PAHLAWAN ITU BERNAMA GURU

 


PAHLAWAN ITU BERNAMA GURU

(Edisi Hari Guru Nasional)

Oleh: Hendra Nugroho


بسم الله الرحمن الرحيم

Kalau kita bisa membuka kembali tentang sejarah yang sangat populer dari seorang Kaisar Jepang bernama Hirohito untuk menyelamatkan negaranya setelah dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki itu diluluhlantahkan oleh bom yang diledakkan oleh pasukan sekutu pada Agustus 1945 di akhir perang dunia dua. Dan ini termasuk pada catatan awal sejarah kemajuan negara Jepang.

Pada saat Kaisar Hirohito mendengar kabar hancurnya kota Hiroshima dan Nagasaki yang diakibatkan oleh bom, maka dia merespon hal tersebut dengan memberikan pertanyaan kepada para jendral. Pertanyaannya adalah;

“Berapa guru yang tersisa?”. 

Pertanyaan yang membuat para jendral bingung keheran-heranan. Karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Kaisar Hirohitu itu menurut mereka sangat tidak umum. Pertanyaan umum biasanya yang ditanyakan oleh para pemimpin negara adalah, “berapa jumlah tentara yang tersisa?, berapa perangkat senjata yang ada?, atau armada militer yang tersisa?”.

Namun setelah digali, ternyata alasan dibalik pertanyaan Kaisar Hirohito itu adalah bahwa Jepang telah jatuh, hal ini karena Jepang tidak belajar. Boleh jadi kekuatan militer Jepang pada saat itu kuat, namun Jepang tidak memiliki pengetahuan tentang bom yang dijatuhkan oleh Amerika di kedua kota mereka.

Singkat cerita, keputusan para jendral untuk mengikuti arahan Kaisar Hirohito perihal mengumpulkan guru di seluruh pelosok Jepang adalah keputusan yang sangat tepat. Pada akhirnya sebayak 45.000 guru diberikan arahan oleh Kaisar Hirohito untuk bergerak membangun negara Jepang. Kehadiran guru sangat penting bagi mereka, oleh karena itu Jepang hanya butuh waktu sekitar 40 tahun untuk membangun negaranya melalui ilmu pengetahuan. Sampai saat ini kita sama-sama mengetahui bagaimana Jepang sekarang menjadi negara maju, terkhusus perkembangan yang sangat pesat dalam dunia pendidikan.

Lantas bagaimana dengan guru di negara kita Indonesia?, dan bagaimana Islam memposisikannya?

Sebagaiamana kita pahami bahwa, yang namanya pahlawan memiliki arti dan peranan penting bagi bangsa dan negara, contohnya dari kisah Jepang di atas. Guru memiliki posisi yang sangat strategis bagi pembangunan sebuah bangsa dan negara, maka bisa dikatakan guru sebagai pahlawan bangsa. Bahkan lebih dari itu, arti dan peranan penting itu meluas kepada setiap individu. Guru sangat berarti bagi setiap individu murid.

Kandungan makna dalam diri seorang guru adalah mulia, mereka adalah pahlawan di bumi mana pun guru itu berada. Hanya saja pandangan yang dilontarkan, baik itu oleh pemerintah, maupun masyarakat, guru hanya dipandang sebelah mata. Seolah profesi guru itu adalah profesi yang berada di bawah profesi yang lainnya. Padahal satu orang guru bisa menciptakan ribuan bahkan jutaan orang hebat. Satu orang guru mampu menciptakan ratusan profesi. 

Dari seorang gurulah dokter itu tercipta, dari seorang gurulah tentara itu bisa angkat senjata, dan dari seorang gurulah presiden itu bertahta.

Maka dalam Islam kedudukan guru itu adalah mulia dan terhormat. Mereka adalah pewaris para Nabi, yang mengajarkan ilmu dan pengetahuan, mengajarkan adab dan akhlak mulia, dan mendesain serta membangun peradaban. Maka selayaknya kita mengatakan bahwa guru adalah pahlawanku, yang menyelamatkanku dari kebodohan dan keterpurukan, yang menjaga bumi ini dari kerusakan. Karena kalau seandainya tidak ada guru, maka tentu bangsa dan negara ini akan rusak dan berantakan. Tangan-tangan yang penuh kebodohan akan mengakibatkan kerusakan di daratan dan di lautan.

Bagi saudaraku yang berprofesi sebagai guru, berbahagialah anda dan kita semua. Allah memuliakan kita, dan seluruh makhluk mendo’akan kita semua atas kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan. Jangan berputus asa dari rahmat Allah, dan jangan merasa berkecil hati dengan menyandang profesi guru. Atas izin Allah semua kebaikan di dunia dan di akhirat akan kita dapatkan. Sebagaimana disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya yang berbunyi;

 عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

Pahala memang tidak berasa, namun dia diimani dan dijiwai. Ilmu yang bermanfaat yang kita berikan kepada murid kita, kemudian mereka merasakan manfaatknya, maka pahala jariyah akan terus mengalir meskipun ketiadaan kita di dunia. Apalagi kalau ilmu itu terus berantai, diturunkuan dari satu generasi ke generasi, dari setiap individu ke individu lainnya. Maka gurulah yang pertama kali itu mengajarkan akan mendulang banyak pahala sebagai bekal bertemu dengan Allah subhanhu wata’alaa.

“Guru adalah pahlawan, dia adalah lentera dalam kegelapan, penunjuk jalan kebenaran hingga sampai tujuan”.


Wallahu Ta’ala A’lam...

Selamat Hari Guru, 25 November 2024"

Latest
Next Post