Mendampingi Anak Kinestetik dalam Belajar dan Menghafal al-Quran

 

    Ayah Bunda sekalian apakah mempunyai anak yang tidak bisa diam ketika belajar? Ataukah mempunyai anak yang fokusnya hanya sekejap saja? Apakah Ayah Bunda sudah melakukan berbagai cara membuat anak untuk anak duduk anteng mendengarkan namun belum berhasil juga? Tenang Bunda… kita mempunyai persamaan kok. Dan mungkin ada banyak Ayah atau Bunda yang merasakan hal yang sama.


     Sebelum kita melabeli anak kita ”nakal” karena tidak bisa diam atau anteng ketika belajar, ada baiknya kita belajar kembali dan mengenali berbagai macam kecerdasan yang Allah anugerahkan kepada anak-anak kita. Anak yang tidak bisa diam duduk anteng dan mempunyai fokus sebentar saja ketika belajar biasanya adalah ciri-ciri umum anak yang mempunyai gaya belaja
r kinestetik.


    Saya mempunyai pengalaman dengan anak kedua yang ternyata adalah anak yang gaya belajarnya kinestetik. Anak laki-laki yang sangat aktif dalam melakukan kegiatan fisik motorik, tidak bisa diam dan mempunyai fokus sebentar saja ketika belajar. Namun Bunda sebaiknya tidak lantas marah-marah, stress atau merasa berputus asa menangani anak seperti ini ya Bunda. Karena memang sudah karakteristik dia seperti itu.

    Qadarullah anak saya ketika TK dan SD masuk ke dalam Kelas Tahfizh yang mempunyai target hafalan lebih banyak daripada kelas reguler pada umumnya. Untuk membantu dia dalam menghafal, saya perdengarkan murattal setiap hari surat-surat pada Juz yang sedang dia hafal. Dengan memutarkan murattal ini, walau dia bergerak aktif kesana kemari saat bermain, otak bawah sadarnya merekam apa yang dia dengar. Dan ini sangat membantu ketika menghafal surat-surat baru. Dia lebih mudah melafalkan ayat-ayat al-Quran karena lantunan ayat al-Quran tersebut sudah familiar di telinga dia karena sering dia dengarkan.


    Ketika dia masih TK dan SD Kelas bawah, dimana saat itu dia belum bisa membaca al-Quran sendiri, maka saya men-talaqqi surat yang akan dia hafal. Saat itu saya pun menalaqqi dia sambil dia memainkan mobil-mobilan atau mainan yang lainnya. Sepertinya dia tidak mendengarkan apa yang kita ajarkan, namun percayalah Bunda dia merekam apa yang kita perdengarkan.

    Alhamdulillah setelah dia bisa membaca al-Quran sendiri, saya tidak banyak lagi menalaqqi hafalan. Dia sudah bisa menghafal mandiri dan sudah bisa duduk diam lebih lama. Walau tetap saja saya perhatikan ketika di memurajaah hafalan terkadang tangannya tidak bisa diam. Seperti memainkan bola kecil atau alat-alat lainnya. Itulah keunikannya, mereka belajar atau menghafal dengan menggerakkan badannya. Entah itu tangannya atau kakinya, bahkan badannya yang bergerak kesana kemari. Mungkin secara adab agak kurang bagus, namun percayalah hal itu akan berproses. Semakin bertambah usia, nanti gerakan yang dia lakukan akan semakin berkurang. Alhamdulillah atas kemurahan dan kemudahan yang Allah berikan, tak lupa bimbingan dan kesabaran para Assatidzah di sekolah, juga doa-doa yang dipanjatkan, saat lulus SD dia bisa menyelesaikan hafalannya sebanyak 7 juz.

    Tahun ini saya pun mendapat amanah mengaja
r al-Quran Kelompok Putera di Kelas 1 SD. Ada 1 anak yang saya perhatikan ketika belajar belum bisa fokus duduk anteng ketika menghafal. Ada saja benda yang ia mainkan ketika menghafal, entah itu pensil atau penjepit porto folio punya kelas yang berada dekat dengannya. Dia mainkan sepanjang dia menghafal. Sengaja saya tidak melarang apa yang dia lakukan, sepanjang dia tidak mengganggu temannya yang lain, karena saya perhatikan sejak awal sepertinya dia anak kinestetis. Walaupun sepertinya dia tidak serius atau fokus dan perhatian dengan pelajaran atau hafalannya. Namun ternyata ketika setoran hafalan dia mampu melakukkannya dengan baik.

   Betapa anak-anak kita adalah anugerah dari Allah untuk kita. Mereka mempunyai karakter, kecerdasan dan gaya belajarnya masing-masing. Alangkah bijaknya sebagai orang tua dan guru bisa mengenali keunikan anak-anak kita agar mereka dapat belajar dengan baik dan nyaman, tergali minat dan bakatnya. Penanganan yang tepat terhadap keunikan anak-anak kita akan melejitkan potensi mereka. 

    Arahan dari kita untuk hal-hal pokok dan prinsip tetap kita berikan untuk mengarahkan dan mengimbangi anugerah tersebut. Perjalanan anak kita masih panjang. Masih banyak proses belajar yang akan dilalui. Kesabaran kita sebagai orang tua maupun guru dalam mendampingi mereka sangatlah diharapkan. Agar fitrah anak yang sudah baik dapat terjaga dan terus berkembang. 

Allahu a’lam bisshowab. Barakallahufiikum. 




Oleh: Ayun Afifah, S.Pd

(Guru al-Quran di SD IT Hidayatullah Yogyakarta)


Motivasi Al Qur'an dan Penutupan Ujian Tahfidz kelas 6 Reguler

 


Tim Al Qur'an kelas reguler  SD IT Hidayatullah Sleman- selenggarakan motivasi Al Qur'an bersama Ustadz Alamsyah Arifin S. Pd.I. Bertempat di Aula TK Yaa Bunayya Pesantren Hidayatullah Yayasan As-sakinah Sleman, Yogyakarta. Jum'at (30/05/2025). 

Motivasi Al Qur'an dilaksanakan sebagai bentuk penguatan kepada murid-murid khususnya kelas 6 reguler karena telah melaksanakan ujian tahfidz.  


Dihadiri oleh, Wali kelas 6 reguler, Bidang Kurikulum Ustadzah Dwi Nurnaningsih S.Pd,  Supervisor Al Qur'an Ustadzah Andriyani Nurhayati, S.E.I.,, Koordinator Al Qur'an kelas reguler Ustadz Makruf dan seluruh Asatidzah pengampu maupun pendamping kelas 6 reguler.

Disampaikan Ustdzah Nur selaku supervisor Al Qur'an dalam sambutannya."Bismillah Alhamdulillah telah terlaksana rangkaian kegiatan Ujian Tahfizh Kelas 6AB dari hari Senin-Jum'at, 26-30 Mei 2025. Materi Ujian Tahfizh yang diujikan meliputi Tahfizh Juz 30,29,28,1-3 (6 Juz). Pencapaian yang diraih oleh anak-anak tidak terlepas dari pertolongan Allah & kesungguhan anak-anak & Ustadz/ah dalam pembelajaran Al Qur'an. Semoga Allah memudahkan anak-anak tetap istiqomah dalam membaca, mentadaburi, menghafal & mengamalkan Al Qur'an." tuturnya. 

Murid-murid kelas 6 reguler mengikuti motivasi Al Qur'an dengan bersemangat dan  menyimak penuh khidmat. 

Dalam materinya Ustadz Alamsyah Arifin S.Pd.I. menyampaikan tips dan trik dalam menjaga hafalan Al Qur'an.  " Al Qur'an itu istimewa. Maka berikan haknya. Yaitu: 

- Dibaca 

- Ditadaburi 

- Dihafalkan 

- Diamalkan 

- Dijadikan sebagai penawar atau obat." 

Ustadz Makruf sebagai Kordinator Al Qur'an juga menambahkan nasehat terbaiknya. "SD IT Hidayatullah, ditempat ini kita mulai dan di syurga kita berkumpul."

Acara ditutup dengan foto dan dokumentasi penyerahan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh murid kelas 6 reguler karena telah melaksanakan ujian tahfidz. 

Harapannya dengan diadakannya motivasi Al Qur'an, tidak hanya menambah referensi ilmu dan menguatkan hafalan ananda. Dengan Al Qur'an ananda tumbuh menjadi generasi yang berakhlaq mulia. Menjadikan syafaat untuk orangtuanya. dan sekaligus menjadi generasi harapan yang mampu membawa perbaikan dalam meningkatkan mutu kehidupan.

Rep : Ainul L.M

Foto: Hendrico

What You Think You Become

 

    Banyak jurnal-jurnal yang membuktikan bahwa kekuatan pikiran sangat berpengaruh terhadap takdir seseorang dengan izin Allah Swt. Kekuatan yang besar dengan eksekusi maximal dilandasi oleh pemikiran yang hebat pula, pun sebaliknya.

 




   
Ada sebuah kisah di negara Amerika tentang pegawai yang terkurung di gudang pendinginan selama 1 malam. Ia tidak sadar bahwa pintu gudangnya terkunci dan ia terjebak di dalamnya. Ia sangat panik dan menelpon teman-temannya disana namun sialnya tidak ada sinyal HP di dalamnya. berfikir keraslah orang tersebut. Ia sangat khawatir bagaimana jika ia mati kedinginan di dalamnya karena ia berfikir ruangan tersebut sangat dingin dan jaket  tebal yang ia pakai tidak cukup menghangatkannya dalam satu malam. Keesokan harinya temannya membuka gudang pendinginan tersebut dan menemukan ia meninggal dalam keadaan memeluk tubuh seolah-olah ia mati kedinginan, yang lebih mengejutkan lagi mesin pendinginannya mati, betul.. ia mati karena dibunuh oleh pemikirannya sendiri




        Ada lagi kisah yang tak kalah menarik tentang seseorang yang didiagnosa tidak akan sembuh oleh penyakit mematikan. Berbagai obat telah ia minum dan berbagai tempat telah ia kunjungi, namun ia tetap belum juga sembuh. Suatu ketika ia didatangi oleh orang yang mengaku bisa menyembuhkan penyakitnya. Ia membawa obat biru dan merah dan dihadapkan kepada penderita penyakit tersebut. Orang sakit itu pun meminum obat tersebut sesuai arahan yang diberikan, ia sangat yakin dua obat tersebut bisa menyembuhkannya. Beberapa bulan kemudian ternyata penyakit tersebut tidak pernah kambuh lagi. Setelah para dokter memeriksa ternyata obat tersebut hanyalah permen pahit dengan sedikit perisa manis. Akhirnya dokter sadar bahwa bukan obatnyalah yang menyembuhkannya akan tetapi pemikirannya atas izin Allah Swt.



    Saya jadi teringat perkataan Margaret Thatcher Mantan Perdana Menteri Britania Raya. Ia berkata “Watch your thoughts, for they will become actions. Watch your actions, for they'll become... habits. Watch your habits for they will forge your character. Watch your character, for it will make your destiny.” yang pada dasarnya dapat diartikan what you think you become dengan artinya apa yang kamu fikir itulah yang akan terjadi, tentunya semua terjadi atas izin Allah Swt.




Oleh: Afnan Al-Qudsi, Tim Markom Yayasan As Sakinah Yogyakarta


Aku Lelah Menjadi Guru


        Jika kita ingin menggali arti dari seorang guru, maka disebutkan dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa guru diartikan sebagai orang yang profesinya mengajar. Sedangkan menurut pakar psikologi Islam Indonesia bernama Zakiyah Darajat menyebutkan bahwa; “Guru merupakan pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak. Dalam hal ini orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sedangkan guru ialah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah”. 



       Guru adalah profesi yang sangat mulia, bagaimana tidak. Masih ingatkah kita dengan pepatah guru “digugu dan ditiru”?. Digugu artinya setiap apa yang dikatakan atau apa yang dilakukan oleh seorang guru itu sangat-sangat dipertanggungjawabkan. Sedangkan ditiru adalah guru menjadi tauladan dari seluruh perkataan dan perbuatannya oleh seluruh murid bahkan seluruh stakeholder. Mereka akan selalu melihat bagaimana gurunya bertutur kata dan berbuat.

Lalu dimana letak kemuliaannya?

    Minimal ada dua point utama yang bisa mengantarkan kita pada pengertian dasar guru dan dua point tersebut adalah hal yang mengangkat kedudukan mulia seorang guru, yaitu:

1. Guru Sebagai Pengajar.
Sebagaimana kita ketahui, salah satu dari sekian fungsi dan peran seorang guru adalah mengajar. Guru mengajarkan ilmu, mentransfer pengetahuian kepada anak didik, dengan harapan generasi penerus bisa cerdas, bisa unggul dari sisi knowladge.
Terlebih, Islam sendiri sangat menjunjung tinggi pada yang namanya ilmu. Orang beriman saja tidak cukup, tapi dia harus lebih dari itu, harus memiliki ilmu. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Mujaadilah ayat ke 11 yang artinya:
“...Dan apabila dikatakan;’berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat’...
        Dan masih banyak lagi dalil-dalil baik dari Al Qur’an, As Sunnah, maupun perkataan para ulama terkait kedudukan ilmu dalam Islam. Ilmu apa pun itu, terkhusus ilmu syari’at.
Belum lagi dikatakan bahwa guru adalah pewaris para nabi, karena kenapa?. Karena kesamaan misi. Para nabi membawa misi menyampaikan pesan, menyampaikan risalah kepada seluruh manusia dari Allah Subhanahu Wata’aalaa. Dan guru melanjutkan peran para nabi, yaitu menyampaikan ilmu dan kebaikan kepada para peserta didik.
        Disebutkan juga oleh Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin Pengasuh Pondok Pesantren Imam Bukhori Karanganyar - Solo dalam bukunya “Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat” bahwa, mereka (guru atau pendidik) merupakan kepanjangan tangan para ulama sebagai pengemban amanah ilmu dan pendidikan bagi generasi umat.





2. Guru Sebagai Pendidik
        Selain memberikan pengajaran suatu ilmu, guru juga berfungsi sebagai pendidik atau pendakwah, yang menyeru dan mengingatkan kepada peserta didik tentang kebaikan yang harus dilakukan dan keburukan yang harus ditinggalkan.
       Maka peran guru sebagai pendidik juga sekaligus mencakup tarbiyah dan ta’lim dengan tujuan membentuk pribadi peserta didik yang memiliki sifat mulia dan selalu terikat dengan Rabbnya. Dengan demikian terciptalah generasi rabbani, yaitu generasi yang menitikberatkan penghambaannya kepada Allah, lalu menyampaikan kebaikan kepada umat manusia.
Lalu apa problematika yang terjadi?
Kalau ditanya apa problematika dari seorang guru?, maka jawabannya akan banyak dan bervariasi. Dan bukan hanya guru, seluruh profesi pasti memiliki problematiknya masing-masing. Adapun problematika yang mengkhususkan guru. Salah satu yang bisa diambil adalah kesejahteraan.
Ini sebenarnya bukan masalah baru, tapi persoalan sejak lama. Kesejahteraan guru selalu menjadi perbincangan hangat. Karena dirasa jauh sekali antara apa yang diberikan guru kepada peserta didik dengan apa yang diterima oleh guru sebagai haknya.
        Banyak guru yang mengabdi belasan tahun, mengajar belasan tahun, namun penghargaan yang diterima bisa dikatakan sangat tidak layak. Bukankah mereka menafkahi keluarganya?, bukankah mereka harus memenuhi kebutuhan pokoknya sebagai makhluk hidup, baik itu makanan, pakaian, dan tempat tinggal?. Ditambah biaya kebutuhan hidup semakin hari akan semakin naik serirng berjalannya waktu. Pada akhirnya banyak juga para guru yang beralih profesi karena alasan kesejahteraan.
        Terlebih lagi akhir-akhir ini, sikap “dzolim” kepada guru sangat marak sekali. Dan hal itu bisa dilakukan oleh siapa saja, lebih-lebih oleh muridnya sendiri. Dengan dalih tidak suka dinasihati gurunya, ditegur gurunya, dan diberikan pemahaman yang baik oleh gurunya, seorang murid melapor kepada orang tuanya. Orang tua dengan alasan tidak suka dan tidak terima anaknya dinasihati yang baik, ditegur karena melakukan pelanggaran, maka orang tua lapor pada pihak yang berwajib. Padahal masalahnya bisa jadi ada pada diri murid itu sendiri.
Lalu harus bagaimana?, jika lelah telah menghampiri kita.




        Alaa Kulli Haal semuanya ada ujiannya masing-masing, ada problemnya masing-masing. Dimana semua itu hadir pada diri kita sebagai seorang guru terkhusus, tidak lain dan tidak bukan untuk meningkatkan kualitas iman kita kepada Allah. Allah ingin tahu sejauh mana keimanan kita terhadapNya.
    Kunci utamanya, agar lelah menjadi lillah, kemudian kualitas iman kita kepada Allah semakin bertambah, dan kita tancakpan kembali keyakinan kita bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia. Kunci pertama adalah ikhlas dan kunci keduanya adalah sabar.
        Ikhlas itu sangatlah penting, supaya yang kita kerjakan itu tidak sia-sia dan kita tidak hanya mendapatkan lelah dan capek, tetapi pahala di sisi Allah pun kita dapatkan. Sedangkan sabar adalah agar pekerjaan yang kita lakukan terkhusus dalam hal ini pekerjaan guru itu terjaga keistiqomahannya. Sedangkan kita tahu bagaimana istimewanya orang-orang sabar dan orang-orang yang istiqomah.
        Mari perlahan kita coba renungi hadits Nabi Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam yang diriwatkan oleh imam Tirmidzi bahwa nabi bersabda:
« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ
وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »
Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”.
        Semoga dari hadits di atas memberikan energi positif kepada kita, agar kita bangkit dan lebih bersemangat untuk menjalankan amanah yang mulia ini disaat lelah melanda dan futur telah mendatangi kita. Ingat, bahwasannya kita (guru) adalah penyelamat umat dan bangsa. Semoga Allah gantikan dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kita kerjakan.

Wallahu Ta’aalaa A’lam




Oleh: Hendra Nugroho, S.Pd.I, Guru SD IT Hidayatullah Yogyakarta

Foto : Afnan

Kebakaran Garmen Mataram Balong, Arus Kendaraan Pengantar Sekolah Dialihkan

Pertigaan Mataram Garmen Menuju SDIT Hidayatullah Yogyakarta Ditutup

Sleman 21/05/2025 sekitar subuh grup-grup WA dipenuhi berita mengenai kebakaran yang terjadi di Mataram Garment Balong Donoharjo Ngaglik Sleman. Berita duka itu seketika juga memenuhi grup keluarga besar Yayasan As-Sakinah Yogyakarta dan sekolah-sekolah yang dinaunginya. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un dan berbagai ucapan duka silih berganti dengan video-video yang menampakkan si jago merah yang menyemburkan asap hitam di pabrik konveksi itu.

"... Diberitahukan kepada Ayah Bunda bahwa pabrik garmen kebakaran pagi ini. Kemungkinan pengondisian pemadaman sampai pagi ketika jam antar sekolah berlangsung. Untuk itu kami menghimbau kepada Ayah Bunda, ketika mengantar ananda ke sekolah melewati jalur selatan (Wonolelo) ..."

Pertigaan Garmen, sebutan untuk jalan masuk ke arah Pesantren Hidayatullah Yogyakarta dari arah utara ditutup total. Arus kendaraan pengantar sekolah TPA/ KB Permata Ummi, TK Yaa Bunayya, dan SDIT Hidayatullah dialihkan. Semua kendaraan hanya bisa masuk ke sekolah melalui jalan dari arah selatan melewati padukuhan Wonolelo.

Dikabarkan bahwa api berkobar sejak sekitar pukul tiga dini hari diikuti raungan mobil-mobil pemadam kebakaran yang menuju lokasi kejadian di Jalan Palagan Tentara Pelajar km 14,5 sebelah barat jembatan kali Boyong. Pertigaan depan garmen yang biasanya ramai dengan karyawan berbagi jalan dengan pengantar sekolah menjadi pertigaan penuh orang menahan napas. Orang-orang terdiam menyaksikan asap yang masih terus mengepul hingga jam 07.30 pagi.

Antara panik dan tidak tahu harus melakukan apa, masyarakat berdesakan melihat petugas pemadam kebakaran menjalankan tugasnya. Mereka hanya bisa tertegun menyaksikan tempat kerja 1700-an karyawan yang sudah berdiri sejak tahun 1992 itu dilalap api dari timur hingga ke barat. Semoga seluruh keluarga besar PT Mataram Tunggal Garment diberi kekuatan dan kesabaran atas musibah yang terjadi.

Foto: Akh
Rep: Akh

Pemenang Lomba Menulis Cerpen Inspiratif SD IT Hidayatullah Yogyakarta

 


 

www.sdithidayatullah.net | (Senin,  22 Syawal 1446 H/21 April 2025 M) Alhamdulillah, telah diumumkan para pemenang lomba menulis inspiratif yang diselenggarakan oleh bagian perpustakaan SD IT Hidayatullah, setelah upacara bendera di halaman sekolah. Tema yang diangkat dalam lomba kali ini adalah “Kejujuran”.

Ustadz Yahya selaku Waka. Kemuridan mengumumkan 3 nama murid yang berhasil meraih juara, yaitu:

Pemenang I : Rizqia Rahmadiani (Kelas 4C)
Judul karya : "Dompet dan Sepatu Rusak"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Dompet dan Sepatu Rusak
 
Pemenang II : Ahsan Arma De Putra (Kelas 4D)
Judul karya : "Berani Jujur itu Keren"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Berani Jujur itu Keren
 
Pemenang III : Bisma Lingga Mahardika (6D)
Judul karya : "Cahaya di Balik Kejujuran"
Karya cerpen dimuat di website sekolah, klik Cahaya di Balik Kejujuran

Penghargaan diserahkan langsung oleh Ustadz Untung Purnomo, S.Pd. selaku Plt. kepala sekolah SD IT Hidayatullah, disaksikan oleh seluruh murid dan guru.

 


Bersamaan dengan hal tersebut, telah launching buku karya murid  yang berjudul “Cahaya Kejujuran”. Buku ini berisi kumpulan cerpen karya pemenang lomba dan peserta lomba yang terpilih.

Baarakallaahu fikum, Ananda semua. Teruslah berkarya dan jangan berhenti sampai disini. Semoga tulisan yang dibuat bermanfaat bagi penulis baik di dunia maupun akhirat kelak dan dapat menjadi inspirasi untuk para pembaca dalam hal kebaikan.  Aamiin Allahumma Aamiin.

 

Foto : Ryan
Rep : Anik

Riuhnya Suasana Hujan di Pagi Hari



Saat Aisyah membuka mata, terdengar suara rintikan hujan di atas genting, udara sangat dingin hingga Aisyah menarik selimutnya kembali, Aisyah membenarkan posisi ternyamannya tanpa melihat waktu sudah menunjukkan pukul berapa, karena suasana di luar masih terlihat gelap jadi mengira masih malam. Tiba-tiba Aisyah terbangun mengingat besok pagi akan berangkat ke sekolah, betapa kagetnya Aisyah ketika melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 05.15, namun langit masih terliat gelap, hujan juga masih deras mengguyur bumi, Aisyah langsung bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat subuh.



Aisyah merapikan tempat tidur, dan mengambil baju seragam yang berada di gantungan baju. Aisyah keluar kamar menuju dapur, ia melihat ibunya yang sedang sibuk memasak untuk sarapan, aktifitas pagi itu sangat sibuk, Aisyah membantu ibu menjaga adik sedangkan ibunya membereskan pekerjaan rumah, memasak, mencuci, menjemur baju, menyiapkan sarapan, dan menyiapkan bekal. Setelah semua beres, ibu memandikan adik, Aisyah tidak banyak membantu ibu, ia hanya membantu menjaga adik dan membuang sampah, karena adiknya harus di temani jadi ibunya meminta Aisyah untuk menjaganya, sedangkan ayah Aisyah masih berada di luar kota. 




Semua pekerjaan rumah sudah selesai, anak-anak juga sudah rapi, bahkan mereka juga sudah sarapan. Ibu Aisyah kebetulan juga bekerja, ia bekerja sebagai seorang guru, dan Aisyah bersekolah di sekolah dimana ibunya mengajar. Ibu Aisyah menyalakan motor bersiap mau berangkat, berhubung cuaca masih hujan ibu Aisyah mengambil mantol untuk melindingi badan dari hujan agar tidak basah, demikian juga dengan Aisyah dan adiknya mereka juga mengenakan jas hujan atau mantol. 



Setelah semua naik diatas motor ibu Aisyah mulai menjalankan motornya, untuk menuju ke jalan raya mereka harus melewati gang dan jalan desa sekitar lima menit barulah mereka keluar dari desa dan sampai di jalan raya, karena cuaca yang mendung dan hujan, jalan sangat padat dengan banyaknya roda empat yang melintasi jalan tersebut apalagi jalan yang menuju sekolah juga tidak kalah padatnya karena para orang tua banyak yang mengantar sekolah anaknya dengan kendaraan roda empat supaya tidak kebasahan.




Banyaknya kendaraan roda empat yang berlalu lalang di jalan membuat jalan menjadi macet. Akhirnya Aisyah dan ibunya sampai sekolah juga, meskipun kondisi jalan yang macet dan cuaca juga sedang hujan mereka akhirnya bisa sampai sekolah dengan tepat waktu. Ibu Aisyah memarkirkan kendaraan di tempat parkir, kemudian melepaskan jas hujan yang melekat di badan mereka, dan merapikannya, Aisyah dan ibunya bertemu dengan para guru merekapun saling menyapa dan bersalaman. Ibu Aisyah mengantar adik dulu di tempat penitipan anak yang dekat dengan sekolah, karena adik Aisyah masih bayi jadi di titipkan di tempat penitipan anak, sedangkan Aisyah menuju kelasnya. Setelah mengantar adik, ibu Aisyah menuju ke kelas bersiap untuk mengajar mendampingi anak-anak belajar. Demikianlah kegiatan Aisyah di pagi hari ketika hujan.





Writer : Dini Eka Setyawati, S.Pd

Dompet dan Sepatu Rusak

Sebuah Cerita Pendek (cerpen) karya Rizqia Rahmadiani, Murid kelas 4C SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Karya ini meraih juara 1 dalam lomba menulis yang diadakan di sekolah tahun 2025.

Khania dan Kina, dua orang kakak beradik yang sudah tidak memiliki orang tua, setiap hari hidup di jalanan dan berjualan kue untuk mencari nafkah.

Pada suatu hari, saat mereka sedang berjualan kue di sebuah halte bus, seorang wanita yang sedang menunggu bus datang mampir untuk membeli kue mereka. Setelah memilih kue yang akan dibeli, beberapa menit kemudian, bus yang ditunggu wanita tersebut pun datang, dan ia segera menaikinya.



Kina melihat dompet berwarna cokelat muda terjatuh di tempat duduk halte yang tadi ditempati wanita tersebut, tepat di bawah tempat duduk. Jaraknya hanya satu meter dari tempat mereka berjualan kue. Kina pun mengambil dompet tersebut dan memberikannya kepada kakaknya, Khania.

“Kak, ada dompet jatuh nih. Mungkin punya ibu yang tadi beli kue kita,” ucap Kina kepada Khania.

“Coba sini, Kakak lihat,” jawab Khania.

Khania pun membuka dompet tersebut, membolak-baliknya, mencari informasi tentang pemilik dompet itu.

“Wah, benar, Kina. Ini foto di KTP-nya, sama persis dengan ibu tadi. Namanya Bu Desi. Uangnya banyak banget, seratus ribuan semua dan banyak sekali.”

Khania langsung menyimpan dompet tersebut dalam tas yang dipakainya untuk menaruh uang hasil jualan.

“Nanti sampai rumah, Kakak hitung dulu uangnya. Tidak enak kalau dihitung di sini, banyak orang,” Khania menjelaskan kepada adiknya, Kina.

***

Siang hari, mereka pun pulang ke rumah karena kue yang dijual sudah habis. Sesampainya di rumah, dengan bergegas, keduanya mengeluarkan dompet dari tas Khania dan segera mengeluarkan uang di dalam dompet untuk dihitung.

“Wah, ada 100 lembar seratus ribuan, Kina. Berarti uang Bu Desi di dompet ada sepuluh juta. Banyak banget,” kata Khania kepada adiknya.

“Kak, hmm, bagaimana kalau kita kembalikan dompetnya ke Bu Desi, tapiii ... kayaknya kalau kita ambil tiga atau empat lembar, Bu Desi tidak akan tahu ya? Kan semuanya ada 100 lembar,” usul Kina.

Khania terdiam dan merenung dalam hati, memikirkan apa yang sebaiknya mereka lakukan terhadap uang itu.

Ambil tidak ya? Soalnya aku dan Kina belum makan seharian ini, lapar, dan kaki kami kesakitan sejak lama karena sepatu kami sudah rusak, bolong di bawah, depan, dan belakangnya,” Khania bergumam sendiri dalam hati.


 Khania masih berunding sendiri dalam hatinya, sambil menatap adiknya dengan kasihan. “Mungkin tidak ada salahnya untuk mengambil uang tersebut tiga lembar saja. Kan ada 100 lembar, jadi seperti tidak ada beda tebal tumpukan uangnya.”

Tapi kemudian Khania teringat nasihat almarhumah ibunya semasa hidup dulu. Ia berpesan, “Jangan sekalipun kalian mencuri, walaupun kita sedang dalam keadaan susah. Jangan pernah mengambil hak orang lain. Orang lain mungkin tidak tahu apa yang kita lakukan, tapi Allah pasti tahu. Allah Maha Tahu. Dan mencuri adalah perbuatan tidak terpuji.”

Lalu, Khania pun tersadar dari lamunannya, kemudian berkata kepada Kina, “Jangan kita ambil uang Bu Desi, Kina. Dulu Ibu menasihati kita untuk tidak boleh mencuri, walaupun kita sedang susah. Kita kembalikan uang Bu Desi semuanya, ya.”

“Coba sini, KTP-nya Bu Desi. Kita lihat alamat rumahnya,” ujar Khania, meminta Kina mengambilkan KTP Bu Desi dari dompet.




“Wah, dekat ternyata. Cuma di perumahan seberang halte tempat kita jualan. Yuk, sekarang saja kita ke rumah Bu Desi, mumpung belum magrib dan tidak hujan,” ajak Khania kepada Kina.

“Ya sudah deh, terserah Kakak saja,” jawab Kina. “Yuk, Kak ....”

“Jalan Edelweis Blok A Nomor 3. Itu, Kak Khania, rumah Bu Desi,” ujar Kina sambil menarik tangan Khania karena sudah melihat nomor rumah yang dituju.

“Asalamualaikum ...,” sapa Khania dan Kina bersamaan.

Wa ‘alaikumus-salam, siapa ya ...?” jawab penghuni rumah. “Loh, bukannya kalian yang berjualan kue di halte itu, ya? Mari masuk,” Bu Desi mengenali kakak beradik itu.

Setelah duduk, Khania langsung saja menjelaskan perihal dompet yang mereka temukan tadi pagi di halte.

“Wah, terima kasih banyak ya, Nak. Seharian ini Ibu sudah khawatir dan bingung, jatuh di mana dompetnya. Untung ada kalian, ya,” jawab Bu Desi. Bu Desi segera melihat isi dompetnya.

“Sama-sama, Bu. Kami senang bisa membantu. Sudah ya, Bu, kami pamit dulu. Sudah mau magrib,” jawab Khania.

“Baiklah, Nak. Sekali lagi Ibu ucapkan terima kasih atas kebaikan kalian,” jawab Bu Desi.

Khania dan Kina langsung keluar dari rumah Bu Desi untuk pulang ke rumah mereka. Sambil kedua kakak beradik itu keluar, Bu Desi memandangi mereka dari atas sampai bawah dan tersenyum terharu.

“Yah, kita tidak dikasih apa-apa, Kak. Padahal tadi aku berharap dikasih sesuatu,” keluh Kina kepada kakaknya.

“Hush, Allah sudah kasih kita pahala, loh, Dik. Apa masih kurang? Apalagi tadi kue kita habis terjual. Ada uang lebih sedikit nih dari keuntungan jualan. Beli ayam krispi, yuk,” Khania membujuk Kina untuk tetap bersyukur.

***

Keesokan paginya, seperti biasa, Khania dan Kina datang ke rumah tetangga yang membuat kue untuk mereka jual di halte setiap hari. Sesampainya di halte, Khania melihat sosok yang sudah dia kenal sebelumnya. Ternyata Bu Desi sudah ada di halte tersebut.

“Hai, Nak, Ibu sudah menunggu dari tadi, loh. Ini Ibu bawakan sesuatu. Kemarin Ibu lihat sepatu kalian sudah rusak. Ini Ibu belikan yang baru, semoga pas ya ukurannya,” sapa Bu Desi.

Kina dengan malu-malu menerima pemberian Bu Desi dan mencoba sepatu yang diberikan, begitu juga dengan Khania.

“Dan ini, sedikit makanan dan uang lima ratus ribu untuk kalian sebagai tanda terima kasih Ibu dan hormat Ibu atas kejujuran kalian. Karena Ibu tahu persis jumlah uang yang ada di dompet, tepat 10 juta, tidak ada yang berkurang. Terima kasih ya atas kejujuran kalian,” sambung Bu Desi lagi.

“Wah, banyak sekali pemberiannya, Bu. Terima kasih, Bu. Kami selalu diajarkan kedua orang tua kami, almarhum, untuk selalu jujur dan tidak boleh mencuri, tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kami,” jawab Khania.

“Alhamdulillah, subhanallah, kalian masih kecil dan sudah tidak punya orang tua, tapi salihah dan jujur sekali. Semoga Allah jaga kalian selalu, ya.”

Setelah Bu Desi pergi, Kina pun mencolek kakaknya sambil tersenyum sekaligus menangis. “Allah Maha Baik, ya, Kak Khania.”




 

Mempertahankan Kualitas !!!

 Jum’at 16 Mei 2025, SD IT Hidayatullah melaksanakan Kegiatan Visitasi Sekolah Model Lembaga Pengguna Metode Ummi 



di sekolah kita,Sekolah model metode Ummi adalah sekolah yang sudah menjadi contoh dalam menerapkan metode Ummi karena sudah memenuhi standar pembelajaran metode Ummi



Kualitas mempengaruhi hasil !!!

SD IT Hidayatullah sudah ditetapkan sebagai sekolah model pembelajaran metode Ummi sejak

tanggal 7 Desember 2021 




Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Ustadz Mustaqim, M. Pd. dari Ummi Foundation 

(pusat) dan beberapa perwakilan dari ummi daerah Yogyakarta diantaranya :

Ustadz Kukuh Hadi Wiyono, Ustadz Iqbal Muhammad Ghozali, Ustadz Ali Afronjani

& Ustadz Muhammad Rizki KS


tujuan assesment visitasi ini adalah :Memastikan implementasi sistem mutu Ummi, Mengevaluasi kualitas bacaan guru dan siswa, Menjadi barometer kualitas


Semoga pada visitasi kali ini SD IT Hidayatullah dapat mempertahankan gelar sekolah model dan senantiasa meningkatkan kualitas pembelajaran qur’an aamiin



Pelatihan Permainan “Code The Cat”

Jum’at, 18 Dzulqaidah 1446/16 Mei 2025 

Program Studi Informatika UII mengadakan pelatihan permainan “Code The Cat”  


Anak-anak diajak bermain sambil belajar melalui dua metode: langsung menggunakan layar sentuh dan block coding sederhana. Kegiatan ini bertepatan di perpustakaan SD IT Hidayatullah Sleman Yogyakarta


teknisnya adalah siswa diminta untuk menyusun dan menata puzzle yang telah disediakan berupa digital (Screen Touch Tablet) & non digital (balok). Diharapkan Setelah melakukan permainan “Code the Cat”  murid SD IT Hidayatullah dapat menumbuhkan kemampuan berpikir logis dan sistematis sejak dini.



Tindak lanjut pada kegiatan kali ini adalah Melenyelegarakan  agenda pengabdian berkelanjutan bidang Computasional Thingking. Kami mengaturkan Jazakumullahu Khairan kepada seluruh pihak program Studi  Informatika, Universitas Islam Indonesia atas kesempatan pelatihan permainan ini. Semoga kedepannya dapat dikembangkan lebih masif lagi dan memberikan manfaat untuk penggunanya Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin


Cahaya di Balik Kejujuran

www.sdithidayatullah.net | Sebuah Cerita Pendek (cerpen) karya Bisma Lingga Mahardika, Murid kelas 6D SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Karya ini meraih juara 3 dalam lomba menulis yang diadakan di sekolah tahun 2025.

Alkisah, di Desa Candimulyo tinggallah seorang remaja bernama Dimas Adiputra. Dimas mempunyai seorang adik bernama Dinda Salsabila Amani. Mereka berdua sudah tidak mempunyai ayah. Almarhum Bapak Widyanto telah meninggal dunia setahun yang lalu. Ibu mereka bernama Siti Aminah, yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh mencuci dan menyetrika baju.


Dimas dan Dinda bersekolah di SD Negeri 1 Candimulyo. Sekarang, Dimas sudah kelas 6, sedangkan adiknya kelas 4. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, Bu Siti selalu mengingatkan anak-anaknya agar menjadi anak yang amanah, jujur, dan suka menolong.

Pada suatu sore, Dimas pulang dari mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya. Dia berjalan terburu-buru karena hari sudah petang menjelang azan magrib. Tiba-tiba, dia tersandung sebuah benda. Setelah dilihatnya, ternyata benda tersebut adalah dompet berwarna cokelat tua. Suara azan mulai terdengar, dompet tersebut langsung dimasukkan Dimas ke dalam tas ranselnya. Sesampainya di rumah, dia menaruh tas ransel di dalam kamarnya dan segera pergi ke masjid yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.

Setelah pulang dari masjid, Dimas menuju kamar ibunya yang sedang terbaring lemah di tempat tidur.

“Asalamualaikum, Ibu. Dimas sudah salat Magrib. Sana, Dinda, kamu salat dulu! Aku gantikan menjaga ibu,” kata Dimas.

Dinda bergegas untuk menjalankan salat Magrib. Dimas duduk di samping ibunya sambil memijat kaki ibunya.

“Bu, tadi sepulang mengerjakan tugas, aku menemukan sebuah dompet,” kata Dimas.

Ibu menjawab, “Astagfirullah, kamu harus segera mengembalikannya!”

Dimas membuka dompet tersebut untuk mencari KTP pemiliknya. Saat membuka, terdapat uang ratusan ribu sejumlah 20 lembar.

“Masyaallah, Bu, uangnya banyak sekali,” ujar Dimas.

Ibu berkata, “Coba cari alamatnya di KTP, Dim!”

Tiba-tiba, Dinda masuk dan berkata, “Wah, uang Kakak banyak sekali, bagi dong!”

“Dinda, itu bukan uang Kakak. Kakak menemukan dompet di jalan. Kita harus mengembalikannya kepada pemiliknya,” jawab Dimas.

Akhirnya, Dimas menemukan KTP pemilik dompet tersebut yang bernama Muhammad Farhan, beralamat di Desa Candisari RT 3 RW 15.

Ibu berkata, “Lekas dikembalikan, Dim. Alamatnya tidak jauh dari rumah kita. Kamu naik sepeda saja.”

Dimas lalu berpamitan kepada ibunya untuk mengembalikan dompet tersebut. Hari sudah larut, Dimas dengan cepat mengayuh sepedanya menuju rumah Muhammad Farhan.

Sangat mudah menemukan rumah pemilik dompet karena orang tersebut seorang dokter.

“Asalamualaikum, Mbak. Apakah saya bisa bertemu dengan Pak Dokter?” tanya Dimas pada asisten dokter.

“Bisa, Dik. Tunggu sebentar ya, masih ada pasien di dalam.”

Tak lama kemudian, Pak Dokter telah selesai memeriksa pasien.

Pak Dokter bertanya, “Ada perlu apa, Dik?”

“Bolehkah saya berbicara dengan Pak Dokter di dalam?” jawab Dimas.

Pak Dokter mempersilakan Dimas untuk masuk ke ruang praktiknya.

Dimas menjelaskan apa yang terjadi.

“Apakah benar dompet ini milik Bapak?”

“Alhamdulillah, benar. Ini dompet milik saya, Dik. Terima kasih ya, kamu sudah mengembalikannya,” kata dokter. “Ada banyak barang penting di dompet ini. Kamu anak yang jujur,” kata dokter sambil menjabat tangan Dimas.

“Baik, Pak Dokter. Saya pulang dulu karena hari sudah malam,” kata Dimas.

“Tunggu sebentar, Dik. Ini ada sedikit uang untuk kamu,” kata Pak Dokter.

Dimas pun menjawab, “Terima kasih, Pak Dokter. Mohon maaf, saya tidak bisa menerimanya. Ini sudah kewajiban saya untuk mengembalikan barang yang bukan milik saya kepada pemiliknya.”

Dimas berjalan menuju sepedanya, tetapi ternyata rantai sepedanya putus. Melihat hal tersebut, Pak Dokter bergegas mengambil motornya untuk mengantar Dimas pulang ke rumahnya.

“Dik, ayo naik ke motorku! Saya sudah tidak ada pasien. Saya akan mengantarmu pulang.”


***

“Terima kasih, Pak Dokter, sudah mengantar saya pulang,” kata Dimas sesampainya di rumah.

Pak Dokter menjawab, “Sama-sama, Dik. Oh iya, namamu siapa? Jangan panggil saya Pak Dokter terus. Panggil saja Mas Farhan!”

“Nama saya Dimas, Mas Farhan,” jawab Dimas.

Dokter Farhan segera pamit pulang karena hari sudah semakin malam. Dia berjanji kepada Dimas untuk mengembalikan sepedanya keesokan harinya.

Sepulang sekolah, Dimas terkejut melihat ada sepeda baru berwarna merah di depan rumah. Sepeda tersebut seperti sepeda impiannya selama ini.

Dimas bertanya pada ibu, “Ibu, itu sepeda siapa yang ada di depan rumah?”

Ibu bercerita kepada Dimas bahwa tadi siang, ketika Dimas masih di sekolah, ada seorang bernama Farhan yang mengantarkan sepeda untuk Dimas sebagai tanda terima kasih karena Dimas sudah menjadi anak yang jujur.

Dimas sangat bersyukur kepada Allah Swt. Karena kejujurannya, dia bisa mendapatkan sepeda baru yang selama ini menjadi impiannya.

Inilah yang dinamakan cahaya di balik kejujuran.