, sambil menatap adiknya dengan kasihan. “Mungkin tidak ada salahnya untuk mengambil uang tersebut tiga lembar saja. Kan ada 100 lembar, jadi seperti tidak ada beda tebal tumpukan uangnya.”

Tapi kemudian Khania teringat nasihat almarhumah ibunya semasa hidup dulu. Ia berpesan, “Jangan sekalipun kalian mencuri, walaupun kita sedang dalam keadaan susah. Jangan pernah mengambil hak orang lain. Orang lain mungkin tidak tahu apa yang kita lakukan, tapi Allah pasti tahu. Allah Maha Tahu. Dan mencuri adalah perbuatan tidak terpuji.”

Lalu, Khania pun tersadar dari lamunannya, kemudian berkata kepada Kina, “Jangan kita ambil uang Bu Desi, Kina. Dulu Ibu menasihati kita untuk tidak boleh mencuri, walaupun kita sedang susah. Kita kembalikan uang Bu Desi semuanya, ya.”

“Coba sini, KTP-nya Bu Desi. Kita lihat alamat rumahnya,” ujar Khania, meminta Kina mengambilkan KTP Bu Desi dari dompet.




“Wah, dekat ternyata. Cuma di perumahan seberang halte tempat kita jualan. Yuk, sekarang saja kita ke rumah Bu Desi, mumpung belum magrib dan tidak hujan,” ajak Khania kepada Kina.

“Ya sudah deh, terserah Kakak saja,” jawab Kina. “Yuk, Kak ....”

“Jalan Edelweis Blok A Nomor 3. Itu, Kak Khania, rumah Bu Desi,” ujar Kina sambil menarik tangan Khania karena sudah melihat nomor rumah yang dituju.

“Asalamualaikum ...,” sapa Khania dan Kina bersamaan.

Wa ‘alaikumus-salam, siapa ya ...?” jawab penghuni rumah. “Loh, bukannya kalian yang berjualan kue di halte itu, ya? Mari masuk,” Bu Desi mengenali kakak beradik itu.

Setelah duduk, Khania langsung saja menjelaskan perihal dompet yang mereka temukan tadi pagi di halte.

“Wah, terima kasih banyak ya, Nak. Seharian ini Ibu sudah khawatir dan bingung, jatuh di mana dompetnya. Untung ada kalian, ya,” jawab Bu Desi. Bu Desi segera melihat isi dompetnya.

“Sama-sama, Bu. Kami senang bisa membantu. Sudah ya, Bu, kami pamit dulu. Sudah mau magrib,” jawab Khania.

“Baiklah, Nak. Sekali lagi Ibu ucapkan terima kasih atas kebaikan kalian,” jawab Bu Desi.

Khania dan Kina langsung keluar dari rumah Bu Desi untuk pulang ke rumah mereka. Sambil kedua kakak beradik itu keluar, Bu Desi memandangi mereka dari atas sampai bawah dan tersenyum terharu.

“Yah, kita tidak dikasih apa-apa, Kak. Padahal tadi aku berharap dikasih sesuatu,” keluh Kina kepada kakaknya.

“Hush, Allah sudah kasih kita pahala, loh, Dik. Apa masih kurang? Apalagi tadi kue kita habis terjual. Ada uang lebih sedikit nih dari keuntungan jualan. Beli ayam krispi, yuk,” Khania membujuk Kina untuk tetap bersyukur.

***

Keesokan paginya, seperti biasa, Khania dan Kina datang ke rumah tetangga yang membuat kue untuk mereka jual di halte setiap hari. Sesampainya di halte, Khania melihat sosok yang sudah dia kenal sebelumnya. Ternyata Bu Desi sudah ada di halte tersebut.

“Hai, Nak, Ibu sudah menunggu dari tadi, loh. Ini Ibu bawakan sesuatu. Kemarin Ibu lihat sepatu kalian sudah rusak. Ini Ibu belikan yang baru, semoga pas ya ukurannya,” sapa Bu Desi.

Kina dengan malu-malu menerima pemberian Bu Desi dan mencoba sepatu yang diberikan, begitu juga dengan Khania.

“Dan ini, sedikit makanan dan uang lima ratus ribu untuk kalian sebagai tanda terima kasih Ibu dan hormat Ibu atas kejujuran kalian. Karena Ibu tahu persis jumlah uang yang ada di dompet, tepat 10 juta, tidak ada yang berkurang. Terima kasih ya atas kejujuran kalian,” sambung Bu Desi lagi.

“Wah, banyak sekali pemberiannya, Bu. Terima kasih, Bu. Kami selalu diajarkan kedua orang tua kami, almarhum, untuk selalu jujur dan tidak boleh mencuri, tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kami,” jawab Khania.

“Alhamdulillah, subhanallah, kalian masih kecil dan sudah tidak punya orang tua, tapi salihah dan jujur sekali. Semoga Allah jaga kalian selalu, ya.”

Setelah Bu Desi pergi, Kina pun mencolek kakaknya sambil tersenyum sekaligus menangis. “Allah Maha Baik, ya, Kak Khania.”