Jika kita ingin menggali arti dari seorang guru, maka disebutkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa guru diartikan sebagai orang yang profesinya mengajar. Sedangkan menurut pakar psikologi Islam Indonesia bernama Zakiyah Darajat menyebutkan bahwa; “Guru merupakan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru ialah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah”.

Guru adalah profesi yang sangat mulia, bagaimana tidak. Masih ingatkah kita dengan pepatah guru “digugu dan ditiru”?. Digugu artinya setiap apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan oleh seorang guru itu sangat-sangat dipertanggungjawabkan. Sedangkan ditiru adalah guru menjadi tauladan dari seluruh perkataan dan perbuatannya oleh seluruh murid bahkan seluruh stakeholder. Mereka akan selalu melihat bagaimana gurunya bertutur kata dan berbuat.
Lalu dimana letak kemuliaannya?
Minimal ada dua point utama yang bisa mengantarkan kita pada pengertian dasar guru dan dua point tersebut adalah hal yang mengangkat kedudukan mulia seorang guru, yaitu:
1. Guru Sebagai Pengajar.
Sebagaimana kita ketahui, salah satu dari sekian fungsi dan peran seorang guru adalah mengajar. Guru mengajarkan ilmu, mentransfer pengetahuian kepada anak didik, dengan harapan generasi penerus bisa cerdas, bisa unggul dari sisi knowladge.
Terlebih, Islam sendiri sangat menjunjung tinggi pada yang namanya ilmu. Orang beriman saja tidak cukup, tapi dia harus lebih dari itu, harus memiliki ilmu. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Mujaadilah ayat ke 11 yang artinya:
“...Dan apabila dikatakan;’berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat’...”
Dan masih banyak lagi dalil-dalil baik dari Al Qur’an, As Sunnah, maupun perkataan para ulama terkait kedudukan ilmu dalam Islam. Ilmu apa pun itu, terkhusus ilmu syari’at.
Belum lagi dikatakan bahwa guru adalah pewaris para nabi, karena kenapa?. Karena kesamaan misi. Para nabi membawa misi menyampaikan pesan, menyampaikan risalah kepada seluruh manusia dari Allah Subhanahu Wata’aalaa. Dan guru melanjutkan peran para nabi, yaitu menyampaikan ilmu dan kebaikan kepada para peserta didik.
Disebutkan juga oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin Pengasuh Pondok Pesantren Imam Bukhori Karanganyar - Solo dalam bukunya “Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat” bahwa, mereka (guru atau pendidik) merupakan kepanjangan tangan para ulama sebagai pengemban amanah ilmu dan pendidikan bagi generasi umat.

2. Guru Sebagai Pendidik
Selain memberikan pengajaran suatu ilmu, guru juga berfungsi sebagai pendidik atau pendakwah, yang menyeru dan mengingatkan kepada peserta didik tentang kebaikan yang harus dilakukan dan keburukan yang harus ditinggalkan.
Maka peran guru sebagai pendidik juga sekaligus mencakup tarbiyah dan ta’lim dengan tujuan membentuk pribadi peserta didik yang memiliki sifat mulia dan selalu terikat dengan Rabbnya. Dengan demikian terciptalah generasi rabbani, yaitu generasi yang menitikberatkan penghambaannya kepada Allah, lalu menyampaikan kebaikan kepada umat manusia.
Lalu apa problematika yang terjadi?
Kalau ditanya apa problematika dari seorang guru?, maka jawabannya akan banyak dan bervariasi. Dan bukan hanya guru, seluruh profesi pasti memiliki problematiknya masing-masing. Adapun problematika yang mengkhususkan guru. Salah satu yang bisa diambil adalah kesejahteraan.
Ini sebenarnya bukan masalah baru, tapi persoalan sejak lama. Kesejahteraan guru selalu menjadi perbincangan hangat. Karena dirasa jauh sekali antara apa yang diberikan guru kepada peserta didik dengan apa yang diterima oleh guru sebagai haknya.
Banyak guru yang mengabdi belasan tahun, mengajar belasan tahun, namun penghargaan yang diterima bisa dikatakan sangat tidak layak. Bukankah mereka menafkahi keluarganya?, bukankah mereka harus memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai makhluk hidup, baik itu makanan, pakaian, dan tempat tinggal?. Ditambah biaya kebutuhan hidup semakin hari akan semakin naik serirng berjalannya waktu. Pada akhirnya banyak juga para guru yang beralih profesi karena alasan kesejahteraan.
Terlebih lagi akhir-akhir ini, sikap “dzolim” kepada guru sangat marak sekali. Dan hal itu bisa dilakukan oleh siapa saja, lebih-lebih oleh muridnya sendiri. Dengan dalih tidak suka dinasihati gurunya, ditegur gurunya, dan diberikan pemahaman yang baik oleh gurunya, seorang murid melapor kepada orang tuanya. Orang tua dengan alasan tidak suka dan tidak terima anaknya dinasihati yang baik, ditegur karena melakukan pelanggaran, maka orang tua lapor pada pihak yang berwajib. Padahal masalahnya bisa jadi ada pada diri murid itu sendiri.
Lalu harus bagaimana?, jika lelah telah menghampiri kita.
‘Alaa Kulli Haal semuanya ada ujiannya masing-masing, ada problemnya masing-masing. Dimana semua itu hadir pada diri kita sebagai seorang guru terkhusus, tidak lain dan tidak bukan untuk meningkatkan kualitas iman kita kepada Allah. Allah ingin tahu sejauh mana keimanan kita terhadapNya.
Kunci utamanya, agar lelah menjadi lillah, kemudian kualitas iman kita kepada Allah semakin bertambah, dan kita tancakpan kembali keyakinan kita bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Kunci pertama adalah ikhlas dan kunci keduanya adalah sabar.
Ikhlas itu sangatlah penting, supaya yang kita kerjakan itu tidak sia-sia dan kita tidak hanya mendapatkan lelah dan capek, tetapi pahala di sisi Allah pun kita dapatkan. Sedangkan sabar adalah agar pekerjaan yang kita lakukan terkhusus dalam hal ini pekerjaan guru itu terjaga keistiqomahannya. Sedangkan kita tahu bagaimana istimewanya orang-orang sabar dan orang-orang yang istiqomah.
Mari perlahan kita coba renungi hadits Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam yang diriwatkan oleh imam Tirmidzi bahwa nabi bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”.
Semoga dari hadits di atas memberikan energi positif kepada kita, agar kita bangkit dan lebih bersemangat untuk menjalankan amanah yang mulia ini disaat lelah melanda dan futur telah mendatangi kita. Ingat, bahwasannya kita (guru) adalah penyelamat umat dan bangsa. Semoga Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kita kerjakan.