SDIT Hidayatullah Wisuda 28 Murid pada Khataman dan Imtihan Al-Quran Metode Ummi


www.sdithidayatullah.net | Kamis (25/5/2017) Bertempat di Auditorium Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Univeritas Islam Indonesia, SDIT Hidayatullah Yogyakarta mewisuda 28 muridnya. Acara Khataman dan Imtihan Al-Quran Metode Ummi ini juga mengundang seluruh orangtua/wali murid SDIT Hidayatullah Yogyakarta mulai dari kelas 1 s.d. kelas 6.

Baca : Besok 28 Murid SDIT Hidayatullah Yogyakarta Diwisuda Khotaman Al-Quran Metode Ummi

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah DIY-Jawa Tengah Bagian Selatan, Ustadz Syakir Syafii, Pimpinan Ummy Foundation Pusat Surabaya Ustadz Masruri, Ketua Yayasan As-Sakinah Ustadz Abdullah Munir, juga terlihat Ustadz Mohammad Fauzil Adhim, yang salah satu putranya juga mengikuti khataman dan imtihan, juga Ketua Dewan Pengurus Daerah Hidayatullah Sleman, Ustadz Mansur. Acara ini dipandu langsung dari Ummy Foundation Pusat serta dihadiri oleh Pengurus Ummi Daerah Yogyakarta.

Dalam sambutannya, Ustadz Abdullah Munir, selaku Ketua Yayasan As-Sakinah Yogyakarta menyampaikan bahwa Ummi bukan sekadar metode membaca Al-Quran, tapi ia adalah sistem, sehingga Yayasan As-Sakinah merasa perlu 'mencebur' ke dalam sistem tersebut agar semua pihak bisa tercelup di sistem tersebut. Begitu lebih kurang yang disampaikan Beliau.

"Saya tidak berani melihat anak-anak diuji secara publik, dag dig dug." Begitu kata salah satu pimpinan sekolah, Ustadz Rifki, di sela-sela menyambut tamu yang hadir di lantai bawah.

Memang suasana Khataman dan Imtihan Metode Ummi ini cukup menegangkan, beberapa orangtua/wali murid bahkan ada yang menyuruh putra/putrinya untuk diberi pertanyaan oleh para asatidzah. Misalnya Ustadz Widodo, menyuruh putrinya, Ananda Nita, untuk berdiri dan minta kepada Ustadz Syakir serta Ustadz Masruri untuk bertanya. Walau menegangkan, para wisudawan-wisudawati terlihat dengan tenang menjawab semua pertanyaan audiens.

Berikut kami kutip, sebuah tulisan dari Ustadz Mohammad Fauzil Adhim dalam akun facebook Beliau yang berkomentar tentang acara Khataman dan Imtihan Metode Ummi di SDIT Hidayatullah Yogyakarta.

Tertegun saat melihat anak naik ke atas panggung. Tertunduk kepala menahan setitik airmata yang hampir jatuh. Jika di usianya kini anak mampu membaca Al-Qur'an dengan sangat baik, memahami hukum-hukum tajwidnya, mengenali sifat huruf dengan benar dan bersemangat terhadap baca Al-Qur'an, rasanya sangat sedikit yang sudah saya lakukan terhadapnya. Kalau ia bersemangat kepada Al-Qur'an, ada ibunya yang senantiasa mengusapkan semangat mencintai Al-Qur'an ke dalam diri anak-anak dan kemudian disiram dipupuk oleh guru-guru yang penuh perhatian, mengasuh dan menanggapi anak dengan tulus.

Kompetensi guru sangat penting. Begitu pula keterampilan mengajarkan kepada anak. Tetapi ada yang jauh lebih penting dan bahkan sangat mendasar, yakni dorongan moral yang sangat kuat pada diri guru. Dorongan moral (moral imperative) itu mendesakkan kegelisahan untuk senantiasa mendidik dan memperhatikan anak didik dengan sebaik-baiknya. Itulah yang saya rasakan dari para gurunya.

Tak akan sampai pada desakan moral yang kuat jika guru tidak sungguh-sungguh yakin dengan idealisme yang diusungnya sebagai guru. Keyakinan sangat kuatlah yang membangkitkan kewajiban untuk mendakwahkan kepada khalayak. Tanpa disuruh orang lain pun, ia bergerak; mengajar, mendidik dan membaguskan anak-anak didiknya.

Menyaksikan anak yang berdiri di panggung; bukan untuk melenggang menampakkan kemampuan bersenandung, bukan pula tampil dengan polesan sehingga seolah-olah menguasai, membuatku merunduk bertanya, "Atas dirinya, apakah yang sudah aku lakukan?"

Ada surat tentang bapak; surat Luqman namanya. Dan tak kujumpai surat tentang ibu, tetapi Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam tunjukkan bahwa ibu memiliki hak atas anaknya 3 kali lebih utama dibandingkan bapak. Ada surat An-Nisaa' (Perempuan), tetapi tidak ada surat Ar-Rijaal (Lelaki).

Semoga kelak, Al-Quran akan datang kepada kita semua menjadi penolong bagi siapa saja yang membacanya.

Rep. EMTE

Powered by Blogger.
close