Efek Budaya Instan



Oleh : Subliyanto*

Seiring perkembangan zaman, segala sesuatu yang ditawarkan dalam kebutuhan kita terkemas dalam bentuk instan.

Secara umum instan merupakan langkah praktis dalam melakukan sesuatu, sehingga mudah dan cepat menjadi indikatornya.

Namun, belum tentu tepat dalam bidang-bidang tertentu, terlebih dalam bidang pendidikan, karena pendidikan membutuhkan proses yang berkesinambungan.


Sementara pendidikan adalah pengembangan seluruh aspek dalam kehidupan manusia, baik aspek kognitif, afektif, maupun aspek psikomotorik.

Untuk mewujudkan hal itu, tentunya membutuhkan proses yang inten dan tidak bisa dilakukan secara instan, karena pendidikan sejatinya adalah menanamkan nilai dan karakter dalam diri manusia.

Contoh kecil yang sering kita abaikan sebagai orang tua adalah tentang makanan. Mungkin hal itu nampak sepele, namun sungguh sangat besar efeknya.

Ada sebuah kasus yang sangat menarik dan perlu menjadi pelajaran bagi kita semua.

Suatu hari di sebuah sekolah swasta, seorang anak pamit kepada gurunya untuk pergi ke kantin. Sang guru menanyakan keperluannya. Anak itu menjawab untuk minta bantuan petugas kantin memasakkan mie instan. Padahal, di sekolah tersebut sangat melarang muridnya untuk jajan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Setelah ditanya lebih lanjut ternyata anak itu tidak sempat sarapan di rumah, yang kemudian hanya disiapkan uang dan mie oleh orang tuanya, kemudian diantar ke sekolahnya.

Kalau kasus seperti di atas terjadi kepada kita sebagai orang tua, dengan alasan hanya sibuk bekerja dan lain sebagainya, lantas kapan kita akan menanamkan nilai kasih sayang kepada anak-anak kita ?

Hal semacam ini sangat penting untuk diperhatikan oleh kita sebagai orang tua, karena budaya instan mempunyai efek samping yang sangat besar dalam kehidupan manusia.

Rendahnya kreativitas, rendahnya moral, lahirnya kemalasan, krisisnya sikap hormat terhadap orang tua, dan bahkan lahirnya koruptor, mungkin adalah efek dari budaya instan yang sudah mengakar dalam kehidupan manusia hingga menjadi pandangan hidupnya.

Karenanya, kita sebagai orang tua mari kita sama-sama introspeksi diri agar tidak terjebak dan terjerumus ke dalam budaya instan yang akan mengakibatkan keburaman di masa depan.

Proses yang baik akan menentukan hasil yang baik pula. Wallu a’lam. []

*Penulis adalah kabag kemuridan SDIT Hidayatullah Yogyakarta. Tulisan ini bisa juga di baca di http://subliyanto.blogspot.com/
Powered by Blogger.
close