Fauzil Adhim : Diskusi, Bukan Debat


Oleh Mohammad Fauzil Adhim


Tak ada diskusi ketika semangatnya menjatuhkan. Bukan mencari kebenaran. Tak ada musyawarah ketika ambisinya kemenangan. Bukan.kebaikan. Ada saat ketika menghindari debat dan berhenti darinya itu diganjar pahala sangat besar, yakni ketika debat mengarah pada perpecahan (mira’). Menghindari perdebatan yang semacam ini, meskipun kita berada di pihak yang benar, besar pahalanya surga ganjarannya.

Mendiskusikan ilmu itu baik dan penuh manfaat. Tapi memperdebatkannya amatlah buruk. Diskusi membukakan pikiran dan mendekatkan hati sesama penuntut ilmu. Adapun memperdebatkan ilmu, Imam Malik rahimahullah berkata, “Perdebatan tentang ilmu itu membuat hati keras dan menimbulkan kedengkian.”

Imam Syafi'i rahimahullah juga mengingatkan kita, “Percekcokan dalam agama itu mengeraskan hati dan menanamkan kedengkian yang sangat.”

Renungilah sejenak hadis riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah; Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat." Lalu beliau membaca (ayat): “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Nah. Maka salah satu bekal menuntut ilmu adalah menahan diri dari berdebat untuk maksud berbantah-bantahan dan menjatuhkan lawan bicara. Jika diskusi telah mengarah kepada mira', sedapat mungkin kita mengingatkan. Tetapi jika tetap dalam perdebatan yang mengarah kepada sikap saling menjatuhkan saling mengolok, maka memilih untuk tidak melanjutkan perdebatan (mira') itu jauh lebih utama meskipun beresiko disangka tak berani. Sangat berbeda penakut dengan menahan diri dari hal-hal yang membawa kerusakan (mafsadat).

Al-Auza'i: “Jika Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum maka Allah menetapkan jidal pada diri mereka dan menghalangi mereka dari amal.”

Marilah kita ingat sejenak sebuah hadis riwayat Imam Baihaqi berkenaan dengan Nabi Sulaiman ‘alaihis salam kepada anaknya:
يَا بُنَيَّ، إِيَّاكَ وَالْمِرَاءَ، فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ، وَهُوَ يُهِيجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الْإِخْوَانِ

“Wahai Anakku, tinggalkanlah mira’ (mendebat karena ragu dan menentang, debat untuk menjatuhkan) itu, karena manfaatnya sedikit. Dan ia membangkitkan permusuhan di antara orang-orang yang bersaudara.” ( HR. Baihaqi).

Maka, apakah yang dapat kita renungi darinya?

Mari sejenak kita renungi perkataan Imam Ahmad rahimahullah sebagaimana dinukil Ibnu Abdil Barr, “Tak akan pernah bahagia orang yang suka berdebat. Dan tidaklah engkau menjumpai seseorang yang suka berdebat kecuali di hatinya tersimpan sebuah penyakit.”



Nah. Bagaimanakah dengan kita?

Mohammad Fauzil Adhim, Penulis Buku
Twitter @kupinang
FansPage FaceBook Mohammad Fauzil Adhim
Previous Post
Next Post