Reuni Angkatan 1 - 5 Alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta



www.sdithidayatullah.net | Sabtu (15/04/2017) Makrab Reuni Akbar 2017 alumni SDIT Hidayatullah angkatan 2004 s.d. 2009 yang bertempat di Villa Agung Rejeki Wisata Kaliurang, Sleman Yogyakarta ini dihadiri kurang lebih 50 peserta mulai dari angkatan pertama hingga angkatan kelima.Villa ini juga milik salah satu orangtua/wali murid alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta.

Acara yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni SDIT Hidayatullah ini memang acara yang baru pertama kali dirancang dan diselenggarakan oleh panitia. “Harapannya akan ada acara-acara yang bisa mempererat silaturahim dan acara yang berkualitas.” Begitu yang disampaikan oleh salah satu alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta dalam acara ramah tamah dan perkenalan para alumni.

Hadir pada Sabtu malam, yaitu Bapak Subhan Birori, S.Ag. selaku Kepala Sekolah SDIT Hidayatullah Yogyakarta sekarang dan Bapak Untung Purnomo, S.Pd. selaku Kepala Bagian SDM. Hadir pula Bapak Drs. Slamet Waltoyo dan Ibu Sapti Istiparin, suami istri yang pernah mengajar di sekolah ini.
Para Alumni berfoto bersama saat jalan pagi
Sebelumnya, acara Makrab Reuni Akbar 2017 yang akan berlangsung selama dua hari ini, yaitu Sabtu dan Ahad 15-16 April 2017 diawali dengan pemutaran film dan beberapa foto kenangan mereka saat usia Sekolah Dasar.

Hari kedua akan ada agenda outbound bagi para alumni, yang dalam kegiatan ini beberapa alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta juga ada yang fokus dan terjun menjadi trainer outbound. Setelah outbound dilanjutkan dengan ramah tamah dengan beberapa guru yang diundang secara khusus dan juga pemutaran film dokumentar yang ada.

Dalam acara ini hadir juga beberapa guru senior yang sudah tidak aktif di SDIT Hidayatullah Yogyakarta, seperti Bapak Saryo, M.Pd., Bapak Suyanto, S.Pd., Ibu Nur Siti Fatmah, S.Ag. dan hadir juga beberapa guru yang masih aktif.
 
"Semoga di tahun-tahun yang akan datang, bisa membuat acara yang semakin berkualitas dan bermanfaat bagi almamaternya." Demikian harapan Bapak Makruf Arifin, S.E. ini yang dulu pernah mengajar pelajaran olahraga.

"Saya sangat senang dengan kegiatan ini, semoga silaturahim ini bisa terjalin dengan baik." Begitu harapan salah satu guru senior, Ibu Sarjiyem, S.Ag. yang masih aktif mengajar di SDIT Hidayatullah.

"Mendidik itu bukan sekadar mentransfer ilmu, mendidik itu hakikatnya mentransfer nilai-nilai kepada anak didik. InsyaAllah, Pak Saryo, hingga detik ini berkomitmen mendidik dan menstransfer nilai-nilai dan berazzam akan lebih baik mendidik adik-adik kalian, karena kalianlah dahulu yang telah mengajari kami dalam mendidik pada murid." Begitu yang disampaikan Bapak Saryo, M.Pd. dalam memberikan sepatah dua patah pada kegiatan ramah-tamah.  

Rep. Mahmud Thorif

Press Release Makrab Alumni SDIT Hidayatullah 2005-2009




www.sdithidayatullah.net | Ahad (9/4/2017) 19 tahun sudah SDIT Hidayatullah Yogyakarta atau yang biasa disebut SDIT Balong berdiri, dari semula gedung sederhana dengan dua kelas saat  ini sudah berdiri gedung megah tiga lantai. 

Perjalanan panjang SDIT Hidayatullah Yogyakarta tidak hanya menjadi perjuangan untuk para guru maupun pengelola namun juga menjadi kenangan para alumni yang menjalani proses belajar selama kurang lebih 6 tahun di sekolah tercinta. Kenangan akan masa-masa belajar di SDIT Hidayatullah Yogyakarta itulah yang akan coba kembali dihidupkan melalui agenda Makrab Alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta.

Inisiasi agenda Makrab Alumni ini berawal dari niatan beberapa alumni untuk kembali menghidupkan  kembali ukhuwah islamiyah di antara teman-teman alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta yang sudah lama terpisah karena kesibukan masing-masing. Sehingga dibutuhkan sebuah agenda bersama yang kemudian menjadi pemantik bagi terlaksananya agenda agenda lanjutan.

Makrab Alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta akan dilaksanakan di Villa Agung Rejeki Kaliurang pada tanggal 15-16 April 2017. Pada Makrab kali ini di isi oleh agenda KSBB atau Kelingan Seng Biyen-Biyen yaitu diskusi bersama sembari bercerita tentang hal-hal yang dialami bersama selama di SDIT Hidayatullah Yogyakarta, selain itu juga akan ada agenda outbond dan temu kangen dengan para guru. 

Arih Nafsaka Ajikaunang selaku Ketua Panitia Makrab Alumni berharap melalui agenda ini ukhuwah atau ikatan di antara para alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta yang telah terputus bisa kembali terjalin, dan ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai Islam yang telah diajarkan oleh Asatidz selama di SDIT Hidayatullah Yogyakarta akan coba dimunculkan lagi dalam agenda Makrab. 

Reuni & Makrab Akbar Alumni SDIT Hidayatullah 
Lulus Tahun 2004-2009

Pelaksanaan Sabtu-Ahad, 15-16 April 2017
Tempat Villa Agung Rejeki Kaliurang

Biaya Rp 80.000,

Pembayaran cash hubungi:
1. Panji 089688222007
2. Titon 085743290437
3. Dendy 085743620087
4. Aziz 085743399113
5. Habib 0895363017147

Atau bisa transfer :
BRI Norek 024701035843506, an Talitha Zukma Ulva Islamey
By Admin

Semua Anak Adalah Idaman




Di sela istirahat mengajar, terjadi percakapan antara guru A dan guru B, dua orang pengampu mapel di sebuah sekolah.

Guru A: “Huffftt.. semester ini kebagian jam mengajar di kelas yang paling kuhindari. Malas banget rasanya. Tapi yaa mau bagimana lagi, titah dari atasan jadi kudu taat.”

Guru B: “Kelas yang dihindari?? Maksudnya bagaimana..? berarti ada kelas idaman dong..”

Guru A: “Yaaa.. seperti yang kamu tahu laah, kelasnya bu Fulanah itu. Anak-anaknya kan terkenal nakal-nakal tuh. Susah nangkap pelajaran juga. Paling satu dua saja yang cepat nyambungnya. Belum lagi suka ribut dan ngeyel kalo dikasih tahu.. gak kayak kelas sebelahnya, idaman banget. Manut, pinter-pinter, sama kita sopan pula. Ditunjuk jadi wali kelas mereka pun aku mau bangeet..”

Guru B: “Huss.. Istighfar, kawan. Gak boleh bicara begitu. Maaf, gak cocok jadi seorang guru kalau masih punya pikiran seperti itu. Buang jauh-jauh. Kenapa ada yang harus dihindari?? Bukankah semua anak bisa menjadi idaman kalau kita bisa membentuknya? Tidak ada anak yang buruk, kita lah yang belum mampu mendidiknya dengan baik.”
***
Ilustrasi percakapan di atas mungkin saja terjadi di sekeliling kita. Adakalanya seorang guru merasa tidak bersemangat dan tidak ingin mengajari anak-anak yang dicap nakal atau kemampuan intelektualnya rendah dibanding murid yang lainnya. Tatkala mendapatkan tugas mengajar mereka, ia melakukannya dengan perasaan tidak senang dan tidak antusias. Terkadang sampai keluar ungkapan,“Bapak/Ibu lebih senang mengajar di kelas sebelah lho. Mereka pinter-pinter dan penurut. Tidak seperti kalian yang susah diatur dan malas mengerjakan tugas.” Maka pertanyaannya, apakah pantas seorang guru berucap demikian?

Setiap anak memiliki potensi dasar, baik melalui fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan melalui dunia pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat di mana anak tersebut berada. Dalam mengembangan potensi dasar—sering disebut sebagai fitrah—tersebut, orang tua dan guru sebagai pengganti orang tua di sekolah memiliki peranan yang sangat penting. 

Secara kodrati anak memerlukan pendidikan dan bimbingan sebagai kebutuhan dasar yang harus dimiliki seorang anak. Melalui pendidikanlah manusia dapat menemukan pengetahuan, kecakapan, dan keahlian dalam kehidupannya.Tanpa dididik anak tidak akan mampu mengembangkan fitrah kebaikan yang dibawa sejak lahir tersebut. Dengan pendidikan agama, anak akan mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya sehingga hidupnya dapat berkualitas dan dapat berhasil sesuai apa yang diharapkan.

Sebagai seorang pendidik sudah menjadi tugasnya untuk membentuk akhlak dan moral anak didiknya agar senantiasa berakhlakul karimah, dan menjadi kewajibannya untuk menanamkan ilmu yang bermanfaat, juga menjadi keharusan baginya untuk selalu memotivasi anak didik agar bersemangat dalam belajar. Saat seorang guru berpikiran hanya ingin mengajari anak-anak yang rajin, pintar, dan berperilaku sudah baik; maka timpanglah dunia pendidikan. Sebab jika semua guru berpikiran yang sama, dimana hanya merasa antusias dan senang saat diberi tugas mengajar kelompok/kelas yang sudah dianggap sebagai anak-anak yang baik saja, maka guru tersebut telah berlaku tidak adil. 

Semua anak punya potensi yang sama, fitrah yang sama, tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Sesungguhnya perbuatan memilih-milih anak didik adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pendidik. Jika semua pendidik hanya mengutamakan anak didik yang berprestasi dan berakhlak baik, maka hanya akan menjadi baik yang sudah baik, dan akan semakin memburuk apa yang sudah dicap buruk. Jangan sekedar berharap kebaikan, tapi enggan turut andil dalam mewujudkannya. Ibarat kata, ingin berenang di danau, tapi tak mau basah karenanya.

Terima dengan sepenuh keikhlasan segala macam kondisi anak didik kita, maka Allah lah yang akan memampukan kita untuk membimbingnya ke jalan kebaikan, ke arah angin kesuksesan. Saat kita berharap kebaikan pada anak didik, maka sesungguhnya kita lah teladan nyata baginya. Bagaimana guru berlaku, akan menentukan seperti apa anak didik bersikap. Karenanya sayangi mereka tanpa pilah, tanpa pilih. Jadilah seorang guru yang berani mengatakan kepada semua anak didiknya, “Aku bangga padamu, Nak.

*/Roidatun Nahdhah, Pendidik di SDIT Hidayatullah Sleman

________
Media Sosial SDIT Hidayatullah Yogyakarta
Twitter: @sdhidayatullah
Instagram: @sdhidayatullah
Email: sdithidayatullahsleman@hidayatullah.or.id

Drs. Rofiuddin : Membaca adalah Perintah Allah Pertama




www.sdithidayatullah.net | Senin (3/4/2017) Salah satu pengawas Pendidikan Agama Islam, Kecamatan Ngaglik, Bapak Drs. Rofiuddin, hari ini berkunjung ke SDIT Hidayatullah Yogyakarta. Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Beliau meminta waktu kepada sekolah untuk memberi sedikit motivasi kepada murid kelas 6 sekolah ini.

Selapas melaksanakan shalat dhuhur berjamaah di masjid Markazul Islam Hidayatullah Yogyakarta, Beliau diberi waktu menyampaikan motivasi.

“Tahukah kalian, apa perintah Allah Subahanahu Wa Ta’ala yang pertama?” Tanya Bapak Drs. Rofiuddin ini kepada 60 an murid kelas 6. Bermacam jawaban anak-anak bersahutan untuk menjawab pertanyaan Belia ini, ada yang menjawab shalat, dan sebagainya.

Untuk memancing anak-anak mempunyai jawaban perintah Allah yang pertama, Beliau menceritakan ketika Nabi Muhammad beruzlah ke Goa Hira, hingga Beliau menerima wahyu yang pertama yang Iqra’ yaitu membaca.

“Jadi perintah Allah yang pertama dan utama adalah…?” Tanya Guru Pengawas PAI ini.
“Membacaaaaa….” Jawab anak-anak bersemangat.

“Kalau ingin nilai ujiannya bagus adalah membaca.” Tegas Beliau.

“Syarat kedua agar menjadi anak cerdas adalah berkemauan, berkeinginan, atau berpraduga kepada diri sendiri.” Lanjut Beliau. Lalu Beliau mengutip sebuah Hadits Qudsi.
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih).

“Jadi marilah kita berprasangka baik kepada diri kita sendiri, kalau diri ini bisa mengerjakan soal ujian dengan baik.” Kata Beliau. 

“Kalau menghadapi kesulitan jangan putus asa, karena itu dilarang oleh Allah.” Lanjut Beliau.



Beliau juga memberi nasehat kepada murid kelas 6, bahwa maksiat adalah salah satu penghalang kecerdasan. Misalnya menyakiti kedua orangtuanya, menyakiti guru, menyakiti teman dan  yang paling berat adalah berdusta. Begitu Beliau memberi nasehat.

Rep. EMTE

Kunjungan Kepolisian Resort Sleman di SDIT Hidayatullah



www.sdithidayatullah.net | Kamis (30/03/2017) Sebanyak 6 personil Kepolisian Resort Kabupaten Sleman berkunjung ke SDIT Hidayatullah Yogayakarta. Hadir dalam rombongan tersebut adalah Bapak Dwi selaku pimpinan rombongan.

Bapak Dwi menyampaikan bahwa akhir-akhir ini banyak terjadi kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, "Kapolres sekarang tegas, untuk kasus kriminal yang dilakukan oleh anak-anak di bawah umur, jika kasus hukumnya di atas 7 tahun akan diproses, tidak peduli itu anak di bawah umur." Tegas Bapak Dwi dan rombongan, yang diterima oleh Bagian Tata Usaha dan Bagian SDM SDIT Hidayatullah.

Fenomeda klithih di Jogja juga menjadi sorotan tersendiri bagi kepolisian, "Sekarang anak-anak yang kelahiran tahun 2003 sudah berani menjambret, membunuh, dan melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum." Kata Bapak Dwi. "Kelahiran tahun itu adalah anak-anak yang usianya baru sekolah SMP, bayangkan anak-anak SMP jaman sekarang sudah brani menjadi eksekutor sebuah kejahatan." Lanjut Beliau.

"Kepolisian berharap kerjasama antara aparat dengan sekolah dalam mencegah hal-hal kriminalisasi ini. Kalau tidak perlu sekali anak-anak jangan keluar malam, bepergian membawa sajam dengan alasan untuk membela diri. Jangan." Kata Bapak Dwi.

Sebelum berpamitan, jajaran Kepolisian Resort Sleman berfoto bersama dengan Kepala Sekolah, Bagian SDM, dan Bagian Tata Usaha SDIT Hidayatullah Yogyakarta. Semoga kunjungan ini membawa kebaikan bagi semuanya.

Rep. dan Foto EMTE