Kiat Agar Mudah Memahami Ilmu


www.sdithidayatullah.net│(Senin, 26 Februari 2018) Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam kepada Rasulullah, keluarga dan sahabatnya, ‘amma ba’du. Manusia lebih mulia dari pada makhluk lain karena akal. Dengan akal, manusia dapat bepikir untuk merenungi kebesaran-kebesaran Allah. Dengan akal, manusia dapat mencari ilmu untuk bekal di dunia dan akhirat nanti. Karena segala sesuatu yang manusia lakukan haruslah dengan ilmu. Al’ilmu qablal qauli wal ‘amali (ilmu sebelum perkataan dan perbuatan).

Pada Apel pagi tadi, di hadapan seluruh murid-murid SDIT Hidayatullah Yogyakarta beserta para Bapak-Ibu Guru, Ustadz Jajang, S.Pd selaku Pembina upacara menyampaikan beberapa kiat agar seseorang mudah mendapatkan ilmu, agar ilmu yang diperoleh dari Ustadz dan Ustadzah yang setiap hari diberikan pada anak didik mudah diserap, mudah untuk diingat, dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dari ilmu tersebut tumbuhlah akhlak yang baik yang terpancar di setiap lini kehidupan murid, baik di sekolah maupun di rumah.
Ustadz Jajang, S.Pd menyampaikan tausiyah di hadapan seluruh peserta Upacara
Sebuah hadits disampaikan oleh Ustadz Jajang di awal tausiyahnya, yang berbunyi;

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ  وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ (رواه الطبراني(
"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.” (HR. Thabrani)
Lebih lanjut Ustadz Jajang memberikan beberapa kiat agar ilmu yang disampaikan oleh Guru dan kita baca dari buku bisa mudah dicerna dan dipahami, yang beliau sadur dari kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al Ghazali, bahwa syarat agar mudah diterima dan diberkahinya sebuah ilmu, yakni;
1. Dalam belajar harus senantiasa berniat karena Allah.

Ada dua motivasi dalam belajar yang sering terjadi, yang pertama hanya untuk menyimpan ilmu dalam dirinya, dan yang kedua hanya belajar karena ingin mendapatkan sesuatu. Contohnya, belajar hanya untuk agar dapat masuk ke sekolah yang bagus. Atau agar bisa mendapatkan ijazah.

Nah, dalam Islam, tidak kedua-duanya. Yang terpenting adalah diniatkan karena Allah, sehingga ilmu yang susah pun, jika diniatkan karena Allah maka hal itu akan mudah didapatkan.
Maka dari itu hendaknya kita senantiasa bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam menuntut ilmu dengan meluruskan niat, mengikhlaskan karena Allah. Apa batasan orang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut ilmu? 
Imam Ahmad menjelaskan bahwa batasan seseorang bisa dikatakan ikhlas dalam menuntut ilmu yaitu niat dalam dirinya untuk menghilangkan kebodohan dan ketidaktahuan yang ada pada dirinya. Setelah kebodohan hilang dari dirinya, dia berusaha menghilangkan kebodohan orang lain. Insya Allah dengan niat seperti itu, Allah akan memberi taufiq kepada kita untuk ikhlas dalam menuntut ilmu.
2. Berdoa dengan baik. Robbii zidnii ‘ilman, warzuqnii fahman, berdoalah setiap akan belajar, kapanpun.
3. Bersungguh-sungguh, memperhatikan dengan fokus dan baik apa yang disampaikan oleh guru.
Bersungguh-sungguh dalam belajar.
4. Menghormati Guru.
Adab merupakan kunci ilmu, siapa yang tidak beradab maka tidak ada ilmu baginya. ketika kita memandang seorang guru dengan pandangan menghinakan maka ilmu akan sulit kita terima atau memaksa guru untuk menjawab pertanyaan hal itu tidak beradab. Maka beradablah karena itulah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
5. Memperbanyak amal shalih.
Jika kita senang mengerjalkan amalan yang baik, maka yakinilah bahwa Allah pun akan memudahkan langkah kita dalam mendapatkan ilmu. Sehingga menjadi mudah pula jalan kita menuju surga-Nya, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim;
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu maka Allah memudahkan jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Perbanyak amal shalih
6. Menjauhi maksiat.
Suatu ketika Imam Syafi’i berkeluh kesah tentang sebuah masalah kepada gurunya, yang sering dipanggil Syaikh Waqi. Imam Syafi’I mengadu bahwa dirinya susah dalam menghafal. Terutama ketika beliau menghafal Al-Qur’an. Syaikh Waqi pun menjawab, “Tinggalkanlah maksiat. Ketahuilah bahwa ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang gemar bermaksiat”.
Demikianlah kita-kiat agar kita mudah mendapatkan ilmu yang telah disampaikan oleh Ustadz Jajang, semoga Allah memberkahi dan meridhai usaha kita dalam mencari ilmu yang berguna bagi dunia dan akhirat kelak. Allaahumma aamiin.

Laporan & Foto: Rida Nahdhah

Previous Post
Next Post