www.sdithidayatullah.net | Oleh Akhid Nur Setiawan
Bagi para calon guru Al Quran, uji kesesuaian bacaan Al
Quran sebagaimana jalur riwayat bacaan yang akan ia gunakan untuk mengajar
sangatlah mutlak diperlukan. Mengikuti tashih merupakan sebentuk tanggung jawab
calon guru Al Quran untuk memastikan bahwa bacaan Al Quran yang akan ia ajarkan
sudah semirip mungkin dengan bacaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
sesuai jalur riwayat yang ia ambil. Keterangan lulus ujian tashih menjadi salah
satu pengesahan bahwa bacaan Al Quran seseorang jalur riwayatnya bersambung
sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Informasi Pendaftaran Murid Baru: https://www.sdithidayatullah.net/2019/10/informasi-murid-baru-sdit-hidayatullah.html
Para pentashih memiliki tugas yang amat berat untuk
menyimak, memperhatikan, mengecek, menguji, mengoreksi, dan menjamin kesesuaian
bacaan Al Quran antara murid dengan guru yang berada dalam satu jalur
periwayatan. Proses tashih berusaha memastikan bahwa periwayatan bacaan Al
Quran dilakukan secara tatap muka dan sudah benar-benar sesuai antara bacaan
murid dengan gurunya. Para pentashih juga memiliki tugas memberi rekomendasi
para calon guru alquran, dari mana harus memulai perbaikan bacaan Al Qurannya.
Lulus tashih bukan hanya kewajiban para calon guru Al Quran
karena bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar semaksimal mungkin ialah
kewajiban semua muslim. Standar baik dan benar dalam membaca Al Quran itu
seperti apa? Lulus tashih. Maka dari itu, setiap muslim utamanya yang telah
belajar melafalkan ayat-ayat Al Quran bersama seorang guru juga perlu
menyesuaikan bacaannya dengan bacaan gurunya atau jalur di atasnya, gurunya
guru dan seterusnya melalui ujian tashih.
Setelah sekian lama belajar dengan saling bertatap muka,
seorang guru harus merelakan muridnya diuji oleh pentashih. Bagi sang guru
situasinya mungkin seperti seorang wanita saat menghadirkan calon suami pada
orang tuanya. Dia sudah mantap dengan pria itu tapi orang tuanya masih perlu
mempertimbangkan dan menguji calon menantunya. Dari hasil pertemuan itu orang
tuanya bisa langsung setuju namun bisa juga tidak.
Menjalani ujian tashih ibarat seorang pria menunggu jawaban
wali nikah atas khitbahnya pada seorang wanita. Sekalipun antara pria dan
wanita sudah saling merasa cocok dan mantap, wali nikah jua yang memutuskan.
Proses ujian tashih begitu mendebarkan hati keduanya. Perasaan sang murid
diliputi campur aduk antara khawatir ditolak dengan sangat berharap diterima,
begitu juga sang guru.
Calon guru Al Quran bisa lulus tashih pastinya semata atas
pertolongan Allah, lalu berkat bimbingan dari para guru, serta doa-doa dari
banyak orang. Saat sang murid dinyatakan lulus oleh pentashih, perasaan murid
dan guru pastilah lega luar biasa, bagaikan lolos dari lubang jarum.
Sebagaimana bahwa akad nikah bukanlah akhir perjalanan, lolos dari lubang jarum
juga baru titik awal untuk melanjutkan perjuangan.
Agar bisa mengajarkan Al Quran pada orang lain, mereka yang
telah lulus tashih dan ingin menjadi guru Al Quran berhak diajari metodologi
pengajaran Al Quran yang digunakan oleh guru-guru mereka. Setelah semua proses
dijalani kelak mereka baru bisa secara resmi diizinkan untuk mengajarkan Al
Quran. Para guru Al Quran harus senantiasa menjaga bacaan Al Quran mereka.
Mereka harus siap jika sewaktu-waktu atau secara periodik diuji tashih ulang.
Hal itu demi menjaga kesahihan bacaan sepanjang waktu.
Foto: Dokumen SDIT Hidayatullah & Google.com