www.sdithidayatullah.net | Suatu hal yang paling penting dalam proses pembangunan umat manusia adalah pendidikan, oleh karenanya dunia pendidikan tidak akan pernah kering dari permasalahan-permasalahan seputar pendidikan. Salah satu permasalahan itu adalah mendidik anak, dimana anak merupakan generasi penerus pertumbuhan dan perkembangan umat manusia, sehingga tujuan manusia menjadi seorang khalifah di bumi tercapai.
Lingkungan keluarga sebagai tempat anak belajar
berbicara dan berbuat baik pada orang lain, tempat anak belajar bersabar dan
saling menghargari, mengharuskan orang tua untuk menciptakan iklim pendidikan
yang kondusif bagi perkembangan kognitif, afektif, maupun psikomotor
anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dituntut membina dan
mengembangkan aspek akhlak, aspek akal, aspek sosial, aspek jasmani maupun
aspek psikis anak dengan tujuan tercapainya kesempurnaan selaku hamba Allah dan
segenap dimensinya, baik vertikal pada Rabbnya maupun horizontal yaitu sebagai
makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, yang
kesemuanya teraktualisasikan dengan landasan al-Qur'an dan as-Sunnah.
BAGAIMANA SEORANG IBU MEMENEJ KELUARGA?
Irawati Istadi, seorang
penulis aktif yang telah menghasilkan sekitar 17 buku yang berkaitan dengan
dunia parenting, seperti Dwilogi Mendidik Anak dengan Cinta, Bunda Manager Keluarga,
Istimewakan Setiap Anak, Ayo Marah, dan masih banyak lagi,- dalam
sebuah kesempatan menegaskan pentingnya manajemen keluarga baik bagi seorang ibu
yang bekerja di luar rumah maupun yang tidak bekerja di luar rumah. Ia pun
berbagi pengalamannya bagaimana menyusun kerangka manajemen keluarga yang baik.
“Materi manajemen keluarga ini mulai saya pelajari saat saya punya
anak ke-3. Semula prakteknya memang sulit, banyak mindset berpikir yang harus
diluruskan dan banyak pembiasaan yang harus diubah. Namun alhamdulillah,
manfaatnya sangat terasa membantu pengelolaan keluarga lebih rapi dn
profesional, hingga memiliki 6 anak, alhamdulillah saya bisa jadi lebih
produktif daripada sebelum-sebelumnya.”
Lebih lanjut Irawati menambahkan, “Saya belajar lebih
profesional mengatur keluarga dengan menetapkan tujuan, target, dan
rencana-rencana jangka panjang, menengah dan pendek. Untuk lebih mudah
merapikan manajemennya, saya bagi seluruh urusan rumah tangga bunda yang
biasanya overload ke dalam 8 departemen. Hal ini agar lebih mudah kita
merencanakan kegiatannya, tahapan-tahapannya, anggaran, juga kontrol dan
evaluasinya.”
Adapun 8 departemen yang harus diduduki oleh seorang ibu sekaligus
istri adalah sebagai berikut:
1. Dept. Personalia
Adalah tugas kita untuk memahami, mengenal dan akhirnya meletakkan
masing-masing personal anggota keluarga di posisi masing-masing sesuai
karakternya. Mengenal dan memahami serta menyesuaikn diri dengan sifat-sifat
dan karakter suami saja, kadang butuh waktu bertahun-tahun. Apalagi mengenal
masing-masing anak sesuai pertumbuhn usianya, belum lagi kakek nenek yang
tinggal bersama, plus tante, paman atau ART kalau ada.
Jika kita menguasai personalia dengan baik, keluarga terhindar dari konflik dan
jadi lebih kompak.
2. Dept. Pendidikan.
Inilah tugas bunda untuk mengenal talenta anak sedini mungkin, lalu
membuat road map ke depan berikut tahapan-tahapannya sesuai minat anak
tersebut, sehingga kesuksesannya kelak sudah bisa dirancang sedini mungkin.
3. Dept. Spiritual
Yaitu tugas bunda untuk menciptakan rumah sebagai basis pendidikan
SQ terbaik bagi anak, melalui keteladanan, pembiasaan ibadah dan akhlaqul
karimah, dan penanaman nilai-nilai aqidah dalam hidup keseharian.
4. Dept Keuangan
Adalah keterampilan bunda mengelola keuangan dengan qanaah sehingga
bisa mencukupkan kebutuhan dengan apa yang diterima dari suami. Selain itu,
jika dibutuhkan pun memiliki keterampilan entrepreneurship yang bisa membantu
ekonomi keluarga.
5. Dept. SDM
Yaitu tugas bunda untuk mengembangkan potensi masing-masing anggota
keluarga sebagai aktualisasi diri, khususnya SDM bunda sendiri yang sering
terkalahkan oleh kewajibn-kewajiban yang overload. Menyediakn me time setiap
hari adalah solusi bagus untuk masalah ini.
6. Dept. Property
Adalah pengaturan sarana dan prasarana dalam rumah pun perlu
dibuatkan rencana manajemen perawatan, perbaikan juga pembelian, supaya rapi.
Kalau tidak, kadang perkara engsel pintu rusak saja sampai berbulan-bulan tak
kunjung beres gara-gara kelupaan.
7. Dept. Urusan Domestik
Urusan masak, beberes, cuci gosok masuk di sini. Ini tugas berat
yang monoton dan menghabiskn banyak waktu bunda. Agar tidak stress
menjalaninya, bunda perlu kreatifitas dan butuh ilmu untuk mengefektifkan
pekerjaan sehingga pekerjaan ini bisa hemat waktu dan tenaga, supaya bisa
disimpan tenaga bunda untuk dept. lain yg lebih penting.
8. Dept. Humas
Yaitu peran dan keaktifan yang bunda mainkan di luar rumah, akan
memberi dampak positif pada anak, namun tetap ada batasan-batasan syar'i yang
harus dipatuhi, sehingga tugas humas ini tidak mengganggu tugas utama yang
lain.
NO GADGET FOR KIDS!
Salah satu point yang disampaikan Irawati dalam kajiannya, adalah
tentang bahaya gadget terhadap anak. Ia menilai sebaiknya anak tidak diberi fasilitas
gadget dan akses internet. Buatlah proyek di rumah se-kreatif mungkin agar anak
tak fokus pada gegap gempita gadget di zaman sekarang ini. Orangtua dalam hal
ini dituntut untuk kreatif, yakni mengalihkan kebiasaan sang buah hati bermain
di depan layar kaca dengan membuat permainan yang disukai anak. Ajak bernyanyi
dan main petak umpet, misalnya. Pokoknya, buat anak senang dan nyaman bermain
bersama teman-temannya. Jangan lupa pada momen seperti ini anak diasupi dengan
permainan edukasi. Menghafal surat-surat pendek, menebak tokoh-tokoh Islam,
misalnya. Jadikan rumah sebagai sarana pendidikan anak, tanpa gadget.
Terakhir, jauhkan gadget dari jangkauan anak. Selain menjauhkan
anak dari gadget ketika tidur, segala aktivitas, baik orangtua, anak, dan orang
di sekitar harus steril dari gadget. Hal ini supaya sang anak, yang semula
sudah enjoy dengan bermain bersama orangtua atau teman sebaya, lupa akan gadget
itu sendiri.
Mengingat banyaknya efek negatif atau bahaya gadget bagi anak-anak,
bahkan orang dewasa sekalipun jika keimanan tidak menyertai penggunaan gadget,
maka sudah menjadi keharusan bagi orangtua untuk memproteksi anaknya terhadap
ancaman tersebut. Sebagai orangtua yang baik dan peduli terhadap unggul,
menjauhkan bahaya gadget dari anak adalah sebuah kewajiban. Bukan begitu?
JELI TERHADAP KELEBIHAN ANAK
Umumnya anak-anak kita suka jika diberi perhatian. Terkadang jika
ia tidak mendapatkannya dari orangtua khususnya seorang ibu atau merasa kurang,
maka ia akan mencari 1001 jalan untuk mendapatkannya. Pentingnya bagi para
orangtua agar tak salah dalam memberikan perhatian, sebab perhatian dengan cara
dan porsi yang salah akan membuat anak akan semakin meminta perhatian dengan
cara yang salah pula. Jangan sampai kita hanya fokus memperhatikan hal-hal
negatif pada diri anak.
Kebanyakan orangtua lebih banyak mengingat negatifnya anak.
Sedikit-sedikit dimarahi, sedikit-sedikit ditegur. Ketika orangtua hanya melulu
perhatian terhadap kesalahan anak, dan tidak diseimbangkan dengan hal-hal
positif dan kelebihan yang dimilikinya, maka orangtua diibaratkan hanya seperti
pemadam kebakaran, yang mana kalau tidak ada api maka akan diam saja. Orangtua
hanya akan menjadi sibuk dan bergerak hanya saat anak melakukan kesalahan.
Cara yang salah dalam memberikan perhatian hanya akan membuat anak
selalu ingat bahwa ia sudah dicap sebagai anak yang selalu negatif, karena yang
direspon hanyalah kelakuan negatifnya saja, dan anak akan berpikir; “Orangtuaku
hanya mengingatku saat aku salah”, alhasil selanjutnya ia akan senang
melakukan kesalahan terus menerus. Mengingatkan dan memperbaiki kesalahan anak
itu wajib, tapi orangtua harus mencari dan menemukan hal positif dari anak
lebih banyak dari hal-hal negatif ia dapatkan.
Cari hal positif anak sebanyak-banyaknya, berikanlah perhatian
terhadap kelebihan anak, lalu berikan penghargaan. Meski untuk hal-hal
sederhana, seperti suka tersenyum, membelai adik, menyusun mainan,
mengucap basmalah sebelum minum, dan yang lain sebagainya,
maka selanjutnya anak akan suka berbuat baik agar dapat perhatian kita, dan
tentunya dipahamkan akan ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
sekecil apapun kebaikan yang mereka lakukan.
Jangan berhenti mengaktualisasikan dan mengembangkan diri, karena kita ibu yang hebat!
(Materi Manajemen keluarga disampaikan oleh Irawati Istadi
dalam sebuah kesempatan mengisi kajian parenting yang diikuti oleh seluruh
anggota Mushida se-DIY Jateng Bagsel, Sabtu/21/05/2016 lalu)
Reporter: Ida Nahdhah
Reporter: Ida Nahdhah