Bank Sampah di Desaku

 

 
www.sdithidayatullah.net | Sebuah Cerita Pendek (cerpen) karya Kinanti Ayu Shaliha, Murid SD IT Hidayatullah Yogyakarta. Karya fiksi ini meraih juara satu dalam lomba menulis yang diadakan di sekolah tahun 2023.

***
 
             A
ku tinggal di sebuah desa yang cantik dan indah bernama desa Sukamaju. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani karena desaku memang terletak di pegunungan yang subur. Penduduknya ramah – ramah dan menyukai gotong royong. Berat sama dipikul ringan sama di jinjing, begitulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan tentang penduduknya.

Namun, belakangan ini ada yang berubah dalam pola hidup pada masyarakat di sini, Ada kebiasaan baru yang kurang baik bagi lingkungan, yaitu kebiasaan membuang sampah sembarangan. Akibatnya lingkungan kami mulai terlihat kotor, bau kurang sedap di mana-mana dan beberapa kali air sungai terlihat meluap karena salurannya sepertinya tersumbat oleh banyaknya sampah yang dibuang di sungai, duh sedih banget lihatnya.

Siang ini seperti biasa aku dan teman-temanku berkumpul di halaman samping rumahku untuk bermain, ada yang membaca buku cerita, ada yang bermain lompat tali, main masak-masakan dan lain-lain, pokoknya mengisi liburan bersama.

Di sela- sela bermain aku ngobrol dengan Mala. “Mal, kamu ngerasa ada yang berbeda nggak dengan kondisi kampung kita belakangan ini”.

“Iya nih, aku ngerasa belakangan ini banyak sampah yang berserakan di mana-mana. Tidak seperti biasanya sekarang di tikungan jalan dekat rumahku banyak tumpukan sampah dan baunya sangat menyegat” jawab Mala.

“Kalau kemarin sih rumahku kebanjiran karena sungai di samping rumahku tersumbat oleh banyak sampah”, lanjut Sena.

“Kasian banget kamu Sen” jawabku.

“Tetapi ngak papa kok beruntungnya air yang masuk rumah tidak terlalu banyak “

“Syukurlah kalau begitu”, lanjutku.

Hemm bagaimana jika kita besok jalan jalan berkeliling desa sambil melihat-lihat keadaannya?” ucap Mala.

“Setuju!” ucapku dan teman teman.

Keesokan harinya aku dan teman-temanku jalan-jalan mengelilingi desa sambil melihat-lihat keadaan. Sambil jalan kami pun berbincang bincang. “Coba saja jalan dan sungai di sini bisa bersih dari sampah”, ucapku.

“Iya sih, tetapi bagaimana caranya?” lanjut Sena.

“Hemm, di situ masalahnya! Warga di sini belum tahu cara mengelola sampah mereka”, jawabku. “Lihat! ada ikan yang mati di sungai”, sela Mala.

Iya., lihat airnya kotor karena ada banyak sampah!”, jawab Sena cepat

Sepertinya ada banyak hewan lain yang sudah menjadi korban karena banyaknya sampah di sugai ini!” lanjutku.

 Duh kasihan baget hewan hewan yang hidup di sini”, lanjut Tika.

Sepertinya kita harus segera menemukan cara untuk mengatasi hal ini sebelum semakin banyak hewan yang menjadi korban di sini!” sela Mala.

Iya sih, bagaimana kalau kita besok berkumpul disungai dekat rumahku. Disana airnya lumayan jernih!” lanjutku.

Oke kalau begitu!” jawab mereka serempak.

Keesokan harinya kami sudah berkumpul di sungai kecil berbatu yang airnya lumayan jernih dekat rumahku. Disana kami berenang dan membendung sungai tersebut. Sambil bermain air kami berdiskusi bagaimana mencari solusi atas permasalahan yang terjadi di desa kami, “Hemm, bagaimana ya caranya agar warga di sini mau mengelola sampah mereka?”, ucap Mala.

“Bagaimana kalau membuat tempat penampungan sampah”, jawab Sena.

“Tetapi, membuat tempat penampungan sampah itu mungkin kurang menarik karena selama ini sudah banyak tempat sampah didesa. Dan warga di sini tetap membuang sampah sembarangan”, ucap Tika.

Iya juga ya”, jawab Sena.

“Kalau begitu bagaimana kalau kita membuat banyak tempat sampah di pinngir jalan? ucapku.

“Tetapi, desa kita sudah memiliki beberapa tempat sampah yang tersebar dipinggir jalan”, ucap Sena.

 “Aha aku punya ide! bagaimana kalau di dalam desa kita ini dibangun bank sampah”, ucap Mala.

“Bank sampah itu apa Mal?”, lanjut Sena.

“Bank sampah adalah tempat di mana kita bisa menukarkan sampah dengan uang, seru kan?

Cara kerja bank sampah, yaitu setiap sampah akan di timbang beratnya dan dipisahkan sesuai dengan jenisnya masing-masing, setelah itu kita kasih harga sesuai dengan berat dan jenis sampahnya” jawab Mala.

“Tetapi bagaimana caranya agar desa kita memiliki bank sampah?” ucapku.

“Sebaiknya kita berdiskusi dengan pak RT”, ucap Mala.

“Setuju….” ucap kami serempak.

 Jadi besok kita kumpul di rumah pak RT kalian jagan sampai lupa lho! Ucap Mala.

Keesokan harinya kami berkumpul di rumah pak RT. Tok tok tok… “Assalamu’alaykum pak RT,” ucap Mala.

“Wa’alaikumussalam, owh adik-adik, silahkan masuk, kira-kira ada acara apa ini kok ramai-ramai ke rumah bapak?” sapa pak RT dengan ramah.

“Maaf pak, maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan keluhan karena terganggu dengan sampah yang ada di mana-mana pak, untuk itu kami mau usul bagaimana kalau di desa kita dibangun bank sampah agar sampah di desa ini bisa di kelola dengan baik dan desapun menjadi bersih.” ucap Mala.

 “Wah itu ide yang bagus! terima kasih adik-adik sudah mengingatkan kami tentang hal itu, besok kita undang semua warga untuk bermusyawarah tentang pembuatan bank sampah ini”, kata pak RT.

“Terima kasih pak, kami pun ikut senang jika desa kita ini menjadi lebih bersih dan indah,” lanjut Mala.

Dan akhirnya pembangunan bank sampah tersebut terlaksana dengan gotong royong yang melibatkan semua warga di desa. Ada yang mencari pasir di sungai, dan ada yang mencari batu.

 

 

Setelah selesai dibangunnya bank sampah warga pun tidak kembali membuang sampah sembarangan lagi sehingga pemandangan di desa kami pun terlihat berbeda karena sekarang bersih dan indah. Yang dahulunya tempat tumpukan sampah sekarang telah ditanami oleh aneka macam bunga yang indah. Selain itu, semua warga bersemangat untuk menukarkan sampah di bank sampah karena selain rumah bersih dari sampah mereka pun mendapatkan penghasilan tambahan. Sedangkan pihak desa juga bisa mendapatkan keuntungan dari hasil pengolahan sampah tersebut.

~ TAMAT ~



Powered by Blogger.
close