Ruang Cinta dan Cerita


 

Oleh: Hendra Nugroho,S.Pd.I.*

Sebagai profesi yang mulia, setidaknya ada tiga alasan mendasar yang bisa dikemukakan tentang guru. Pertama, yaitu proses transfer ilmu atau pengetahuan yang kita sebut sebagai kewajiban mengajar dengan tujuan mencerdaskan manusia. Kedua adalah mendidik, yaitu memberikan pengajaran tentang sikap jiwa dan budi luhur kepada anak didik supaya kelak menjadi manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi setiap makhluk. Ketiga adalah keteladanan guru yang harus bisa menjadi contoh yang baik dan benar, baik lahir maupun batin, bagi anak didik.

Lalu, bagaimana guru bisa memunculkan keteladanan bagi peserta didik?

Jawabannya adalah keteladanan itu muncul dari hati yang penuh dengan ketulusan untuk membersamai peserta didik dalam belajar. Jika ketulusan hati dan keikhlasan itu hadir, maka akan tercipta bonding antara guru dan peserta didik.

Kok bisa bonding itu tercipta?

Karena guru mau membuka ruang yang luas untuk peserta didiknya, yaitu di antaranya terbukanya ruang cinta dan cerita.


***

Suatu kisah

Ada seorang guru bernama Abdullah. Ia mengajar di sekolah dasar Islam terpadu sudah belasan tahun lamanya. Pada suatu ketika, ia diamanahi oleh kepala sekolahnya untuk mengajar di kelas dua pada tahun kesembilan belas. Dari dua puluh lima murid yang ada di kelasnya, ada satu murid bernama Dimas. Dimas adalah murid laki-laki yang sama sekali tidak mau mengeluarkan suara satu huruf pun. Apakah Dimas memiliki gangguan pendengaran?
Ternyata pendengarannya normal-normal saja.

Hal ini menjadi aneh bagi Pak Abdullah sejak pertemuan awal kelas dua, saat sesi perkenalan antara murid dan wali kelasnya.

“Dimas Adi Brata, silakan maju memperkenalkan diri. Sebutkan nama, alamat rumah, dan cita-cita!” perintah Pak Abdullah.
Dimas pun maju ke depan, berdiri di depan papan tulis sebagaimana teman-teman sebelumnya yang memperkenalkan diri masing-masing. Namun setelah Dimas berdiri di depan kelas, ia mematung begitu saja tanpa ada suara yang keluar dari lisannya.
“Ayo, Dimas, silakan memperkenalkan diri kepada teman-teman!”
Pak Abdullah menunggu Dimas berbicara, namun suara itu tak kunjung keluar. Kemudian salah satu teman kelasnya berkata, “Ustaz, Dimas memang tidak mau berbicara sejak kelas satu semester dua.”
“Oh begitu, kenapa ya, Nak?”
“Tidak tahu, Ustaz.”
“Baiklah kalau begitu, silakan Dimas duduk kembali ke kursinya,” perintah Pak Abdullah.
Dimas pun duduk kembali ke kursinya dengan wajah serius, tanpa senyum dan tanpa kesedihan.

Bel pulang berbunyi di hari pertama masuk sekolah. Pak Abdullah sengaja menemui orang tua Dimas saat penjemputan sekolah. Tidak banyak yang disampaikan oleh Pak Abdullah kepada ibu Dimas, hanya beberapa kalimat saja mengingat waktu dan kondisi yang ramai.

“Bun, nomor WA-nya betul yang ini?” tanya Pak Abdullah sambil menunjukkan kontak di HP-nya.
“Betul, Ustaz.”
“Nanti sore atau malam sebelum istirahat, saya boleh minta waktunya untuk berbicara dengan Bunda via telepon, bisa?”
“Iya, Ustaz, insyaallah bisa. Nanti kabari saja, ya, Ustaz.”

Saat malam tiba, selepas Isya, Pak Abdullah menelepon ibu Dimas. Maksud dari komunikasi via telepon tersebut adalah untuk menggali informasi tentang Dimas, muridnya di kelas dua yang tidak mau berbicara sama sekali.

“Oh iya, Ustaz, di rumah Mas Dimas normal-normal saja. Ia berbicara dengan saya, ayahnya, dan adiknya,” jawab ibu Dimas.
“Oh begitu... oh iya, ini sampai terdengar suaranya sedang main sama adiknya, ya, Bun?”
“Iya, Ustaz, itu sedang main. Jadi memang, dari kelas satu kemarin, guru di kelas satu waktu itu menyampaikan ke saya, katanya Mas Dimas sekarang jadi diam, tidak mau mengeluarkan suara untuk bicara. Ujian praktik lisan pun tidak bisa kalau di sekolah, ia maunya via rekaman HP yang dikirim saat tiba di rumah.”
“Oh begitu, Bun. Sudah Bunda coba menanyakan kepada Mas Dimas, apa penyebabnya?”
“Sudah, Ustaz, namun dia masih belum mau menjawab. Saya pikir, ya sudahlah, mungkin suatu saat dia mau berbicara.”
“Terus, saat kelas satu, sama teman-temannya tidak ada masalah, kan, Bun?”
“Tidak ada, Ustaz. Ustazah Mahmudah pun waktu itu menyampaikan kalau mereka di kelas akur- akur saja. Dimas pun berbaur seperti biasa dengan semua teman-temannya. Hanya saja tidak mau mengeluarkan suara.”
“Oh, baik, Bun. Terima kasih banyak informasinya. Ini barangkali menjadi PR buat saya sebagai wali kelas Mas Dimas di kelas dua. Kita sama-sama memotivasi Mas Dimas agar mau berbicara kembali, ya, Bun.”
“Iya, Ustaz, saya juga akan terus menggali penyebab sebenarnya apa.”



***

Setelah mengetahui informasi dari orang tuanya tentang kondisi Dimas, Pak Abdullah pun setiap hari terus memberikan motivasi khusus kepada Dimas. Dimas tidak memiliki gangguan pendengaran, tidak sedang bersitegang dengan temannya, dan tidak pernah mogok sekolah. Suara itu hanya tidak dikeluarkan ketika di sekolah saja. Di rumah, ia ceria, bahagia, dan berbicara dengan keluarganya. Jadi, bagi orang tuanya pun hal itu tidak dianggap sebagai sesuatu yang bermasalah atau mengkhawatirkan. Persoalannya hanya muncul ketika di sekolah.

“Mas Dimas, sebenarnya Ustaz ingin tahu alasan Mas Dimas kenapa tidak mau berbicara sama sekali ketika sudah masuk sekolah. Tetapi barangkali Mas Dimas belum mau cerita sekarang, tidak apa-apa. Lain waktu kalau Mas Dimas sudah mau cerita sama Ustaz, Ustaz sangat terbuka dan mau mendengarkan Mas Dimas bercerita.”
Dimas hanya menjawab dengan anggukan.

Kegiatan belajar berjalan seperti biasa. Pak Abdullah tetap menganggap semua murid sama di hatinya, ia menaruh kasih sayang yang sama tanpa membeda-bedakan. Ia pun memfasilitasi belajar Dimas yang tidak mau mengeluarkan suara. Hampir setiap hari Pak Abdullah selalu memiliki waktu khusus untuk memberikan motivasi kepada Dimas, meskipun muridnya itu tidak mau menjawab dengan kata-kata. Pak Abdullah tak pernah lelah dan tak mau berhenti membuka ruang cintanya, semua demi muridnya yang satu ini. Namun, jawaban selalu sama—Dimas tidak mau berbicara sama sekali. Hal ini berlanjut sampai Dimas menyelesaikan kelas tiga. Bahkan orang tuanya pun sudah menganggap hal itu biasa, meskipun masih ada rasa penasaran di hati mereka.

Keajaiban datang bagi Pak Abdullah. Dua tahun setelah menjadi wali kelas Dimas di kelas dua, ia diamanahi oleh kepala sekolahnya untuk menjadi wali kelas satu. Sedangkan Dimas sudah duduk di kelas empat dengan wali kelas yang berbeda.
Tiba-tiba Dimas menemui Pak Abdullah di ruang kelas satu, saat Pak Abdullah selesai memulangkan muridnya. Ruang kelas itu telah kosong, menyisakan Pak Abdullah seorang diri.

“Eh, Mas Dimas... apa kabar? Silakan duduk! Ada apa, ada yang bisa Ustaz bantu?”
“Anu, Ustaz, saya mau berbicara sama Ustaz.”

Sontak Pak Abdullah terkejut luar biasa saat mendengar suara muridnya yang sekian tahun tidak terdengar. Ia bersyukur dalam hatinya, matanya mulai berkaca-kaca. Pak Abdullah duduk berhadapan dengan Dimas, tanda ia serius mendengarkan muridnya yang kini sudah kelas empat.

“Iya, Mas Dimas, silakan. Ustaz dengan senang hati akan mendengarkan Mas Dimas menyampaikan sesuatu yang sangat penting rupanya.”
“Saya mau mengucapkan terima kasih banyak sama Ustaz, sudah mau peduli dengan saya, mau memberikan motivasi kepada saya setiap hari agar selalu menjadi orang yang optimis. Sekarang saya sudah merasakan motivasi tentang optimis itu telah ada pada diri saya dari Ustaz.”
“Alhamdulillah...”
“Dulu, kenapa saya tidak mau membuka suara saat di sekolah, Ustaz, waktu kelas satu ada teman yang mengatakan kalau suara saya seperti suara perempuan. Sejak kalimat itu saya dengar, sejak itu pula saya pesimis, Ustaz. Sejak saat itu saya memutuskan untuk tidak mengeluarkan suara atau menahan diri untuk berbicara di lingkungan sekolah ini. Tapi kali ini saya mendobrak itu semua berkat nasihat dan motivasi dari Ustaz yang membangkitkan semangat saya. Saya tidak punya dendam kepada siapa pun, termasuk kepada teman saya yang mengomentari suara saya. Saya baik-baik saja dengan siapa pun. Hanya saja waktu itu, secara spontan, rasa optimis saya hilang hingga memutuskan untuk tidak berbicara.”
“Masyaallah, Mas Dimas, Ustaz senang sekali mendengar ini dari Mas Dimas. Mendengar kalimat positif yang keluar dari Mas Dimas. Dan juga Ustaz senang sekali sudah bisa mendengar suara merdu Mas Dimas yang kini sudah tumbuh menjadi anak yang dewasa.”

“Sekali lagi terima kasih, Ustaz, atas kesediaannya memberikan motivasi kepada saya setiap hari.”
“Sama-sama, Mas Dimas. Ustaz selalu mendoakan yang terbaik untuk Mas Dimas.”

Keduanya berpelukan, menangis bahagia. Kini Dimas tumbuh menjadi anak yang optimis, terlihat dari matanya. Dan suara itu kembali terdengar seperti sedia kala.





***

Dari sedikit kisah di atas, ternyata guru sangat memberikan dampak yang luar biasa bagi muridnya, selama guru itu mau membuka ruang cintanya dan ruang ceritanya untuk murid. Karena guru adalah ruang cinta dan cerita.

Selamat Hari Guru Nasional.
Semoga kita menjadi guru yang hebat untuk Indonesia yang kuat.

“Guru Hebat, Indonesia Kuat.”


*) Hendra Nugroho,S.Pd.I., Guru SD IT Hidayatullah Yogyakarta.

Al Qur'an Kuatkan Iman Kita. Do'a Kita Kuatkan Palestina

Rabu (15/10/2025). Dalam rangka membentuk generasi cinta dan berakhlak Al Qur'an  SD IT Hidayatullah Yogyakarta kembali mengadakan Haflatul Qur'an 2025 dengan penuh semangat dan ceria.  

Acara tersebut dilaksanakan dibeberapa tempat lokasi. Untuk putri berada di gedung lantai 3 SD IT Hidayullah Yogyakarta, sedangkan putra di Masjid Markazul Islam Yayasan As-sakinah Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta. 

Haflatul Qur'an merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Bertemakan "Al Qur'an kuatkan iman kita. Do'a kita kuatkan Palestina". Bertepatan dengan momen genosida di Palestina sejak oktober 2 tahun lalu dan masih terjajah hingga saat ini. Kegiatan Haflatul Qur'an ini adalah pernyataan dukungan solidaritas dan cinta terhadap Palestina dari generasi Qur'ani murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta. 

Wakil kepala sekolah SD IT Hidayatullah Yogyakarta Ustadz Muhammad Mukhtar Yahya, S.Sos.

Dalam sambutannya menyampaikan :

" Alhamdulillah, hari ini telah dilaksanakan Haflah Al Qur'an sebagai bukti cinta kita terhadap Al Qur'an dan cinta terhadap Palestina. Saya harap ananda semua bisa mengikuti kegiatan ini dengan niat yang lurus". Ujarnya

Acara tersebut diikuti oleh seluruh murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta dari kelas 1 sampai kelas 6. 

Haflatul Qur'an adalah ajang mengekspresikan cinta Al Qur'an yang dikemas dalam berbagai bentuk lomba :

1. MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) 

2. MTtQ (Musabaqah Tartil Quran) 

3. MHQ (Musabaqah Hifdzil Quran) 

4. MAz (Musabaqah Azan) 

5. LPP (Lomba Pidato PAI) 

6. LCP (Lomba Cerdas Cermat PAI) 

7. Kaligrafi Kontemporer 

8. Nasyid Perjuangan 

Seluruh tampilan mengandung nilai-nilai Al Qur'an,keteladanan Rasulullah SAW dan cinta terhadap Palestina.

Sepanjang acara murid-murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta  tampak antusias dan bersemangat untuk menampilkan yang terbaik.  

Adapun tujuan dan harapan diadakan Haflatul Qur'an supaya dapat menggali potensi, dan bakat murid-murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta. 

Perlombaan ini semua adalah pemenang. Karena semua kelas mendapat bingkisan terbaik yang telah disediakan oleh panitia. Semua tersenyum lega dan tidak ada yang berkecil hati. Karena tujuan utamanya adalah membentuk pribadi yang berakhlaq Al Qur'an dan meneladani ghirah keimanan saudara kita di Palestina sebagai bentuk cinta terhadap saudara seiman kita di Palestina. 

Alhamdulillah acara berlangsung dengan lancar dan meriah. Barokallahufiikum karena semua telah menampilkan yang terbaik !


Reporter : Ainul Laili Mufidah

"Memberi Hadiah untuk Anak"



 

"Memberi Hadiah untuk Anak"

Oleh: Ayun Afifah, S.Pd.

Sepulang sekolah, anakku ketiga yang masih kelas 5 SD bercerita, "Ummi... Temanku tadi ada yang tanya, kamu pas kemaren Ujian 5 Juz dapat hadiah apa? Terus pas kamu kemaren ulang tahun dapat hadiah apa?"...

Mendapat cerita anakku, saat itu aku tidak langsung meresponnya, namun aku ingin menggali lebih dalam apa reaksinya, sambil tersenyum aku bertanya balik kepadanya, "Oh ya Mba, terus kamu jawab apa?" Tanyaku...

Kemudian anakku melanjutkan ceritanya dan menjawab, "Yaa aku bilang, emang harus ya?"

Jawaban anakku yang cukup singkat, yang memang anaknya tidak banyak bicara namun cukup kritis itu membuatku flashback, mungkin dia mengingat diriku yang tidak selalu memberikan hadiah kepadanya ketika momen-momen tertentu ya pikirku... Akhirnya aku pun berucap kepadanya, "Maa sya Allah, barakallah ya Mba, mohon maaf memang Ummi tidak selalu memberi hadiah berupa benda atau materi kepadamu ketika momen-momen tertentu. Namun doa Ummi setiap hari untukmu adalah hadiah terbaik untukmu Nak. Dan Jika Ummi ada kelonggaran rezeki, tanpa diminta pun Ummi akan memberimu hadiah atas semangat dan prestasimu dalam belajar." Balasku kepadanya sambil tersenyum... Alhamdulillah dia pun cukup menerima penjelasanku sembari memelukku.

***
Memberi hadiah dalam Islam, memang dianjurkan agar menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Seperti dalam hadits Rasulullah, تَهَادُّوْاتَحَابُّوا “Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Thabrani, no. 352)

Namun tidak selalu memberi hadiah itu berupa materi atau benda. Apalagi itu sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan anak kita. Karena jika kita menormalisasi memberi hadiah berupa materi dalam setiap keberhasilan atau prestasi nya, maka itu akan mengubah orientasi nya ketika dia belajar atau berprestasi hanya karena ingin mendapatkan reward atau hadiah dari manusia.

Padahal, yang perlu kita tanamkan kepadanya mengapa ia perlu belajar dan berprestasi adalah karena tugas kita sebagai umat Islam adalah untuk beribadah kepada Allah, dan sebagai pelajar maka belajar dan berprestasi dengan memberikan yang terbaik adalah dalam rangka ibadah kita kepada Allah. Dan berprestasi berlomba-lomba dalam kebaikan adalah dalam rangka ibadah yang terbaik juga kepada Allah. Dan pentingnya kita menuntut ilmu atau belajar adalah agar kita mempunyai ilmu yang dapat berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri juga orang lain agar kita dapat selamat di dunia dan akhirat.

Itulah orientasi penting yang perlu kita tanamkan kepada anak-anak kita saat dia berbuat kebaikan dan amal shalih. Yaitu menanamkan tauhid untuk mendapatkan cinta, ridha dan pahala sebanyaknya dari Allah. Perkara jika kemudian akan ada hadiah atau reward materi yang diberikan kepadanya itu adalah bonus untuknya. Dan terkait memberikan hadiah ini boleh-boleh saja kita memberikan namun kita juga perlu memberikan pemahaman kepada anak kita mengapa kita memberikan hadiah kepadanya.

Dari berbagai sumber, dapat saya simpulkan memberikan hadiah ini ada yang perlu kita perhatikan, diantaranya yaitu:
1. Memberikan pemahaman bahwa hadiah adalah sebagai salah satu bentuk kasih sayang orangtua kepada anak. Agar anak terus termotivasi untuk berbuat kebaikan. Namun tentunya kembali kita juga arahkan dan menjaga bahwa niat kita berbuat baik atau berprestasi adalah karena Allah saja, bukan karena ingin mendapatkan hadiah dari manusia.
2. Memberikan hadiah kepada anak atas keberhasilan atas prestasi yang diraih tak selalu berupa benda atau materi namun bisa dengan verbal (pujian, ucapan selamat) atau fisik (senyuman, pelukan, belaian, tepukan di bahu, toss 5 jari, dll), atau hal yang menyenangkan yang ingin dilakukan, seperti liburan bersama.
3. Harus seimbang, bijaksana dan proporsional dalam pemberian hadiah dan hukuman kepada anak. Orangtua harus bijak dalam memberikan keduanya, agar anak mempunyai konsep diri yang bertauhid, positif, percaya diri, namun juga tidak sombong, dan tetap bertanggungjawab dengan perbuatannya.





Semoga Allah menjaga, membimbing kita dan anak keturunan kita.

Wallahu a'lam bishowab


PERJALANAN PANJANG MENCINTAI PALESTINA


PERJALANAN PANJANG MENCINTAI PALESTINA

Oleh: Hendra Nugroho

        Isu Palestina akan terus mencuat dan muncul di muka bumi ini dengan waktu yang teramat panjang. Terkhusus di kalangan umat Islam, Palestina harus menjadi tema besar sampai akhir zaman. Sudah semestinya Palestina akan menjadi obrolan di ruang-ruang keluarga muslim, Palestina akan menjadi pembicaraan di ruang-ruang pendidikan muslim, Palestina akan menjadi bincang yang memiliki pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran masyarakat. Dan bahkan semestinya, Palestina menjadi pembahasan-pembahasan kerja penting sebuah negara yang peduli terhadap Palestina.

        Bagi kita kaum muslimin terutama yang tertancap pada jiwanya gelora keimanan yang sangat dahsyat, mencintai Palestina bukanlah sekedar momentum karena kita melihat berita terjadi pembantaian yang dilakukan zionis penjajah saat itu saja. Kemudian berlalu kecintaan kita saat berita itu sudah tidak kita dengar dan saksikan kembali. Padahal kecintaan sesungguhnya, dia akan memunculkan perhatian setiap hari bahkan setiap detiknya.

        Mencintai Palestina bukanlah dulu saja, bukanlah sekarang saja, atau bahkan bukan soal waktu mendatang saja. Tetapi mencintai Palestina adalah rangkaian dari dulu sampai akhir nanti yang tidak terpisahkan. Mencintai Palestina adalah perjalanan panjang.

Kenapa demikian?

    Minimal ada tiga alasan, yang membuat kecintaan kita terhadap Palestina adalah perjalanan panjang yang tidak boleh berhenti. Ketiganya itu adalah;


1. Palestina atau Baitul Maqdis adalah negeri yang diberkahi oleh Allah langsung.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 1:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ۝١

“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Dalam salah satu tafsir dijelaskan, yaitu Tafsir Al Muyassar/Kementrian Agama Arab Saudi bahwa;

Allah memuliakan kedudukan diriNYa dan mengagungkan urusanNya karena kuasaNya untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat diperbuat oleh siapapun selainNya; tiada tuhan yang berhak disembah selainNya, dan tidak ada tuhan (penguasa alam) selainNya. Dialah yang menjalankan hambaNYa, Muhammad di malam hari pada sebagian malamnya dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan terjaga, bukan tidur, dari masjidil haram di makkah menuju masjidil aqsha di baitul maqdis yang Allah memberkahi sekelilingnya dari segi tanam-tanamannya, buah-buahannya dan lain sebagianya, dan Dia menjadikannya sebagai tempat hidup banyak nabi agar ia dapat menyaksikan keajaiban-keajaibab kuasa Allah dan petunjuk-petunjuk keesaanNYa. Sesungguhnya Allah , Dia mahamendengar semua ucapan para hambaNya lagi mahamelihat semua perbuatan mereka. Maka DIa akan memberikah hak setiap orang di dunia dan di akhirat.” 

        Point penting yang semestinya menjadikan paradigma atau kerangka berpikir kita adalah bahwa Baitul Maqdis atas kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu Wata’alaa, menjadi negeri yang Allah Subhanahu Wata’alaa berkahi dengan kesuburan dan kemakmuran dari tanaman, buah-buahan, dan segala hal yang menambah kedekatan kepada Allah Subhanahu Wata’alaa. Juga atas kuasa dan kebesaran Allah Subhanahu Wata’alaa, Baitul Maqdis atau Palestina adalah menjadi tempat kebanyakan para nabi hidup dan diutus di sana. Hal ini tentu tidak lain adalah karena Allah Subhanahu Wata’alaa mengistimewakan Baitul Maqdis.

        Maka jika Allah Subhanahu Wata’alaa sudah mengistimewakan dan memberkahi sebuah tempat atau negeri, sudah seharusnya bagi orang yang beriman untuk tidak ragu lagi kita mengistimewakan dan mencintainya juga. Karena ini sudah masuk ranah keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

2. Palestina adalah Nubuwah Rasul kita Muhammad Shalallahu “Alaihi Wasallam

        Syaikh Musthafa As Siba’i dalam bukunya “Sirah Nabawiyah” menjelaskan bahwa di akhir hidupnya Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan amanat dan pesan khusus kepada kaum muslimin untuk membebaskan daerah Balqa’ dan Darum Palestina dimana Usamah bin Zaid yang ditunjuk oleh Nabi langsung sebagai panglima. 

        Kesombongan dan keangkuhan Romawi saat itu yang membuatnya enggan mengakui hak hidup bangsa lain, bahkan mendorongnya untuk membunuh para pengikutnya yang berani masuk Islam sebagai mana yang mereka lakukan terhadap Farwah bin Amr al Judzami, seorang penguasa atas daerah Ma’an yang masih berada di bawah kekuasaan Romawi. Sehingga membuat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam perlu untuk mengutus pasukan ke sana, agar Romawi merasa takut dengan kedatangan pasukan kaum muslimin.

       Meskipun sempat tertunda pasukan yang berada di bawah panglima Usmah bin Zaid karena kondisi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sakit sampai beliau wafat. Maka nubuwah itu dilanjutkan di masa kekhilfahan Umar bin Khattab, bahkan sampai Shalahudin Al Ayubi. Mereka semua adalah menjalankan nubuwah Nabi dengan penuh keikhlasan dan kecintaannya.

        Pada saat ini dan selamanya nubuwah itu tetap ada dan wajib kita jalankan sebagai bentuk keimanan kita kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini ketika zionis penjajah menduduki tempat yang bukan haknya dan bukan miliknya, dengan segala bentuk kebiadaban yang dilakukan terhadap saudara kita di Palestina yaitu mengusir, membunuh secara keji, meluluhlantahkan segala yang ada di sana, meperlakukan manusia sebagai makhluk yang lebih hina dari pada binatang, dan menyatakan bahwa setiap bayi yang baru lahir dari rahim ibu di Palsetina adalah musuh bagi mereka. Maka semua itu harus menjadikan ghirah perjuangan kita muncul dengan dahsyat dalam pembelaan kepada Palestiana dan melawan penjajah zionis dengan segala upaya yang bisa kita lakukan.

        Terkhusus amanat UUD 1945 negara kita Indonesia, dengan jelas menolak dan harus menghapus penjajahan di atas dunia. Jika kita melawan zionis Israel, berarti kita melaksanakan amanat undang-undang negara kita. Sebaliknya, jika kita mendukung zionis Israel, berarti kita sudah mengkhianati amanat undang-undang negara kita sendiri.

3. Palestina adalah Masa Depan Umat

        Santi W Soekanto, dkk. Menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Buku Kecil Baitul Maqdis” bahwa, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan pesan kepada kita semua tentang peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang di tempat yang Allah Subhanahu Wata’alaa berkahi bernama Palestina. 

        Pertama, Baitul Maqdis menjadi salah satu tempat selain Mekah dan Madinah yang tidak akan dimasuki Dajjal.

       Kedua, Nabi ‘Isa ‘Alaihi Sallam akan turun dari langit dengan berpegangan dua sayap malaikat, kemudian shalat di Masjidil Aqsha, selanjutnya beliau akan mengejar Dajjal dan membunuhnya di Ludd, Palestina.

        Ketiga, Baitul Maqdis itu akan menjadi Padang Mahsyar, tempat berkumpulnya seluruh manusia. Kemudian manusia akan digiring menuju pengadilan Allah Subhanahu Wata’ala. 

        Dari tiga alasan di atas, maka sudah cukup bagi kita bahwa mencintai Palestina adalah rentan waktu yang sangat panjang. Jangan sampai ada kelelahan dan kebosanan untuk menunjukkan kecintaan kita terhadap Palestina. Kecintaan kita terhadap Palestina yang didasari keimanan yang kuat adalah lebih dari sebuah perasaan melihat saudar
a kita yang dibantai habis-habisan olah zionis, meskipun rasa kasihan menunjukkan kepedulian kita terhadap sesama. Tetapi jangan sampai kepedulian itu hilang saat mereka terbebas dari pembantaian. Tetapi kalau kecintaan dan keimanan yang berjalan di hati dan pikiran kita itu akan merangkum semua perasaan dan terus berjalan tiada henti sampai akhir nanti.


Wallahu Ta’alaa A’lam...

Titip Rinduku Tuk Palestina Tercinta




TITIP RINDUKU TUK PALESTINA TERCINTA

Oleh : Eka Ima Mirawati, S.Pd

        Seberkas cahaya hadir di belahan dunia dimana kiblat pertama umat islam didirikan, yang tepatnya di Asia Barat yang berada diantara laut tengah dan sungai Yordan. Cahaya yang akan terus bersinar sebagai salah satu bagian dari cahaya kehidupan untuk warga Palestina dan dunia. Negeri yang dulunya makmur terampas oleh Yahudi yang mengklaim itu tanah mereka. Bukan sebuah hal yang mudah hidup di tengah genjatan senjata yang datang terus menerus. Tapi bagi warga Palestina terus berpegang teguh pada Allah sebagai sebuah kekuatan yang luar biasa untuk mempertahankan tanah itu jangan sampai terampas oleh Israel. Tak pernah ada kamus Israel sebagai sebuah negara dalam hidup ku, yang ada negara Palestina adalah negeriku dan israel  penjajah yang keji dan tidak tahu terimakasih. Israel hanya tamu yang berusaha mengambil terus menerus wilayah palestina serta mengambil sejengkal demi sejengkal tanah kami Palestina. 

        Cahaya merah dari barat dimana genjatan senjata terus dilayangkan oleh Israel membuat rakyat Palestina harus terpisah dengan keluarganya, kehilangan keluarganya, kehilangan tempat tinggal semua dirampas oleh tentara Israel. Tidak mudah hidup ditengah agresi militer israel yang bertubi-tubi. Sebuah kepercayaan dari warga Palestina suatu saat nanti Cahaya kemenangan itu akan ada dan bersinar di negeri Palestina seperti yang telah dijanjikan oleh Allah dalam surat Al Isra ayat 5, Allah berfirman 

فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا - 

Artinya: "Apabila datang saat (kerusakan) yang pertama dari keduanya, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Itulah janji yang pasti terlaksana." 

        Dari ayat tersebut sebuah cahaya kemenangan pasti akan datang, tanpa kita ketahui. Pertolongan Allah itu nyata adanya, dimana suatu saat nanti Allah akan datangkan cahaya kemenangan dari hamba-hamba Allah yang gagah perkasa untuk merebut kembali Palestina dari Israel. Doa yang terus dipanjatkan serta support tenaga maupun barang terus mengalir untuk negari Palestina tercinta, negeri yang Indah dengan kemegahan masjidil Aqsa di dalamnya tak akan pernah kami biarkan sejengkal dari tanah Palestina direbut oleh Yahudi dimana mereka merampasnya dari waktu ke waktu. Wahai para pejuang syuhada dan bidadari syurga di negeri Palestina kalian tak pernah sendiri, ada kami dibelahan bumi lain yang terus mendoakan kejayaan negeri Palestina. Keyakinan kami begitu besar jika suatu saat nanti Palestina akan merdeka dengan pertolongan Allah SWT. 

        Berdiri ku menepi, berjalan ku menjauh dari kebisingan luar dan hiruk pikuk pekerjaan yang menumpuk hanya ingin ku bersimpuh kepada sang maha Agung dan bercerita. Ya Rabbku, batinku teriris, nafas ini serasa sesak, dan air mata ini tak sanggup terbendung melihat penederitaan warga Palestina, mereka diusir dari tanah kelahirannya, dirampas semua haknya oleh Yahudi laknatullah. Melihat anak-anak terpisah dari orang tuanya, melihat anak-anak terluka. Semua itu sangat menyakitkan dan mengiris hati. Dibalik rudal perang yang terus memborbadir negeri Palestina sungguh Engkau anugrahkan anak-anak yang luar biasa dinegeri Palestina tercinta, anak-anak yang MasyaAllah hebatnya ditengah gempuran senjata dan agrasi senjata oleh Israel anak-anak masih tetap tersenyum ketika ada tim Relawan yang bisa menembus masuk ke Palestina. 

       Perbatasan demi perbatasan dijaga dan ditutup rapat oleh para tentara Israel yang keji, tapi ingatlah kami negara lain tak akan tinggal diam akan kekejaman yang Israel lakukan kepada saudara kami di Palestina. Cahaya kemenangan dan cahaya kehidupan tuk Palestina akan segera hadir tentunya dengan ijin Allah.

      Masjid kebanggaan kami umat muslim yakni masjidil aqsa menyimpan sejarah bagi umat islam. selain sebagai kiblat pertama umat muslim sebelum dipindahkan ke mekkah. Masjid Al Aqsa yang berada dikompleks temple mount atau haram al syarif di kota Yerusalem, dimana area ini juga dikenal dengan sebutan kompleks masjid Al Aqsa itu kerap menjadi pusaran konflik antara Israel dan Palestina.              Banyak saudara kita umat muslim dilarang, diinjak ketika melasanakan solat di sana. Tak pernah gentar sedikitpun warga Palestina menghadapi berbagai serangan dari tentara Israel, mereka meyakini bahwa ini adalah tanah mereka yang harus mereka jaga dari berbagai serangan Yahudi laknatullah. Penjajah itu harus keluar dari tanah Palestina walau nyawa taruhannya. Mati syahid tuk para pejuang Palestina, keyakinan kami cahaya kemenangan akan bersinar tuk negeriku Palestina tercinta. Kutitipkan rasa rinduku tuk saudaraku yang ada di Palestina, kalian tak pernah sendiri ada kami dari belahan negeri yang lain yang tak pernah putus berdoa tuk kemenangan Palestina, ada kami yang siap membantu semampu kami. Peluk jauh dari kami tuk para pejuang di Palestina. AllahuAkbar.....

Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Palestina?

 Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Palestina?

Oleh: Ayun Afifah, S.Pd


        Palestina adalah negara saudara muslim kita yang tanahnya penuh keberkahan pun didalamnya terdapat Baitul Maqdis yang merupakan tempat dan suci juga kiblat pertama ummat Islam, sudah seharusnya kita bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir lebih memperhatikan dan turut berjuang untuk kembali “membebaskannya” dari penjajahan Zionis Israel. Dalam sejarah bangsa Indonesia, Palestina mempunyai hubungan yang sangat penting. Karena Palestina menjadi negara pertama yang kemudian mengakui Kemerdekaan dan Kedaulatan Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Dan sesuai dengan yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, Bangsa Indonesia turut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia maka kita pun sangat tidak setuju dengan adanya penjajahan Zionis Israel di Palestina dengan berbagai kekejaman dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukannya. Termasuk genosida yang telah membunuh ribuan warga sipil yang tak berdosa di tanah suci Palestina.

       Lantas, menghadapi konflik Palestina dan Israel ini bagaimana kita harus bersikap? Merangkum tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Janto Abu Abdurrahman dalam acara Sosialisasi dan Pembinaan Guru Karyawan Yayasan As-Sakinah Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Sabtu 3 Mei 2025, bahwa terhadap saudara-saudara kita di Palestina, diantaranya adalah:

1. Mendoakan. Kita harus menggunakan senjata kaum muslimin yaitu mendoakan. Itu adalah upaya utama. Bukan upaya terakhir. Dari tempat terbaik, dari waktu-waktu terbaik, jangan pernah lupa kita senantiasa mendoakan yang terbaik untuk Baitul Maqdis.

Waktu terbaik yaitu di sepertiga malam yang biasa kita gunakan untuk shalat tahajud. Tempat-tempat terbaik di Mekkah, Madinah, Palestina, dan masjid-masjid Allah lainnya. Tak lupa kita juga senantiasa bagaimana selalu memantau arahan para ulama dan mujahid yang memang menghadiri langsung di garis depan, Hidayatullah selalu on the track, selalu tersambung di garis depan.



2. Mendidik dan mentarbiyah anak-anak kita agar senantiasa terpaut dengan Baitul Maqdis.

Kita merindukan generasi Muslim yang tertarbiyah, terpaut dengan Baitul Maqdis. Kita mulai dengan mentarbiyah anak-anak kita dari jenjang pre-school dan seterusnya. Kita mengingat Syekh Ahmad Yasin yang menghadirkan seperti Abu Ubaidah, serdadu Al-Qasam. Para serdadu al-Qasam dapat memperlakukan tawanan Israel dengan baik. Seperti seorang ayah yang “ngrumati” anak-anaknya. Karena itu adalah hasil dari jiwa yang tertarbiyah dengan baik. Dan testimoni itu disampaikan sendiri oleh pihak musuh.

3. Boikot terhadap perusahaan yang mendukung dan berafiliasi dengan Zionis Israel.

Cari informasi, lakukan sedikit demi sedikit tentunya dari keluarga kita. Dan terus gencarkan dan informasikan kepada orang lain. Istiqamahkan sebagai komitmen dan dukungan kepada kepada Palestina. Sehingga dampaknya dengan aksi boikot kita dapat mempengaruhi opini publik dan mendorong perusahaan atau pemerintah untuk mengubah kebijakan atau praktik mereka.

4. Bagaimana mengupayakan diri istiqamah dalam berpartisipasi mengupayakan hadir dalam jihad dalam segala aspek kehidupan dengan jiwa raga kita. Hal tersebut menuntut konsekuensi yang luar biasa, kemuliaan jihad di sisi Allah melebihi kemuliaan orang-orang yang memberi minum jamaah haji. Kita niatkan Berpartisipasi untuk berinfak misal 1000 rupiah setiap hari kita niatkan untuk Baitul Maqdis.

5 dan 6. Menguatkan kawan sembari melemahkan musuh.

Harus segera mengetahui, pihak-pihak siapa yang memberikan loyalitas perusahaan-perusahaan yang membantu Israel, maka kita harus boikot perusahaan-perusahaan yang mendukung Israel tersebut sebagai wala bara’ kita.

Jangan sampai kita menjadi orang yang “gembosi” terhadap usaha-usaha yang memperjuangkan Palestina. Seperti terhadap “Aksi-Aksi” yang kita lakukan untuk mendukung Palestina.

Dengan analogi Saat kita melihat ada rumah kebakaran, maka kita bisa bersegara untuk mengambil ember berisi air, tidak perlu saling menyalahkan “siapa ini yang membuat kebakaran”. Maka jangan sampai kita sibuk melihat kita dari golongan mana, atau teman kita dari golongan mana, tapi kita perlu bersatu untuk membantu Palestina.


Wallahu a’lam bishowab


Sumber: Tausiyah Ustadz Janto Abu Abdurrahman dalam Sosialiasasi Yayasan As-Sakinah Pondok Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, Sabtu 3 Mei 2025.

Semuanya Bisa Menulis

 


Semuanya Bisa Menulis*

Motivasi dan tausiyah bisa kita dapatkan dari siapa saja dan kapan saja. Begitupun saya, alhamdulillah biidznillah malam ini kembali mendapatkan motivasi untuk menulis dan menjaga ketahanan rumah tangga dengan wasilah siaran live Bu Ida Nur Laila di laman FB. Beliau adalah seorang penulis buku, konsultan keluarga juga istri dari penulis kondang Ustadz Cahyadi Takariawan.
Rupanya saat itu beliau sedang kedatangan rombongan tamu Ummahat dari Bandung yang mengadakan Silaturahmi Tokoh. Dan beliau pun membagikan perbincangan beliau dengan rombongan Ummahat tersebut, yang saya rangkum dalam tulisan di bawah ini:
Semuanya bisa menulis...
Menurut Bu Ida, menulis itu kompatibel (selaras) dengan profesi apapun. Menulis adalah aktivitas, hobi, profesi yang bisa dilakukan oleh siapapun.
Semuanya bisa menulis. Asalkan bisa berfikir, kita bisa menulis. Bahkan orang yang tidak bisa bicara pun, bisa menuliskan pikirannya dengan teknologi yang ada. Contoh orang stroke, dengan kedipan mata bisa menuangkan pikirannya yang ditulis oleh komputer.
Mindset yang perlu kita bangun adalah:
1. Kita semua bisa menulis. Ya In sya Allah bisa. Kita yakin dulu, jika kita bisa. Namun jika kita mengatakan tidak bisa menulis, ya tidak akan bisa.
2. Kita sebagai seorang anak, ibu, dai, atau dengan berbagai profesi kita, kita memiliki banyak sekali pengalaman yang bisa kita bagikan kepada orang lain.
Pengalaman satu orang dengan orang lainnya itu unik, dan tidak akan bisa disamakan. Bisa jadi sebuah peristiwa yang sama, akan memberikan makna yang berbeda bagi tiap orang. Karena kita mengambil makna dari sebuah peristiwa dari masa lalu kita, pengetahuan, pengalaman, maka cara kita merespon sesuatu pun akan berbeda-beda.
Bu Ida kembali menekankan, jika kita mempunya pengalaman, gagasan, cita-cita, bisa kita bagikan kepada orang lain. Dan jika pengalaman kita tidak dituliskan atau tidak dibagikan maka ia akan terkubur dengan jasad kita.
Kita dengan berbagi profesi kita, akan banyak sekali kisah atau pengalaman yang bisa kita tuliskan dan bagikan. Contohnya bagi seorang yang berprofesi sebagai guru, akan mempunyai murid baru setiap tahunnya. Murid-murid kita jika kita tuliskan maka akan banyak sekali tulisan kita. Ada kisah seorang penulis Torey Haden, seorang guru SLB; anak autis, broken home, dan lail-lain, menuliskan 1 murid 1 buku. Dikisahkan dengan sangat detail, bahkan hingga murid itu lulus, masih dilacak keberadaannya. Bukunya menjadi best seller, dan telah diterjemahkan dalam banyak bahasa.
Menulis itu adalah warisan kita untuk generasi yang akan datang. Ibu-ibu bisa menceritakan kisah anak-anaknya. Anak 1 hingga ke berapa, pasti ada ceritanya masing-masing. Dari proses kehamilan, kelahiran, dan pertumbuhan anak kita. Anak-anak kita menjadi tokoh utama dalam cerita kita. Anak kita akan sangat suka membacanya.
Beberapa manfaat menuliskan kisah anak-anak kita:
1. Mengantarkan anak kita semakin birrul walidain, karena membaca cerita atau kisah ibu dalam perjuangannya semasa hamil, melahirkan atau saat mendidik anak.
2. Saat cinta kita dengan anak kita diuji, misal saat remaja, ketika anak kita ada masalah dengan kita, bisa mengembalikan bonding dengan anak kita, bahwa kita senantiasa sayang kepada anak kita.
3. Bagi ibu-ibu saat menulis itu adalah healing, menyalurkan perasaannya, saling menguatkan satu sama lain, menjaga kewarasan mental.

Rumus atau Tips dari Pak Cah agar Istiqamah Menulis:
1. Meluangkan waktu 8 menit sehari untuk menulis.
2. Tetapkan waktu, tempat, dan alat (device) nya apa untuk menulis.
Jika kita ingin membuat karya, kita harus membuat outline, planning, target kita. Kita punya komitmen untuk menyelesaikan karya. Sebaiknya kita punya tempat kerja untuk menulis, boleh saja di dapur atau tempat khusus untuk menulis.
Kita bisa Menabung naskah menjadi buku: caranya buat outline dulu, kita tulis dan kembangkan tiap bab nya, di posting di blog setiap bulan. Setelah jadi semua bab nya, bisa dijadikan buku.
Menulis suka-suka merupakan kumpulan tulisan di berbagai media. Kita bisa menulis di berbagai wadah/ sarana, misal blog atau FB, dan suatu saat bisa kita satukan menjadi buku, tinggal disesuaikan atau editing menjadi bahasa buku, dan kita ambil tema yang sama.
Menulis dengan tema-tema tertentu juga bisa memfokuskan tulisan kita. Misal kesehatan, pendidikan, atau inspirasi seperti buku nya Pak Cah “Butterfly Effect” yang mempunya tema tentang inspirasi.
Kita juga bisa menulis suka-suka sesuai dengan keinginan kita. Sesuai situasi kondisi. Ada yang menarik, atau ingin kita tulis, bisa kita tuliskan. Untuk memudahkan jika kita ingin membuat buku dalam komunitas kita, kita bisa menulis buku antologi, disesuaikan dengan tema yang diinginkan dan dikerjakan bersama-sama. Maka akan lebih ringan.
Resep Rumah Tangga Bahagia:
1. Closing cintanya Allah, maka kita akan dimudahkan closing cintanya manusia. Jika hablumminallah baik, maka hablumminannaas akan beres. Termasuk dengan suami kita.
2. Tebar pesona akhlak. Jadikan diri kita senantiasa berakhlak mulia dalam situasi apapun kepada suami kita. Sehingga suami tidak akan punya komplen kepada istrinya. Karena suami sudah terpesona dengan akhlak istrinya.
3. Berikan service excelent. Prioritaskan suami, berikan yang terbaik untuk pasangan hingga ia merasa tersanjung.
4. Jadikan aku perempuan kedua. Yang pertama adalah ibu suami kita (mertua). Jika kita mengutamakan, muliakan ibu mertua kita, maka suami juga akan menyanjung kita, semakin cinta kepada kita. Jika ada apa-apa, ibu mertua akan membela kita.
5. Terus lakukan doa-doa kita kepada Allah. Kita fokus dengan kelebihannya, kekurangan suami kita sampaikan kepada Allah dengan doa-doa kita.
Dan bagaimana jika orang tua kita sudah wafat, maka orang tua kita lebih membutuhkan kita. 3 hal yang akan terus mengalir pahalanya, berikan kepada orangtua kita. Wakaf jariyah atas nama orang tua kita. Sebarkan ilmu bermanfaat yang diajarkan orangtua kita. Doa anak shalih, doa dari kita anak-anaknya.
*Sumber: Siaran Langsung Ibu Ida Nur Laila di Facebook.
Dirangkum oleh: Ayun Afifah, S.Pd.

Festival Anak Shalih V SD IT Hidayatullah Berlangsung Meriah

Ratusan Peserta Antusias Ikuti Lomba Islami, Perebutkan Piala Bupati

Sleman, Yogyakarta – SD IT Hidayatullah kembali menggelar Festival Anak Shalih (FAS) untuk yang kelima kalinya pada Sabtu, 13 September 2025. Acara tahunan ini berlangsung meriah dan penuh antusias, diikuti lebih dari 100 peserta dari berbagai sekolah, TPQ, dan TPA di wilayah Sleman dan sekitarnya.

Sejak pagi hari, suasana sekolah sudah dipenuhi keceriaan. Para peserta bersama orang tua mereka disambut hangat oleh satpam yang ramah dan ustadzah yang sigap membantu proses registrasi. Dengan biaya pendaftaran Rp5.000, peserta tidak hanya mendapat kesempatan mengikuti lomba, tetapi juga memperoleh snack, sertifikat, hingga doorprize menarik di akhir acara.

Cabang Lomba Islami

FAS V menghadirkan lima cabang lomba yang mengasah kemampuan sekaligus menanamkan nilai keislaman sejak dini, yaitu:

🎤 Adzan

📖 Hafalan Surat Pendek

🤲 Hafalan Doa Sehari-hari

🎨 Mewarnai


🎙️ Pildacil

Ajang ini memperebutkan hadiah jutaan rupiah serta piala bergengsi dari Bupati Sleman. Tak hanya itu, kemeriahan festival juga semakin lengkap dengan adanya bazar aneka makanan di halaman sekolah yang ramai dikunjungi peserta dan wali murid.

Apresiasi Panitia

Ketua Panitia, Mukhtar Yahya, S.S., menyampaikan rasa syukur atas suksesnya acara.

“Alhamdulillah, Festival Anak Shalih ke-5 berjalan lancar. Kami berterima kasih kepada ayah bunda dan ananda yang telah berpartisipasi. Mohon maaf bila ada kekurangan. InsyaAllah tahun depan kegiatan ini akan lebih baik lagi,” ujarnya.

Ia juga mengucapkan selamat kepada para juara dan memberi semangat kepada peserta lain agar tidak patah semangat.

“Bagi yang belum juara, semoga di kesempatan berikutnya Allah berikan hasil terbaik,” tambahnya.

Kesan Positif Wali Murid

Banyak wali murid mengaku terkesan dengan suasana sekolah yang asri, teduh, dan ramah. Salah seorang wali murid asal Prambanan menuturkan:

“MasyaAllah, dari masuk sudah terasa sambutan yang hangat. Parkiran luas, ustadzah ramah, anak-anak senang. Pulang dapat doorprize, ada bazar makanan enak, dan sekolahnya nyaman sekali. Saya baru tahu ada sekolah sebagus ini di Sleman.”

Penampilan Spesial & Penutup Meriah Menjelang akhir acara, suasana semakin semarak dengan penampilan sambung ayat dari murid-murid SD IT Hidayatullah, atraksi karate, serta tampilan pasukan pandu. Tidak hanya itu, kehadiran guest star Kak Bima dengan kisah inspiratifnya membuat anak-anak semakin antusias.

Acara kemudian ditutup dengan pembagian hadiah untuk para pemenang lomba, yang disambut sorak gembira peserta dan tepuk tangan hangat para wali murid.

Harapan ke Depan

Pihak sekolah berharap festival ini dapat menjadi ajang positif untuk mempererat silaturahmi antar lembaga pendidikan Islam, sekaligus memperkenalkan SD IT Hidayatullah kepada masyarakat luas.

“Kami mengajak ayah bunda untuk bersama-sama mendidik anak-anak dengan pendidikan bertauhid, unggul, dan berkarakter. Dengan izin Allah, SD IT Hidayatullah berkomitmen melahirkan generasi Qur’ani yang berwawasan tinggi dan berakhlak mulia,” ungkap Mukhtar Yahya.


Rep: panitia FAS V
Foto: panitia FAS V