Oleh: Hendra Nugroho
Isu Palestina akan terus mencuat dan muncul di muka bumi ini dengan waktu yang teramat panjang. Terkhusus di kalangan umat Islam, Palestina harus menjadi tema besar sampai akhir zaman. Sudah semestinya Palestina akan menjadi obrolan di ruang-ruang keluarga muslim, Palestina akan menjadi pembicaraan di ruang-ruang pendidikan muslim, Palestina akan menjadi bincang yang memiliki pengaruh terhadap pemikiran-pemikiran masyarakat. Dan bahkan semestinya, Palestina menjadi pembahasan-pembahasan kerja penting sebuah negara yang peduli terhadap Palestina.
Bagi kita kaum muslimin terutama yang tertancap pada jiwanya gelora keimanan yang sangat dahsyat, mencintai Palestina bukanlah sekedar momentum karena kita melihat berita terjadi pembantaian yang dilakukan zionis penjajah saat itu saja. Kemudian berlalu kecintaan kita saat berita itu sudah tidak kita dengar dan saksikan kembali. Padahal kecintaan sesungguhnya, dia akan memunculkan perhatian setiap hari bahkan setiap detiknya.
Mencintai Palestina bukanlah dulu saja, bukanlah sekarang saja, atau bahkan bukan soal waktu mendatang saja. Tetapi mencintai Palestina adalah rangkaian dari dulu sampai akhir nanti yang tidak terpisahkan. Mencintai Palestina adalah perjalanan panjang.
Kenapa demikian?
Minimal ada tiga alasan, yang membuat kecintaan kita terhadap Palestina adalah perjalanan panjang yang tidak boleh berhenti. Ketiganya itu adalah;
1. Palestina atau Baitul Maqdis adalah negeri yang diberkahi oleh Allah langsung.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 1:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١
“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Dalam salah satu tafsir dijelaskan, yaitu Tafsir Al Muyassar/Kementrian Agama Arab Saudi bahwa;
“Allah memuliakan kedudukan diriNYa dan mengagungkan urusanNya karena kuasaNya untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat diperbuat oleh siapapun selainNya; tiada tuhan yang berhak disembah selainNya, dan tidak ada tuhan (penguasa alam) selainNya. Dialah yang menjalankan hambaNYa, Muhammad di malam hari pada sebagian malamnya dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan terjaga, bukan tidur, dari masjidil haram di makkah menuju masjidil aqsha di baitul maqdis yang Allah memberkahi sekelilingnya dari segi tanam-tanamannya, buah-buahannya dan lain sebagianya, dan Dia menjadikannya sebagai tempat hidup banyak nabi agar ia dapat menyaksikan keajaiban-keajaibab kuasa Allah dan petunjuk-petunjuk keesaanNYa. Sesungguhnya Allah , Dia mahamendengar semua ucapan para hambaNya lagi mahamelihat semua perbuatan mereka. Maka DIa akan memberikah hak setiap orang di dunia dan di akhirat.”
Point penting yang semestinya menjadikan paradigma atau kerangka berpikir kita adalah bahwa Baitul Maqdis atas kekuasaan dan kebesaran Allah Subhanahu Wata’alaa, menjadi negeri yang Allah Subhanahu Wata’alaa berkahi dengan kesuburan dan kemakmuran dari tanaman, buah-buahan, dan segala hal yang menambah kedekatan kepada Allah Subhanahu Wata’alaa. Juga atas kuasa dan kebesaran Allah Subhanahu Wata’alaa, Baitul Maqdis atau Palestina adalah menjadi tempat kebanyakan para nabi hidup dan diutus di sana. Hal ini tentu tidak lain adalah karena Allah Subhanahu Wata’alaa mengistimewakan Baitul Maqdis.
Maka jika Allah Subhanahu Wata’alaa sudah mengistimewakan dan memberkahi sebuah tempat atau negeri, sudah seharusnya bagi orang yang beriman untuk tidak ragu lagi kita mengistimewakan dan mencintainya juga. Karena ini sudah masuk ranah keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
2. Palestina adalah Nubuwah Rasul kita Muhammad Shalallahu “Alaihi Wasallam
Syaikh Musthafa As Siba’i dalam bukunya “Sirah Nabawiyah” menjelaskan bahwa di akhir hidupnya Rasulullah Shalllahu ‘Alaihi Wasallam menyampaikan amanat dan pesan khusus kepada kaum muslimin untuk membebaskan daerah Balqa’ dan Darum Palestina dimana Usamah bin Zaid yang ditunjuk oleh Nabi langsung sebagai panglima.
Kesombongan dan keangkuhan Romawi saat itu yang membuatnya enggan mengakui hak hidup bangsa lain, bahkan mendorongnya untuk membunuh para pengikutnya yang berani masuk Islam sebagai mana yang mereka lakukan terhadap Farwah bin Amr al Judzami, seorang penguasa atas daerah Ma’an yang masih berada di bawah kekuasaan Romawi. Sehingga membuat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam perlu untuk mengutus pasukan ke sana, agar Romawi merasa takut dengan kedatangan pasukan kaum muslimin.
Meskipun sempat tertunda pasukan yang berada di bawah panglima Usmah bin Zaid karena kondisi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sakit sampai beliau wafat. Maka nubuwah itu dilanjutkan di masa kekhilfahan Umar bin Khattab, bahkan sampai Shalahudin Al Ayubi. Mereka semua adalah menjalankan nubuwah Nabi dengan penuh keikhlasan dan kecintaannya.
Pada saat ini dan selamanya nubuwah itu tetap ada dan wajib kita jalankan sebagai bentuk keimanan kita kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Kondisi yang sangat memprihatinkan saat ini ketika zionis penjajah menduduki tempat yang bukan haknya dan bukan miliknya, dengan segala bentuk kebiadaban yang dilakukan terhadap saudara kita di Palestina yaitu mengusir, membunuh secara keji, meluluhlantahkan segala yang ada di sana, meperlakukan manusia sebagai makhluk yang lebih hina dari pada binatang, dan menyatakan bahwa setiap bayi yang baru lahir dari rahim ibu di Palsetina adalah musuh bagi mereka. Maka semua itu harus menjadikan ghirah perjuangan kita muncul dengan dahsyat dalam pembelaan kepada Palestiana dan melawan penjajah zionis dengan segala upaya yang bisa kita lakukan.
Terkhusus amanat UUD 1945 negara kita Indonesia, dengan jelas menolak dan harus menghapus penjajahan di atas dunia. Jika kita melawan zionis Israel, berarti kita melaksanakan amanat undang-undang negara kita. Sebaliknya, jika kita mendukung zionis Israel, berarti kita sudah mengkhianati amanat undang-undang negara kita sendiri.
3. Palestina adalah Masa Depan Umat
Santi W Soekanto, dkk. Menyebutkan dalam bukunya yang berjudul “Buku Kecil Baitul Maqdis” bahwa, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan pesan kepada kita semua tentang peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang di tempat yang Allah Subhanahu Wata’alaa berkahi bernama Palestina.
Pertama, Baitul Maqdis menjadi salah satu tempat selain Mekah dan Madinah yang tidak akan dimasuki Dajjal.
Kedua, Nabi ‘Isa ‘Alaihi Sallam akan turun dari langit dengan berpegangan dua sayap malaikat, kemudian shalat di Masjidil Aqsha, selanjutnya beliau akan mengejar Dajjal dan membunuhnya di Ludd, Palestina.
Ketiga, Baitul Maqdis itu akan menjadi Padang Mahsyar, tempat berkumpulnya seluruh manusia. Kemudian manusia akan digiring menuju pengadilan Allah Subhanahu Wata’ala.
Dari tiga alasan di atas, maka sudah cukup bagi kita bahwa mencintai Palestina adalah rentan waktu yang sangat panjang. Jangan sampai ada kelelahan dan kebosanan untuk menunjukkan kecintaan kita terhadap Palestina. Kecintaan kita terhadap Palestina yang didasari keimanan yang kuat adalah lebih dari sebuah perasaan melihat saudar
a kita yang dibantai habis-habisan olah zionis, meskipun rasa kasihan menunjukkan kepedulian kita terhadap sesama. Tetapi jangan sampai kepedulian itu hilang saat mereka terbebas dari pembantaian. Tetapi kalau kecintaan dan keimanan yang berjalan di hati dan pikiran kita itu akan merangkum semua perasaan dan terus berjalan tiada henti sampai akhir nanti.
Wallahu Ta’alaa A’lam...