Menumbuhkan Ghirah Dakwah Bil Qalam


Dalam rangka menumbuhkan semangat menulis, tim al-Qur'an SDIT Hidayatullah Sleman yogyakarta menyelenggarakan sharing kepenulisan yang dilanjutkan dengan whorksop menulis. (Rabu,30 September 2015)

Kegiatan yang dilaksanakan di aula perpustakaan SDIT Hidayatullah tersebut mengusung tema tentang "Dakwah Bil Qalam" dan diikuti oleh seluruh tim al-Qur'an,dengan mengahdirkan pamateri internal, Subliyanto,S.Pd.I selaku penulis lepas dan wakil kepala sekolah SDIT Hidayatullah,dan Mahmud Thorif selaku redaktur majalah fahma.

Dalam paparannya Subliyanto menyampaikan materi dengan tema "kabarkan kebaikan melalui tulisan". Menurutnya menulis adalah sarana untuk menebarkan kebaikan,baik melalui informasi maupun argumentasi.

"Tulislah apa yang sedang kita pikirkan dan sedang kita risaukan serta apa yang perlu kita sampaikan untuk kebaikan" ungkapnya.

sementara Mahmud Thorif menyampaikan tentang manajemen media. Menurutnya peran media sangat penting sehingga sekecil apapun media yang dumiliki harus dikelola dengan baik.

Thorif menambahkan bahwa dalam dunia tulis menulis tidak lepas dari dunia membaca,sehingga setiap yang ditulis lebih berbobot dan bermakna.

"Jika engkau ingin mengenal dunia maka membacalah,dan jika engkau ingin dikenal dunia maka menulislah" tandasnya dengan penuh semangat.

Kegiatan tersebut disambut antosias oleh para peserta,salah satunya Ida Nahdah. Menurutnya ia merasa sangat senang mengikuti kegiatan tersebut karena banyak ilmu dan pelajaran yang ia dapatkan.

"Saya sangat senang mengikuti kegiatan ini. Alhamdulillah banyak ilmu dan pelajaran yang saya dapatkan" pungkasnya.

Ia berharap agar kegiatan tersebut dapat diadakan secara terus menerus dan berkesinambungan agar semangat dakwah bil qalam yang telah dimiliki tidak tergerus zaman.

>>> Penitipan Murid Baru SDIT Hidayatullah 2016/2017 Online KLIK DI SINI

Rep : Ida
Editor : Yayan
Foto : Fitrie

Penitipan Murid SDIT Hidayatullah Tahun 2016/2017 Online


Mengapa Memilih SDIT Hidayatullah?

Pembelajaran Berbasis Tauhid
Melalui program yang mengintegrasikan nilai-nilai tauhid pada kurikulum dan seluruh aktivitas belajar, SDIT Hidayatullah merupakan partner yang tepat bagi orangtua dalam menggali potensi anak secara optimal baik potensi fisik, akal, maupun jiwanya. Dengan pembelajaran seperti ini, diharapkan anak-anak kelak menjadi muslim-muslimah yang saleh dan bertanggungjawab.



Pendekatan Belajar Sesuai Tahap Perkembangan Anak
Memperhatikan kebutuhan anak merupakan sesuatu yang penting bagi sekolah. Hal ini agar anak tidak kehilangan saat-saat yang paling indah dan menyenangkan dalam hidupnya. Dengan pendekatan berbagai metode pembelajaran dan proses pembelajaran yang sesuai tahap perkembangan anak, diharapkan tumbuh dalam diri anak minat belajar yang tinggi serta anak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.


Tenaga Pendidik
Didukung oleh tenaga pendidik yang berdedikasi, muda, terampil, dan berlatar belakang pendidikan S1 dan S2, memungkinkan SDIT Hidayatullah mampu mewujudkan suasana belajar yang kreatif dan inovatif.

Sekolah tanpa rangking
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Mereka bisa menjadi juara di bidangnya masing-masing.

Kelas dipisah putra dan putri
Anak laki-laki dan perempuan memiliki perkembangan fisik dan sosial emosional yang berbeda. Kelas yang homogen (dipisah putra dan putri) memudahkan guru melakukan pendekatan yang sesuai dengan mereka.

Tiada Hari Tanpa Al-Qur’an
Untuk menumbuhkan cinta al-Qur’an pada diri anak, pembelajaran al-Qur’an dilaksanakan setiap hari.

Character class
Kelas karakter adalah kelas penanaman dasar-dasar perilaku anak yang diselenggarakan pada 3 bulan pertama pembelajaran.

Lingkungan yang Kondusif
Sekolah berada di alam pedesaan yang nyaman dan jauh dari keramaian. Sekolah juga berada di lingkungan pesantren yang di dalamnya ditegakkan nilai-nilai Islam yang mulia.

Waktu Belajar Di Pagi Hari
KBM di SDIT Hidayatullah adalah :
> Senin s.d. Jumat
> Pukul 07.15 s.d. 14.30 wib. 
> Pengembangan Diri pukul 15.30 s.d. 16.45 wib 
    dengan jadwal yang ditentukan pada setiap kelasnya.


SYARAT MURID BARU
1. Usia minimal 6 tahun pada bulan Juli 2016
2. Mengisi formulir pendaftaran
3. Menyerahkan fotocopy akta kelahiran 1 lembar
4. Menyerahkan fotocopy Kartu Keluarga 1 lembar
5. Menyerahkan pas photo ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar

PENDAFTARAN
SDIT Hidayatullah menggunakan sistem one day service (sehari selesai) dalam pelayanan penerimaan peserta didik baru. Alur penerimaan peserta didik baru meliputi : 
= Pelayanan Informasi/Konsultasi 
= Registrasi (Pembelian Formulir) 
= Observasi Calon Peserta Didik dan Ortu/Wali 
= Pengumuman 
= Daftar Ulang.
 SYARAT One Day Service : Orangtua dan Calon Murid hadir semua 

INFO MURID BARU
1. Yayan : 087739815226
2. Muhamad Arifin : 087738031917
3. Thorif 087738219070, 085729555454


Syarat Mendaftar Online
1. Download Formulir Pendaftaran, KLIK DI SINI
2. Isilah Formulir Pendaftaran yang telah diisi
3. Kirim Formulir Pendaftaran yang telah diisi ke
    = Email : sdithidayatullahsleman@hidayatullah.or.id
4. Membayar Formulir Pendaftaran sebesar Rp 200.000,- dikirim ke nomor rekening Bank :
    = Bank BPD DIY Cabang Sleman
    = Nomor Rekening 005.221.025069
    = Atas nama SUBLIYANTO QQ SDIT HIDAYATULLAH 
5. Setelah Membayar Formulir Pendaftaran mohon konfirmasi ke :
    = Thorif, HP 087738219070.
6. Jika kesulitan untuk mengunduh Formulir Pendaftaran, silahkan bisa kontak     via SMS,  Whatsapp, atau telepon untuk kami kirim ke email Anda.
7. Biaya Masuk SDIT Hidayatullah Tahun Ajaran 2016/2017 (bagi yang sudah download, mohon maaf ada perubahan biaya seragam), UNDUH KLIK DI SINI

Outbond for Kids SDIT Hidayatullah


www.sdithidayatullah.net. Rabu, 9 September 2015. Tidak seperti biasanya, hari itu orangtua/wali murid SDIT Hidayatullah harus mengantar pura-putrinya lebih kurang 15 km dari sekolah, karena pada hari itu adalah hari spesial kegiatan “Outbond for Kids SDIT Hidayatullah”. Kegiatan ini diikuti oleh murid kelas 1, 2, dan 3 dan didampingi oleh guru kelas masing-masing. Outbond yang dilaksanakan di Desa Wisata Pulesari Kecamatan Turi ini melibatkan ratusan murid SDIT Hidayatullah.


Kegiatan Outbond for Kids di SDIT Hidayatullah ini dilaksanakan setahun sekali, dengan pembagian kelas bawah (1, 2, dan 3) di semester pertama dan kelas atas (4, 5, dan 6) di semester kedua. Diharapkan dengan kegiatan ini, murid bisa menjadi pembelajaran di luar kelas bagi setiap murid.



Album foto #Outbond4Kids klik dan like facebook SDIT Hidayatullah Yogyakarta

* admin

Mengajak Anak Mau dan Berani Berkeringat


Oleh Herwin Nur

Lumpuh Sosial   
Wajar kalau orang tua bangga jika teman main anaknya di jalanan segudang. Tidak peduli siapa atau bahkan tidak sekedar yang sebaya. Orang tua merasa anaknya mampu berinteraksi sosial, bisa menjalin hubungan antar anak di lingkungan sosialnya. Semakin bangga kalau kawan yang bertandang ke rumahnya berlimpah. Jangan diartikan jika anak kita menjadi anak rumahan, tidak dikenal di lingkungan tempat tinggalnya, bukan masuk kategori anak gaul, menjadi lumpuh sosial.

Anak yang dibiarkan bergaul di pasar bebas dunia remaja, walau di lingkungan tempat tinggal yang mudah dikontrol, dikendalikan dan diawasi, tetapi jika tanpa dibekali ilmu dan pengetahuan, ibarat membiarkan anak terjun bebas. Anak bebas gaul bukannya tanpa dampak, bukannya tanpa efek sosial, terlebih yang punya geng anak. Waktu sibuk di luar rumah mendominasi tumbuh kembangnya anak, membentuk karakter anak sejak dini berdasarkan norma jalanan. Tak terasa anak dicekoki aturan main anak jalanan.

Jangan kaget dan heran, saat di rumah, adab anak terhadap orang tuanya, anak tanpa risi dan sungkan menggunakan bahasa gaul, bahasa jalanan. Anak menerapkan norma jalanan di rumahnya. Menganggap orang tua sebagai temannya. Ironis, orang tua, terlebih yang suami isteri kerja, menganggap kedemokratisan anak menjadi hal yang wajar. Pulang kerja orang tua maunya istirahat, tidak mau direpoti urusan anak. Di hari libur, orang tua inginnya istirahat. Total jenderal, seolah tak ada waktu luang untuk berinteraksi dengan anak.

Pekerjaan Rumah
Dibangunkan pagi berulang kali, anak malah marah-marah. Begitu bangun, tambah marah karena Pekerjaan Rumah (PR) dari sekolahan belum dikerjakan. Semalam sibuk menikmati acara, adegan dan atraksi yang ditayangkan media penyiaran televisi. Atau pulang main malam hari, orang tua sudah tidur, tanpa pikir panjang anak langsung masuk kamar tidur.

Kejadian yang mendasar ini karena menyangkut pembentukan karakter anak, nyaris tipikal terjadi di setiap rumah tangga. Khususnya di perumahan yang dihuni oleh kaum pendatang yang mengadu nasib di ibu kota negara maupun ibu kota provinsi dan kota besar lainnya. Regenerasi sudah terjadi di perumahan, namun seolah terjadi perulangan yaitu orang tua saat melaksanakan kewajiban orang tua terhadap anaknya berdasarkan pengalaman. Apa yang dialami sampai menjadi orang tua, diterapkan kepada anaknya. Semacam copas dalam kehidupan rumah tangga atau berkeluarga.

Perubahan yang dilakukan, lebih ke arah agar anak tidak bikin masalah di rumah, anak dibiarkan tidak gagap teknologi. Anak yang belum paham atau mengenal calistung (baca, tulis, hitung) sudah diberi mainan berbasis teknologi. Anak sudah tidak buta alat teknologi informasi dan komunikasi sejak dini. Orang tua membiarkan anaknya yang masih di bawah umur mengendarai motor. Gaya anak mengendarai motor di jalan lingkungan perumahan, bukan hal yang layak diacungi jempol.

Masalah Bangsa
Di luar lingkungan perumahan yang kami huni, yang tidak mau disebut sebagai penduduk asli, ternyata ada kejadian perpaduan lemah sosial dan pekerjaan rumah. Anak SMP mengancam bapaknya jika tidak dibelikan motor tidak mau sekolah, mau mogok sekolah. Uang muka motor terjangkau, namun angsuran yang menjadi kendala.

Salah satu keluarga di pribumi, anaknya mampu meraih ijazah S1. Karena lokasi tempat kerja yang jauh dari rumah orang tuanya, akhirnya sang anak pilih duduk manis di rumah. Mengikuti anjuran teman mainnya sejak kecil, butuh dan minta modal ke orang tuanya. Mau buka usaha. Sudah ciri etnis ybs, terpaksa jual tanah. Pengorbanan orang tua belum terbalaskan oleh anaknya. Tetap menganggur.

Jika ditarik benang merahnya, ternyata jika anak tidak diajak bekerja sejak dini ada dampaknya. Biasakan anak di rumah bekerja untuk kepentingan diri sendiri, misal merapikan tempat tidur, menyapu kamar, mencuci baju, mencuci pring gelas bekas pakai. Inisiatif dan kreatifitas anak terpicu dan terpacu sejak dini dengan berkontribusi mengerjakan urusan rumah tangga. 

Mungkin ada sebagian orang tua yang kasihan dan lebih membiarkan anak tumbuh alami. Anak terbiasa disuapi, sudah bermodal ijazah S1 saja masih menunggu perintah, bahkan tidak mau berkeringat. Tidak mau bersusah payah. Jika kondisi ini melanda dan menjadi penyakit generasi muda, jangan salahkan bunda mengandung.