Akhlak Islami dan Unggah-Ungguh Kejawaan: Sebuah Korelasi Kuat dalam Pembentukan Akhlak Murid yang Baik di Indonesia

 


Oleh: Dewi Oktaviarini

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman budaya dan agama. Dalam konteks keberagaman ini, dua tradisi yang menonjol adalah akhlak islami dari Agama Islam dan unggah-ungguh Kejawaan yang berakar dalam Budaya Jawa, termasuk di Yogyakarta. Meskipun berbeda dalam asal usul dan sumbernya, keduanya memiliki korelasi yang kuat dalam hal nilai-nilai moral yang baik dan etika perilaku yang dijunjung tinggi.


Ditinjau dari pengertiannya, akhlak islami adalah seperangkat nilai dan prinsip moral yang diajarkan dalam agama Islam yang mencakup konsep-konsep seperti kebaikan, kejujuran, kerendahan hati, kasih sayang, dan keadilan. Sementara itu, unggah-ungguh Kejawaan adalah sistem nilai dan etika tradisional yang berasal dari budaya Jawa. Unggah-ungguh Kejawaan menekankan nilai-nilai seperti kesopanan, rasa hormat kepada sesama, kerendahan hati, dan kebijaksanaan dalam berinteraksi dengan lingkungan dan orang lain. Tanpa kita sadari, banyak nilai-nilai Kejawaan yang disesuaikan dengan ajaran Islam, begitu pula sebaliknya sehingga terciptanya sinergi antara dua tradisi ini dalam membentuk akhlak yang baik. 


Contoh konsep dari unggah-ungguh Kejawaan yang mencerminkan nilai-nilai akhlak islami yang baik adalah dadio jalma kang utama sarta ngajeni. Frasa ini dalam bahasa Jawa memiliki arti bahwa seseorang seharusnya menjadi individu yang unggul dalam kebaikan dan selalu memberikan pelajaran atau memberi teladan kepada orang lain. Selain itu, konsep ini juga sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan pentingnya berbuat baik kepada sesama dan menjadi panutan dalam kehidupan sehari-hari.


Contoh lainnya adalah "nderek langkung" dan "ngapurancang". Dengan menjalankan "nderek langkung" seseorang akan cenderung menghindari perilaku sombong atau egois, sementara "ngapurancang” mengajarkan murid untuk rendah hati dan tidak sombong, serta mampu menghargai orang lain dan lingkungan sekitar. Dalam budaya Jawa, ngapurancang merupakan nilai yang sangat penting dan menjadi bagian dari unggah-ungguh kejawen. 


Konsep seperti "dadio jalma kang utama", "nderek langkung" dan "ngapurancang" memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa agar menjadi individu yang unggul dalam kebaikan, rendah hati, berpikir bijaksana sebelum bertindak, dan memberikan teladan kepada orang lain.


Korelasi antara konsep-konsep ini dalam budaya Jawa, nilai-nilai akhlak Islam, dan ajaran Islam menciptakan keselarasan yang kuat dalam upaya pembentukan karakter murid. Dengan memadukan ajaran-ajaran ini, sekolah dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang berakhlak dan beradab yang tidak hanya membentuk karakter yang baik sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini membantu murid untuk menjadi individu yang baik, berakhlak luhur, dan berkontribusi positif dalam masyarakat sekaligus menggabungkan nilai-nilai moral yang kuat yang diajarkan dalam Islam.


Dewi Oktaviarini adalah Guru SD IT Hidayatullah Yogyakarta 

Powered by Blogger.
close