SELAMAT HARI GURU, PELITA KEHIDUPAN


Ditulis oleh: Ustadzah Ainul Laili Mufidah

"Ingatlah bahwa banyak di antara orang-orang besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita mereka hingga menggapai puncak." Sebuah pesan humanis yang saya temukan di lembar akhir sebuah buku.

Sebelumnya saya ucapakan Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak-Ibu Guru dan para Asatidz yang telah suka rela mengabdikan tenaga dan pikirannya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa kita. Selamat hari Guru kepada seluruh Pendidik di seluruh Penjuru Negri. 

Mengingat tema tentang pendidikan ibarat mata air yang tak pernah surut. Bahasannya terus mengalir. Apalagi yang dibahas tentang selebrasi peringatan hari Guru pada tanggal 25 November . 

Masih ada PR besar yang harus kita pikirkan bersama selama ini. Sebagai Guru tugas kita tidak hanya menjadikan anak-anak cerdas dalam Akademik. Namun yang sering terlewat adalah. Tingginya ilmu Tata krama yang sudah mulai bergeser. 

Masih ingatkah kita dengan kasus murid perkarakan guru ke pihak berwajib karena menegur tingkahnya di sekolah? Atau guru perempuan yang sukses dijebloskan ke penjara oleh wali muridnya hanya karena masalah sepele. Atau sekarang sudah marak sekali murid yang tak beradab memviralkan Guru-gurunya. 

Jika melihat hal tadi, apakah memang selebrasi peringatan guru tadi betul-betul mencerminkan kecintaan para pelajar kepada pendidik mereka? Jawabnya menurut saya, belum tentu.

Dalam pandangan Islam, ilmu adalah sesuatu yang disimpan di tilam pualam. Dijunjung tinggi, dimuliakan dan dihargai begitu tinggi. Begitu banyak ulasan nash baik dalam kalamullah atau hadits yang mulia tentangnya. Dari mulai yang masyhur seperti dalam QS Al Imran ayat 18 sampai dengan hadits mulia “Para ulama adalah pewaris para Nabi“. Semuanya menunjukan bahwa dalam Islam, ilmu berarti berbobot kemuliaan. Selain ilmu itu sendiri, maka turunannya seperti para pemilik ilmu, majelis ilmu, sarana-sarana dalam mencari ilmu juga ikut dijunjung. Bagaimana kita melihat para ulama shalih banyak mengulas perihal sikap pelajar terhadap hal-hal tadi.

Inilah letak perbedaan paradigma pendidikan Islam dibandingkan sistem pendidikan selainnya. Betapa Islam sangat menekankan pengamalan adab dan akhlaq sebelum pelajar memulai menguasai ilmu lanjutan. Bahkan Adab dipandang sebagai titian pertama ilmu yang harus dikuasai oleh seorang pelajar.

Rasul SAW sebagai suri tauladan dan guru tersukses bagi umat ini pun mencontohkan bagaimana meletakan pembahasan adab dan akhlaq sebagai pembelajaran yang mendominasi para diri sahabat. Terdapat sabdanya yang agung yang menyatakan bahwa sesungguhnya beliau diutus untuk  menyempurnakan kemuliaan akhlaq. 

Apa yang dilakukan oleh Rasul dilanjutkan jauh oleh generasi orang-orang shalih sesudahnya. Terpisah rentang waktu yang jauh, Imam Malik menekankan dengan hal yang serupa, ia berkata “Pelajarilah adab sebelum memperlajari ilmu”. Imam Syafii’ ketika ditanya bagaimana gambaran dirinya terhadap pembelajaran adab, ia mengibaratkan hal tersebut sebagai seorang ibu. Yang ia cari-cari dan tangisi selayaknya anak yang mencari ibunya. Masyaallah, rahimallah ‘alayhim. Begini cara para salafush shalihiin menjalani tahapan pembelajaran. Tidak salah jika hasil thalabul ‘ilmi mereka mengukir sejarah emas dalam peradaban Islam.

Ah, bertambah-tambahlah kerinduan kita akan tegaknya kembali Islam. Yang menaungi segala ranah kehidupan termasuk pendidikan. Rindu jua dengan gambaran adab dan akhlaq terhadap guru seperti disebutkan sebelumnya.

Adab dan akhlaq yang nanti kelak menjadi kado indah tak berbungkus kado atau pita di hari guru kita. Sungguh akan sangat indah gambaran amal para pelajar dalam memuliakan para guru. 

Kita rindu. Namun kita pun sadar kerinduan tadi tak kan terwujud jika kita masih berada dalam tatanan kehidupan yang menjadikan Diinullah dipinggirkan hanya dalam kehidupan privat saja. Padahal Islam adalah aqidah yang mengatur tidak hanya perkara hubungan kita dengan Allah Swt tapi juga aspek bermasyarakat termasuk pendidikan. Namun bagi kita muslim(ah) yang yakin akan janji Allah Swt dan RasulNya, kita yakin Islam akan kembali tegak dalam bentuk yang sama seperti dicontohkan oleh Nubuwah RasulNya. Semoga kita termasuk yang meyakini dan memperjuangkannya. Allahu ‘alam. 

Dikutip dari berbagai Sumber 

Salah satunya dari Buku "Adab Murid" 



Previous Post
Next Post