Manusia yang Serakah

 


Penulis: Jajang, S.Pd. adalah guru PAI di SDIT Hidayatullah Yogyakarta, sebuah sekolah Islam di Sleman


Setiap anak Adam (manusia) dalam dirinya memiliki sifat dasar yaitu tama' (rakus) sehingga keinginan untuk memperkaya diri dan mengumpulkan harta sangat besar dengan terus  diupayakan, bahkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Islam seperti korupsi, suap, mencuri dan lain sebagainya. Hal ini menjadikannya lalai dari mengingat Allah, dari pengawasan Allah dan juga lupa akan penciptaan dirinya yaitu untuk mengabdikan diri beribadah kepada Allah sebagai seorang hamba, sebagai khalifah di muka bumi. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلْهٰٮكُمُ التَّكَا ثُرُ 

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,"(QS. At-Takasur 102: Ayat 1)

Ayat ini menunjukkan sifat manusia yang suka bermegah-megahan, manusia yang tidak pernah merasa puas dengan harta.

Rasulullah Saw bersabda:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

« الدِّينَارِ وَالدِّرْهَمِ وَالْقَطِيفَةِ الْخَمِيصَةِ لَمْ لَمْ »

“Celakalah hamba dinar, hamba dirham, hamba pakaian dan modus hamba. Jika diberi, ia ridho. Namun jika tidak diberi, ia pun tidak ridho”. (HR. Bukhari no. 6435)

Kedua:

Dari Ibnu 'Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ انَ لاِبْنِ ادِيَانِ الٍ لاَبْتَغَى الِثًا لاَ لأُ ابْنِ لاَّ الابُ

“Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu saja masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6436)

Ketiga:

Dari Ibnu 'Abbas, ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ لاِبْنِ لَ الاً لأَحَبَّ لَهُ لَيْهِ لَهُ لاَ لأُ ا ال ال ابَ

“Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu saja masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari no. 6437)

Pada zaman sekarang ini kita dipertontonkan oleh sajian dimana para pemimpin kita yang sejatinya disiapkan dan diberi amanah untuk mengelola kekayaan negara guna mensejahterakan rakyatnya justru mereka manfaatkan untuk memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Mereka tidak sadar jika semua itu akan dia ditinggalkan, justru malah sebaliknya dia merasa akan hidup selamanya dan menikmati harta yang dikumpulkannya lupa kalau semua nikmat itu adalah pemberian Allah SWT dan sudah barang tentu dia akan merasakan adzab Allah kelak menimpa dirinya ketika diingkarinya seperti halnya Qarun yang ditenggelamkan Allah kedasar bumi beserta hartanya disebabkan tidak bersyukur merasa harta yang dimilikinya merupakan hasil dari usahanya, ilmunya dan usaha upayanya. Nauzubillah. Untuk itu Allah menginginkan kita agar pandai bersyukur atas apa yang kita dapatkan sekecil apapun, karena yang bisa menjadikan kita cukup yaitu ketika kita memiliki hati yang kaya, hati yang bisa mengiyakan bahwa nikmat yang Allah anugerahkan bisa menjadikan kita semakin dekat  dengan اَلْغَنِى ( Yang Maha Kaya) yaitu Allah SWT. Demikian semoga bermanfaat. 

Wallahu'alam

Powered by Blogger.
close