Teman Sejati

Oleh: Ayun Afifah, S.Pd.


Haloo... Perkenalkan namaku adalah Nadia Shafia Cantika. Tahun Ajaran ini aku memasuki kelas 5 SD. Oya aku lahir di Jakarta dan hingga kelas 4 pun tinggal di Jakarta. Karena Papahku dipindah tugaskan ke Jogja, akhirnya aku sekeluarga pindah ke Jogja mengikuti Papah. Aku pun dimasukkan ke Sekolah Islam Terpadu yang dipilihkan oleh Papah Mamahku. Hemm tinggal di Jogja ini, aku sebenarnya merasa kurang senang. Karena aku harus berpisah dengan teman-teman sekolahku yang asyik dan heboh. Di sekolahku yang lama, aku termasuk anak yang cukup populer dan mempunyai banyak teman. Aku mempunyai teman-teman yang se-frekuensi, yang suka main ke mall dan nonton drama Korea alias Drakor. Aku membayangkan kalo sekolah di Jogja apalagi sekolah di SD IT pasti anak-anaknya nggak asyik deh. Namun, aku nggak bisa berbuat apa-apa, karena aku harus mengikuti kemanapun keluargaku pergi.

Hari pertama aku masuk di SD IT ini, aku diajak berkeliling untuk melihat-lihat bagian-bagian sekolah ini oleh bagian Tata Usaha. Hemm lumayan juga sekolah ini, bangunannya cukup bagus bertingkat 3 pula, walau berada di tengah-tengah persawahan. Rupanya disekolah ini muridnya dipisah antara laki-laki dan perempuan sejak kelas 1 SD. Aku masuk di kelas 5B, yang katanya Kelas Reguler. Jadi di sekolah ini juga terdapat 2 program yaitu Kelas Reguler dan Kelas Tahfizh. Untuk Kelas Tahfizh target hafalan ideal adalah 10 juz, dan dalam sehari jam al-Qurannya bisa sampai 3 sesi. “Busyetttt dahh apa tidak membosankan ngaji sampai 3 jam dalam sehari?” kataku dalam hati. Nah kalo dikelas Reguler belajar al-Qurannya Cuma 1x dalam sehari, dan target hafalannya 1-2 juz saja. Tapiii ya masih tiap hari juga ngajinya, padahal di sekolahku yang lama belajar ngaji hanya 2x seminggu. Sekali belajar PAI, dan sekali belajar baca tulis al-Quran (BTAQ).

Kemudian aku dikenalkan oleh Wali Kelasku dihadapan murid-murid kelas 5B, Ustadzah Nova namanya. “Anak-anak.. hari ini kita kedatangan teman baru dari Jakarta lho, namanya Nadia.” Ustadzah Nova mengenalkan aku kepada teman-teman baruku. “Silahkan Mba Nadia memperkenalkan diri dulu agar lebih akrab ya” sambung Ustadzah Nova. Ustadzah Nova ini jilbabnya besar dan lebar, dan ku perhatikan sepertinya semua guru disini berpenampilan seperti itu. “Wah wahhh kayak di pesantren saja sih” gumamku dalam hati. Ustadzahku mengenalkan aku sebagai murid baru dengan bahasa yang sangat lembut dan halus. Aku arahkan pandangan ke sekeliling kelas, karena ini Sekolah Islam muridnya yang perempuan wajib mengenakan jilbab. Mereka tersenyum ramah kepadaku, dan menanyakan beberapa pertanyaan mengenaiku. Aku berdoa semoga aku betah disini, bersama orang-orang Kampung ini gumamku.

Aku duduk di sebelah murid, Hafshah namanya. Jilbab juga besar, berkacamata, senyumnya manis dan setelah ku perhatikan dia selalu mengenakkan dekker/ manset tangan tiap hari. Dengan lembut dia menyapaku, “Assalamualaikum Nadia... namaku Hafshah, silahkan duduk disini” sambil mengulurkan tangannya. “Oya namaku Nadia, terima kasih ya Hafshah” jawabku singkat. Aku pun duduk di sebelahnya. Saat guru Wali Kelasku menjelaskan, semua menyimak pelajaran dengan tertib. Weleh weleh... ini muridnya pada tertib-tertib sekali ya rupanya. Tidak ada yang gojek atau bermain sendiri rupanya. Padahal biasanya kalo disekolahku yang lama, saat guru menjelaskan hanya beberapa orang saja yang menyimak, yang lain ada yang asyik mengobrol sendiri, membaca komik, menggambar, atau berbuat hal onar lainnya.

Setelah jam istirahat, aku pun belajar al-Quran. Disini memakai Metode Ummi, yang katanya “Menyenangkan dan Menyentuh Hati”. Baiklah mari kita lihat seperti apa belajarnya. Dalam 1 jam pelajaran al-Quran, aku belajar hafalan dan tahsin al-Quran. Karena aku murid baru aku dimasukkan di Jilid 3 sesuai hasil placement tes kata Ustadzahku. Di sekolahku yang lama, aku sebenarnya sudah menghafal beberapa surat pendek dan sudah sampai bacaan al-Quran. Namun karena Metode yang berbeda, dan tajwidku yang belum standar aku pun turun jilid. Yaahh walaupun aku agak kesal, tapi ya sudah lah aku ikuti saja belajar al-Quran disini. Ternyata cukup mengasyikkan juga dan tidak membosankan. Ustadzah memberikan contoh, baik itu hafalan maupun bacaan jilid yang akan aku baca. Teman-teman baruku juga membantu jika aku mengalami kesulitan. Wahh rupanya mereka sangat baik ya.

Dan hari demi hari, bulan demi bulan pun ku lalui di sekolah ini. Tadinya aku fikir aku bakal tidak betah di sekolah ini dan minta pindah saja ke sekolah di kota yang lebih modern dan tidak banyak ngajinya. Namun ternyata aku salah, aku begitu menikmati dan jatuh hati dengan suasana di sekolah ini. Lingkungannya adem, ayem, dan asri. Guru-gurunya baik sekali selalu mengingatkan dalam kebaikan walau memang di awal-awal masuk sekolah ini rasanya bosan sekali diberikan nasihat setiap hari he he... Namun Ustadzahku tidak bosan dan lelah memberikan nasihat kepada kami. Teman-teman baruku juga lumayan asyik, walau mereka tinggal di desa namun ada dari mereka yang juga suka nonton Drama Korea seperti hobiku saat di sekolah yang lama. Namun, karena 1 teman baruku aku mulai meninggalkan hobi lamaku dan mempunyai hobi baru. Apakah itu? Lanjut ya kita baca ceritanya...

Masih ingat kan dengan Hafshah teman baruku yang duduk sebangku denganku. Dia anak yang cantik dan manis. Sangat sopan dan suaranya lembut sekali. Dia memakai pakaian yang sangat syari. Jilbabnya lebar, dan selalu memakai dekker atau manset. Saat ku tanyakan kenapa dia selalu memakai dekker setiap hari? Padahal kan sekarang ini kita sering kegerahan apakah kamu tidak merasa kepanasan? Katanya “Pergelangan tangan kita adalah aurat juga lho Nadia, jadi kita harus menutupinya” jawab Hafshah. Oya setiap kali jam istirahat, aku perhatikan Hafshah jarang sekali jajan ke kantin. Dia cukup makan snack yang disediakan dari sekolah, setelah itu ia akan mengambil al-Qurannya terus membacanya untuk mengulang-ulang hafalannya. Maa sya Allah anak ini rajin sekali fikirku. Ternyata saat ku tanya sekarang hafalan dia sudah mencapai 2 juz katanya. Walau dia di Kelas Reguler yang sebenarnya program hafalannya tidak terlalu banyak, dia menghafal secara mandiri di waktu-waktu istirahat, menunggu jemputan dan saat dirumahnya bersama Bunda nya. 

Karena melihat pemandangan seperti itu setiap ha
ri, aku merasa penasaran kepada Hafshah, kenapa dia sangat rajin sekali menghafal al-Quran. Saat ku tanyakan itu kepadanya, dia menjawab, “Nadia... Aku ingin menjadi penghafal al-Quran agar aku bisa masuk surga dan mengajak keluargaku juga masuk surga” jawabnya dengan mantap walau agak tersipu malu. “Aku belum bisa membalas kebaikan-kebaikan dari orangtuaku, jadi ini adalah sebagai baktiku kepada kedua orang tua ku Nadia” sambungnya. Mendengar jawabannya, aku langsung teringat kepada Papah dan Mamahku, setiap hari mereka bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhanku. Namun aku sering sekali membantah apa yang mereka perintahkan. Bahkan untuk melaksanakan shalat 5 waktu saja aku masih bolong-bolong. Hikss rasanya kok malu sekali ya. 

Setelah mendengar perkataan Hafshah hari itu, aku terus melamun membayangkan betapa banyak kesalahan dan dosa yang kulakukan kepada Papah mamahku dan tentu saja kepada Allah. Sesampainya dirumah, aku langsung menemui Mamahku dan mencium tangan mamahku sambil berucap, “Mamah... maafkan anakmu ini ya... yang sering bandel dan menyusahkan Mamah” kataku sambil terisak mengeluarkan air mata. Mamah yang sedang didapur, tentu saja menjadi bingung dengan perlakuanku, namun juga ikut merasa terharu, “Maa sya Allah iyaa Nadia sayangnya Mamah, kenapa ini? Tentu Mamah memaafkan kamu dan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.” Kata Mamah dengan lirih juga. “Aku sayang Mamah dan Papah, aku ingin berubah menjadi anak baik dan penghafal al-Quran agar kita sekeluarga masuk surga ya Mah” kembali ucapku kepada Mamah. Mamah yang mendengar perkataanku langsung mengaminkan dan merestui apa yang menjadi keinginanku.

Alhamdulillah itulah sedikit cerita dariku ya teman... awal aku sangat bersemangat ingin menjadi Penghafal al-Quran karena sahabatku Hafshah. Jadi pesanku kepada kalian semua, pandai-pandailah memilih teman ya. Pilihlah teman yang baik, yang mengingatkanmu selalu dalam hal kebaikan, walau mungkin dia tidak gaul atau asyik namun percayalah teman sejati adalah teman yang selalu mengingatkanmu untuk senantiasa ingat dan dekat kepada Allah. 

Oya setelah menamatkan SD di SD IT ini aku melanjutkan di Pesantren Tahfizh. Alhamdulillah saat aku kelas 9 SMP aku menyelesaikan hafalan sebanyak 15 juz. Dan menginjak kelas XI SMA aku bisa menyelesaikan hafalan 30 Juz. Aku berdoa semoga aku bisa menjaga hafalanku dengan baik. Dan mengajak Papah Mamahku masuk ke surga. Aamiin.

*Sebuah cerita pendek fiksi inspiratif

Oleh: Ayun Afifah, S.Pd., Guru Al-Qur'an SDIT Hidayatullah


Previous Post
Next Post