Oleh : Muhammad Rifki Saputra, S.Pd.I.
Rekan-rekan serta sahabat - sahabatku dalam seperjuangan yang dirahmati Allah SWT.
Pekan ini tentu menjadi pekan yang berat bagi kita semua, saudara seiman kita dipanggil lebih dahulu oleh Allah SWT. Tidak ada yang menyangka bahwa ia akan begitu cepat dicukupkan rejeki berupa usia. Dicukupkan waktunya untuk beramal shalih, dicukupkan waktunya untuk saling berlomba-lomba dalam kebaikan dengan kita semua.
Hari sebelumnya, ayahanda dari salah satu rekan kita pun dipanggil kembali oleh Allah SWT. Pun demikian takdirnya, ketika Allah juga mencukupkan kehidupannya di dunia ini.
Ini menujukkan bahwa firman Allah yang artinya -"setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati" - adalah takdir yang akan kita hadapi.
Oleh karena itu, apa yang baru saja kita hadapi bisa jadi kita akan menyebutnya sebagai pekan duka cita atau bahkan bulan duka cita. Sebagaimana hal yang sama pernah dirasakan oleh Rasulullah SAW dimana dalam waktu yang berdekatan orang-orang tercinta beliau dicukupkan masa hidup nya. Orang-orang yang membantu perjuangan beliau disaat tidak ada bantuan selain orang-orang terdekatnya yang kemudian dikenal sebagai _'aamul huzn'_ tahun duka cita atau kesedihan.
Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, tidak ada yang abadi. Semua fana, ketika sudah waktunya untuk pergi, hilang dan lenyap dari dunia ini, maka tidak ada yang dapat menundanya.
Percaya kepada takdir adalah bagian dari perwujudan keimanan kepada Allah. Bahwa segala apa yang terjadi di dunia ini tidak pernah lepas sedetikpun dari kuasa Allah SWT.
Tugas kita selanjutnya adalah memberikan do'a terbaik kepada orang-orang tercinta yang telah mendahului agar diberikan tempat terbaik disisi Allah SWT. Do'a agar segala amal ibadahnya diterima, dosa-dosa nya diampuni Allah.
Tugas lainnya adalah melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh saudara-saudara kita tersebut agar nilai-nilai perjuangan itu tetap abadi dan kita semua menjadi saksi bersama bahwa saudari kita tersebut adalah bagian dari orang-orang yang banyak melakukan kebaikan, banyak melakukan amal shalih dimana kelak pada hari kiamat kita semua menjadi saksi.
Oleh karena itu, rekan-rekan yang dirahmati Allah. Hal yang manusiawi kemudian untuk kita tidak mungkin bisa langsung move on. Terlebih peristiwa ini baru saja terjadi, tentunya masih segar dalam ingatan segala hal yang telah dilakukan bersama-sama, ada niat yang belum tertunaikan, ada janji yang belum terlaksana untuk dijalankan bersama, dan tentu pula terlalu banyak untuk kita tuliskan satu persatu apa yang menjadi kenangan kebaikan kepada almarhumah.
Namun, kita juga telah diingatkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW agar tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang menjadikan kita lupa dan lalai dari takdir Allah SWT.
Sesungguhnya, mata meneteskan air matanya, hati diliputi kesedihan, tetapi aku tidak mengucapkan, kecuali apa yang diridhai oleh Allah. Itulah salah satu pesan dari Nabi kepada Ummatnya ketika salah satu anak beliau meninggal dunia yaitu Ibrahim.
Bukan kah kematian juga bagian dari kabar gembira bagi ruh karena akan segera bertemu dengan Rabb nya.
Firman Allah SWT menjadi pengingat bagi kita semua agar tidak larut terlalu lama dan dalam pada sebuah kesedihan apatah lagi kemudian meratapinya seakan-akan itu adalah takdir yang buruk.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS. Ali Imran: 169-170)
Kiranya nasehat ini menjadi penguat bagi saya pribadi dan kita semua dalam menghadapi ujian kematian yang menjadi takdir Allah SWT.
Jazakumullahu khairan wa barakallahu fiikum
Muhammad Rifki Saputra, S.Pd.I., Kepala Sekolah SDIT Hidayatullah Yogyakarta