Oleh : Ustadz Hendra Nugroho
Sebagaimana kita ketahui, bahwa pemerintah Indonesia telah menyatakan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan bahwa hari lahir PGRI (Persatuan Guru Repubik Indonesia) pada tanggal 25 November yang ditandai sebagai Hari Guru Nasional.
Keputusan tersebut adalah sebagai penghormatan atas perjuangan guru yang telah melewati sejarah penjang mengiringi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peran guru sangat penting dan sangat berpengaruh pada terciptanya Kemerdekaan Indonesia pada saat itu. Para guru dan para ulama berperan aktif menciptakan generasi dan rakyat yang cerdas, tangguh, dan berilmu. Karena dengan modal dasar pendidikan dan pengetahuan ini, maka akan terciptanya persatuan dan kesatuan dalam melawan dan mengusir penjajah.
Lalu, siapa sebenarnya guru itu?
Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan demikian, guru merupakan salah satu faktor yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan dasar serta turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. (kemendikbud.go.id)
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullahu ta’ala berkata:
فَاالشَيْخُ وَالْمُعَلِمُ وَالْمُؤَدِبُ اَبُ الرُوْحِ وَالوَالِدُ اَبُ الجِسْمِ
Artinya: “Syaikh, Pengajar, dan Pendidik adalah bapak dari ruh. Sedang orang tua adalah bapak dari badan.”
Berdasarkan dua pejelasan di atas tentang makna guru, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa kedudukan guru adalah sangat mulia di hadapan manusia, terlebih mulia di hadapan Allah SWT. Guru adalah pewaris para Nabi yang dido’akan oleh para makluk ciptaanNya yang mulia. Yang mengajarkan ilmu, mengangakat kebodohan, dan manjadikan manusia mulia karena ilmu dan pengetahuannya.
Kemudian apa dan bagaimana gerak perubahannya?
Di antara gerak perubahan yang bisa dilakukan guru terhadap dirinya, terhadap ilmunya, dan terhadap muridnya adalah:
Pertama, Ketulusan dan Keikhlasan.
Guru sebagai profesi yang mulia tentunya harus didasari dengan hati yang tulus dalam mendidik dan mengajar muridnya. Point penting ini, tentu akan menjaga kemuliaan guru itu sendiri, juga yang tak kalah penting adalah menjaga kesucian ilmu. Sebagaimana kita ketahui, Imam Syafi’i rahimahhullah berkata dalam sya’irnya bahwa, “... Ilmu itu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang suka bermaksiat.”
Apakah orang yang tidak ikhlas adalah maksiat?
Tentu saja, jika kita memahami bahwa ketidakikhlasan adalah riya dan atau pengharapan kepada selain Allah, tentu ini akan sangat berpengaruh pada proses dan tujuan pendidikan. Jika kita hanya berharap pada tunjangan yang dibayarkan tiap bulannya, tentu ini sangat kecil dan tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan berupa ilmu kepada murid-murid kita.
Maka lihatlah keberkahan dari sisi lain. Dengan memaknai bahwa keberkahan itu adalah bertambahnya kebaikan. Kita tidak memiliki uang, tetapi keluarga sehat. Kita tidak memiliki banyak uang, tetapi kita masih bisa melakukan ibadah dengan tenang, dan lain sebagainya.
Kedua, Menjaga Hubungan dengan Allah.
Seorang guru bukan pekerja yang membuat dan mencetak benda mati. Tetapi guru adalah orang menciptakan generasi hebat, menciptakan para pemimpin bangsa, dan menciptakan para ahli yang kemudian akan meyebar di seluruh penjuru dunia.
Oleh karena itu, seorang guru dalam mentransfer ilmu akan menjumpai hambatan atau tantangan yang jauh lebih berat. Karena guru mengajar para murid yang memiliki hati dan pikiran. Hati manusia akan selalu berubah, kadang condong pada ketaatan dan kadang pula condong pada kemaksiatan. Dan memiliki pikiran yang setiap detik dan setiap menit akan dimasuki informasi-informasi baik dari dalam diri maupun dari luar. Baik itu informasi yang baik maupun informasi yang buruk.
Maka dengan demikian, mengarahkan dan mendidik murid akan terasa sulit bila seorang guru tidak dekat dengan RabbNya. Sejatinya kita sebagai manusia memiliki tugas dan kewajiban kepada Rabbnya, yaitu menghamba dan beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Az Zariyat ayat 56 yang artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Sebagai mana kita ketahui bersama juga bahwa, model mendidik yang paling efektif adalah dengan keteladanan. Hal ini jauh-jauh hari sudah Rasulallah SAW contohkan bagaimana keteladanan beliau dalam mendidik para sahabatnya. Beliau yang sudah dijamin masuk syurga saja, tidak meninggalkan qiyamul lail sampai kedua kaki beliau mengalami bengkak. Hal ini merupakan keteladanan beliau dalam mendidik para sahabatnya, bahwa beliau selalu menjaga hubungannya dengan Allah SWT.
Ketiga, Senantiasa Mengembangkan Diri.
Berbicara tentang guru tidak hanya seputar pada ruang kelas yang berukuran 7 kali 7 meter persegi. Tetapi berbicara guru adalah mengikat semuanya, karena guru terikat secara global. Oleh karena itu, jika kita melihat perkembangan dunia dari tahun ke tahun, masa ke masa, itu akan terus berjalan begitu cepat dan pesat. Maka apakah guru hanya mencukupkan diri dengan ilmu yang didapatnya pada saat kuliah S1 empat tahun, S2 dua tahun, dan S3 dua tahun?. Tentu jawabannya adalah tidak.
Guru harus senantiasa merasa haus dengan ilmu dan pengetahuan, mempelajari dunia digital dan teknologi agar guru mampu mengajarkan ilmu dengan menyusaikan dunia kekinian. Karena murid-murid kita saat ini adalah generasi yang sangat dekat dan lengket dengan dunia digital dan teknologi. Dan pengaruhnya akan sangat besar terhadap mereka. Maka di sini pentinya guru ketika garu sudah sama-sama belajar bahkan lebih tahu dari murid-murid tentang digital dan teknologi. Guru hadir sebagai penyeimbang dan melakukan filiterisasi, memilah dan memilih yang baik untuk murid-murid kita semua.
Wallahu Ta’ala A’lam...
Selamat hari guru, 25 November 2023
(Ustadz Hendra Nugroho adalah guru Al-Qur'an SD IT Hidayatullah Yogyakarta)