Parenting : Jangan Sepelekan Janji pada Anak


~Teladan adalah guru terbaik. Begitu pula dalam mengajarkan sikap amanah~

Disadari atau tidak banyak orangtua kelepasan janji kepada anak-anaknya. Saat anak rewel atau merengek minta sesuatu, mengucapkan janji dirasa menjadi cara instan untuk menenangkan anak. Beberapa orangtua yang diwawancarai Karima juga mengakui mereka kerap menggunakan ‘senjata’ ini untuk membujuk anak melakukan sesuatu.

Ola, bunda berusia 34 tahun mengaku bahwa hampir tiap pagi, ia ‘jualan’ janji kepada dua anaknya yang berumur empat tahun dan dua setengah tahun supaya mereka semangat bersekelolah. “Saya sering janji nanti ayahnya akan memberikan hadiah di akhir minggu kalau mereka rajin ke sekolah dan tidak rewel di sekolah,” tuturnya.

Ia merasa cara ini lumayan tokcer untuk memancing semangat anak-anaknya datang ke PAUD. Walaupun kadang diakuinya, upaya ini tak membuahkan hasil. Biasanya iapun tidak menjelaskan secara detail bentuk hadiah yang dijanjikannya kepada anak-anak. Ia takut kalau menyebutkan secara spesifik malah tidak bisa memenuhinya.

“Anak-anak sudah senang ketika disebutkan akan diberikan hadiah. Di akhir minggu biasanya mereka lupa menagih. Tapi saya tetap berusaha memenuhi minimal dengan ajak mereka jalan keliling kompleks bersama suami,” terangnya.

Ria, bunda berusiah 30 tahun , juga memiliki pengalaman serupa. Putra sulungnya yang kini berusia lima tahun, diakui Ria, kerap diiming-imingi sesuatu supaya mau disuruh. “Anakku moddy banget. Kalau lagi mau, disuruh langsung jalan tapi kalau lagi tidak mau, harus penuh dengan iming-iming dulu,”ujarnya.

Ia pun mencontohkan sebuah kejadian di suatu pagi. Lantaran bapaknya tidak bisa mengantar ke sekolah karena sedang di luar kota, Ikhlas, putranya, harus diantar oleh orang lain. Awalnya, tutur Ria, si anak menolak dan harus dibujuk pelan-pelan. “Sambil dijanjikan, ‘Nanti pas Mas pulang sekolah sudah ada es krim di rumah’, barulah dia mau,” ujar Ria.

Seperti Ola, Ria juga mengakui bahwa cara seperti ini memang cukup ampuh. Namun disusu lain, Ria khawatir kebiasaan membujuk anak lewat janji akan menimbulkan efek yang tidak baik ke depannya. “Apa jadi kayak mengajari anak biasa disogok ya?” ujarnya sambil tertawa.

Memelihara Janji
Janji memang ringan diucapkan, tapi menunaikannya tidak selalu mudah. Kadang janji dianggap hal sepele apalagi kalau yang dihadapinya merupakan anak kecil. Kalau anak lupa, dianggap sudah gugur janji-janji yang pernah terucap. Namun tidak begitu aturannya di dalam Islam.

Dalam Islam, sikap mengingkari janji terhadap siapapun tidak dibenarkan. Kendati terhadap anak kecil. Al-Imam Abu Daud Rahimahullah telah meriwayatkan hadits dari shahabat Abdullah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Pada uatu hari ketika Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam duduk di tengah-tengah kami, (tiba-tiba) ibuku memanggilku dengan mengatakan, ‘Hai kemari, aku akan beri kamu sesuatu!’ Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada ibuku : ‘Apa yang akan kamu berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab: ‘Kurma,’ lalu Rasulullah bersabda, ‘Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberinya sesuatu, maka ditulis bagimu kedustaan.’” (Riwayat Abu Daud).

Di dalam hadits ini ada faedah bahwa apa yang biasa diucapkan seseorang kepada anak-anak kecil ketika mereka menangis, seperti kalimat janji yang tidak ditepati atau menakut-nakuti dengan sesuatu yang tidak ada adalah diharamkan. (‘Aunul Ma’bud, 13/22).

Kartika, seorang ibu tiga anak mengatakan bahwa menepati janji kepada anak memang hal penting. Menurut dia, mengingkari janji kepada anak sama seperti menanamkan kejelelakan dalam diri meraka. Dengan menepati janji, tuturnya, orangtua secara tidak langsung mengajarkan kepada anak untuk juga amanah terhadap janjinya ketika suatu saat giliran mereka yang berjanji kepada ayah ibunya. Kartika sendiri mengakui bahwa kedua anaknya yang besar sudah mengenal istilah “sistem negoisasi” sehingga mereka kerap saling berjanji.

“Kalau aku janji sama mereka itu ada dua jenis. Pertama, janji yang memang aku inginkan. Kedua, janji yang aku ucapkan ketika mereka sedang rewel. Selai itu, aku juga sering mereka berjanji. Misalnya, tidak makan permen, rajin sikat gigi, mau tidur cepat, matikan televisi. Kalau kita sering ingkar janji, mereka akan belajar kalau janji itu bisa dilanggar dan bukan sesuatu yang harus selalu ditepati,” papar dia. Makanya, Kartika melanjutkan, sekarang ia menjadi sering menginstrospeksi diri perihal janji ini.

Jangan Ketinggian
Salah satu cara mudah menepati janji kepada anak adalah dengan menjanjikan sesuatu yang terukur oleh kamampuan. Jangan mengumbar janji yang terlalu tinggi. Kartika, misalnya, karena merasa memiliki kemampuan dalam hal memasak, ia kerap ‘menjual’ keterampilannya ini ketika sedang berjanji kepada anak-anak. “Paling sering membuatkan makanan tertentu,” timpalnya.

Kadang juga, orangtua tidak menepati janji karena alasan lupa. Karena itu tak ada salahnya ketika sedang berjanji sekalian minta anak agar nanti membantu mengingatkan kita. jangan sungkan juga meminta maaf kepada anak ketika terlupa atau tidak bisa memenuhi janji.

Bisa juga, ketika sedang berjanji, kita katakan kondisi-kondisi yang membuat janji tersebut tak bisa terpenuhi. Harapannya agar anak mau mengerti. Seperti yang dilakukan Ola. Ketika berjanji membelikan anak-anak mainan, misalnya, ia juga menjelaskan bahwa waktunya harus menunggu setelah Ayah mereka mendapat gaji.”


|Meutia Rahmi, Nina Nurlena, Nuria Bonita, Majalah Karima Edisi 04/2015|
Admin: Mahmud Thorif
Foto https://akuanaksholehah.files.wordpress.com/2015/02/anak-perempuan-berjilbab-kerudung.jpg
Powered by Blogger.
close