Momentum Istimewa di Tahun Ajaran Baru




Oleh: Untung Purnomo, S.Pd.
                                                        
Ada dua momentum menarik kita rasakan di Bulan Juli 2016, sebagai seorang mukmin kita menggunakan setiap momentum yang ada untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan pada Allah S.W.T.

Momentum pertama, adanya Bulan Sawwal. Bulan Sawwal adalah salah satu rangkaian bulan pada tahun hijriyah. Bulan yang posisinya di urutan setelah bulan Ramadhan. Bulan Sawwal bulan di mana seorang mukmin yang sudah menjalani “diklat” sebulan penuh dituntut membuktikan hasil diklatnya. Jika dia mengerjakan amalan yang dituntunkan di Bulan Ramadhan dengan penuh semangat adalah sesuatu hal yang wajar. Namun di Bulan Sawwal ini motivasi ibadahnya diuji. Dengan berubahnya hukum maupun pahala yang dijanjikan apakah dia juga masih bersemangat mengerjakan amalan ibadah sebagaimana di Bulan Ramadhan.

Seorang mukmin yang lulus dari tarbiyyah di Bulan Ramadhan akan berusaha menjaga dan melanjutkan amalan ibadah di bulan Sawwal ini. Bahkan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik daripada di bulan Ramadhan. Amalan-amalan ibadah yang dapat dikerjakan bermacam-macam, di antaranya puasa sawwal, tadarrus al quran, shalat lail, sedekah, shalat sunnah dan lain sebagainya. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah s.a.w. memberi gambaran tentang hal ini, orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, orang yang rugi adalah orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dan orang celaka adalah orang yang hari ini lebih buruk dari pada hari kemarin. Naudzubillahi min dzalik.

Di sinilah salah satu makna nama sawwal yang berarti peningkatan, patut menjadi renungan bagi setiap muslim. Peningkatan iman dan takwa serta kualitas dan kuantitas amalan ibadah harus jadi visi menjalani aktivitas di bulan Sawwal ini.

Momentum kedua, adanya awal tahun ajaran baru bagi siswa dan guru. Mengapa momentum ini di bulan Juli 2016 tahun ini menarik? Awal tahun ajaran baru merupakan masa krusial terutama bagi siswa mengawali kegiatan masuk sekolah. Siswa menemui banyak hal baru di awal tahun ajaran ini. Wali kelas baru, ruang kelas baru, lingkungan baru, teman baru, peralatan sekolah baru dan yang lebih penting materi pelajaran yang baru juga. Bagi siswa kelas satu terlebih lagi, mereka akan mendapati suasana dan sesuatu  yang sama sekali berbeda dari apa yang sudah dialami sebelumnya.

Kebetulan pula, awal tahun ajaran ini didahului dengan liburan kenaikan kelas dan Idul fitri yang relatif panjang. Lebih dari sebulan. Sekitar satu bulan siswa off dari aktivitas belajar formal di sekolah. Beragam kegiatan mereka kerjakan selama liburan. Ada yang positif ada juga yang negatif. Karena lamanya masa liburan ini siswa butuh dukungan ekstra dari berbagai pihak untuk mengembalikan minat dan motivasi belajar mereka. Di sinilah sekolah, dalam hal ini guru, perlu merencanakan kegiatan orientasi yang tahun ini diberi istilah Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Jika kegiatan ini direncanakan secara baik maka masa recovery setelah liburan membawa dampak positif bagi siswa dan sekolah. Saking pentingnya masalah ini, tahun ini pula, pejabat dinas Kemendikbud tingkat bawah sampai tingkat menteri memberi arahan bagi sekolah dalam menyelenggarakan Pengenalan Lingkungan Sekolah.

Awal tahun pelajaran kali ini bersamaan juga munculnya kasus mencuat di bidang pendidikan. Yaitu adanya guru yang harus menjalani proses hukum di pengadilan karena berusaha melatih dan membangun sikap disiplin dan tanggungjawab siswa. Permasalahan ini sudah diupayakan selesai lewat jalur kekeluargaan, namun beberapa pihak masih keukeuh membawa masalah ini selesai lewat jalur hukum.

Pro dan kontra menanggapi masalah ini ramai menjadi topik perbincangan. Sesuai dengan argumentasinya masing-masing. Baik yang membicarakan apa yang dilakukan guru kepada murid ataupun yang dilakukan orangtua murid terhadap guru yang bersangkutan. Permasalahan ini tidak menjadi pembahasan di sini karena keterbatasan ruang. Namun satu hal penting patut menjadi perhatian bagi sekolah dan orangtua, yaitu perlunya membangun kesepahaman dan kesepakatan dalam menyelenggarakan pendidikan. Apa yang dilakukan guru tidak akan menimbulkan permasalahan jangka panjang jika sudah disepakti kedua belah pihak bahkan membawa efek positif bagi terbangunnya sikap belajar, disiplin dan tanggungjawab pada diri siswa. 

Sudahkah ini kita lakukan?

Akhirnya, satu hal yang menjadi kesimpulan dari pembahasan ini mari kita jadikan momentum ini sebagai upaya untuk terus menerus melakukan upaya perbaikan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan. Sehingga peningkatan terjadi bukan hanya dari aspek takwa, keimanan, dan amal ibadah saja, namun juga penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah kita tercinta. Wal ‘asr. Innal insana lafii khusr. Illaladziina amanu wa’amiliusshalihati watawa shaubil haq watawa shaubis shabr. (Al ‘Asr 1-3).

Penulis: Untung Purnomo, S.Pd. Bagian SDM dan Guru Kelas SDIT Hidayatullah Yogyakarta
Tulisan ini pernah dimuat di Buletin Cinta Al-Qur'an Edisi Juli 2016
Previous Post
Next Post