Memuji Murid, Memuja Guru Bersama Dr. Yulianto P. Prihatmadji


www.sdithidayatullah.net | Sabtu (07/04/2018) Di akhir pekan pertama setiap bulan, SDIT Hidayatullah Yogyakarta berusaha menghadirkan acara-acara yang menarik bagi para guru dan pegawainya dengan menghadirkan pemateri-pemateri yang handal. Pada pekan ini, Kepala Bagian Sumber Daya Manusia yang dikomandani oleh Ustadz Untung Purnomo menghadirkan salah satu doktor lulusan negeri matahari terbit, yaitu Dr. Yulianto P. Prihatmadji, dosen Teknik Sipil Univeritas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Doktor muda dan enerjik ini membawakan materi yang sangat menarik, dengan tema "Memuji Murid, Memuja Guru", sebuah judul yang sangat menggelitik sehingga membuat semua orang bertanya-tanya apa sih isinya? Dibawakan dengan jenaka dan banyak mengundang tawa, Dr. Prihatmadji bisa membawa suasana semakin hidup. 

Digebrak dengan sebuah kisah hidup Beliau yang pada asal muasalnya, sejak sekolah menengah sudah antipati dengan profesi seorang guru, karena di mata Beliau pada waktu itu, profesi guru ini adalah profesi yang dipandang sebelah mata. Ternyata semakin kuat Beliau menolak profesi guru ini, semakin kuat pula bayangan guru ada di alam pikirannya. 

Beliau berkisah, agar terlepas dari profesi guru ini, ia mengammbil jurusan saat kuliah yang tidak ada kaitannya dengan guru, yaitu teknik nuklir. Apa yang terjadi? Ternyata belum beruntung, pilihan Beliau pada waktu itu ditolak atau tidak diterima. Akhirnya Beliau memilih kedokteran agar bisa terhindar dari profesi guru. Lagi-lagi pilihan Beliau pada waktu itu juga tidak diterima di kedokteran.


Laki-laki yang hobi melukis ketika sekolah ini akhirnya mengambil jurusan teknik sipil, lagi-lagi pilihan ini untuk menghindari dari sebuah profesi bernama guru. 

Nah di pilihan ini, Beliau diterima. Akhirnya setelah lulus pernah mencicipi sebagai profesi arsitek di Kota Jakarta, mungkin inilah jalan Beliau yang hobi menggambar disaat pelajar berlangsung ketika di sekolah menengah dulu.

Profesi ini tidak berlangsung lama, karena Ibu Beliau menganggap pekerjaan ini  nggak jelas. Karena pada waktu itu memang yang dianggap bekerja adalah yang datang ke kantor, berangkat pagi dan pulang sore. Pada waktu itu, ayah dari 3 anak laki-laki saat ini, berangkat pukul 4 sore dan pulang pukul 4 pagi. Padahal pada waktu pulang kampung, Beliau membawa sejumlah uang untuk ibunya, tetapi masih dianggap pekerjaannya nggak jelas. 
Akhirnya hanya berniat birrul walidain Doktor yang anak-anaknya alumni SDIT Hidayatullah Yogyakarta ini mendaftar dosen di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Karena dosen menurut Beliau adalah guru juga, kalau kelakar Beliau DOSEN itu kerjanya ber DOS-DOS gajinya cuman se SEN, maka ketika menghadapi ujian pun tidak disiapkan dengan baik. Ia jalani saja mengalir bahkan terkesan asal-asalan. Tapi apa yang terjadi, dari 13 pendaftar terpilih 2 orang dan salah satunya adalah Beliau. 

Akhirnya singkat cerita Beliau menjadi dosen, alias guru. Baru Ibu Beliau berkonter, nah inilah pekerjaan yang nggenah.

Dr. Prihatmadji menyampaikan materi tenang pendidikan di rumah, bagaimana peran seorang ayah dan ibu sangat penting. Ternyata pola asuh yang diterapkan di rumah akan berbanding lurus dengan sikap anak ketika di sekolah. Ketika pola asuh yang diterapkan di rumah adalah otoriter, maka dampaknya ketika di sekolah pun akan terasa, begitu pula ketika pola asuh demokratis, dan pola asuh serba boleh. Semua akan ada dampaknya di sekolah. Di sinilah peran seorang guru harus bisa mengkondisikan setiap murid dengan bermacam pola asuh yang diterapkan oleh kedua orangtua mereka.

Beliau juga memaparkan tahapan-tahapan penting dalam mendidik anak, yaitu :

7 Pertama : Usia 0-7 tahun orangtua harus memposisikan anak sebagai laksana raja, apapun yang dilakukan anak adalah layaknya seorang raja. 

7 Kedua : 8 - 14 tahun adalah masa tawanan, kedua orangtua harus banyak membuat aturan. Anak layaknya tawanan diusia ini, harus ada aturan yang jelas. Cerewetnya seorang ibu dibutuhkan dimasa ini, tegasnya sosok ayah harus hadir di masa ini. 

7 Ketiga : 15 - 21 tahun orangtua harus memposisikan sebagai Teman Rahasia, ini masa yang cukup krusial, jika orangtua tidak dekat dengan anak, maka jangan salahkan jika anak-anak akan lebih senang curhat dengan orang lain yang dipercaya. 

7 Keempat : >21 tahun, ini adalah masa Ambassador, jadi layaknya duta besar, kita berikan kepercayaan penuh kepada anak-anak kita. 

Masih banyak lagi inspirasi-inspirasi yang disampaikan oleh Beliau di hadapan puluhan Guru dan Pegawai SDIT Hidayatullah Yogyakarta.

-----
Informasi Murid Baru SDIT Hidayatullah :
>> Narahubung : Mahmud Thorif 087738219070 
>> Grup WhatsApp : https://chat.whatsapp.com/6SvcUfWIvRuJsIdiBsHbU0   
>> Formulir : UNDUH DI SINI 
>> Biaya Masuk : UNDUH DI SINI   


Laporan & Foto : Thorif
Powered by Blogger.
close