Kajian Parenting: "Peran Orangtua Dalam Mendukung Program Sekolah Untuk Meningkatkan Prestasi Anak"


www.sdithidayatullah.net | Sabtu (14/01/2018) SDIT Hidayatullah Yogyakarta kembali mengadakan kajian parenting : "Peran Orangtua Dalam Mendukung Program Sekolah Untuk Meningkatkan Prestasi Anak" bersama Ustadz Fatan Fantastik sebagai pembicara dan diikuti ratusan wali murid.

Dalam sambutannya Ustadz Subhan Birori, menyampaikan bahwa jika forsitu tenang-tenang saja maka tidak bisa selamanya seperti itu, harus ada komunikasi atau halaqah seperti yang dulu pernah disampaikan

Beliau menyampaikan bahwa kedepan untuk kelas 6 ujian akan kembali seperti dulu, sistem UASBN. Ustadz Subhan juga menekankan kepada para orangtua agar anak-anak terus dimotivasi agar tetap semangat untuk belajar

"Tidak cukup hanya dengan dimotivasi tapi juga diniatkan dan memberikan teladan". Kata beliau

Beliau juga menekankan kepada para wali untuk tetap waspada mengawasi anak-anak.

"Jangan memberikan keleluasaan kepada anak untuk memegang HP". Lanjut beliau

Rangkaian acara selanjutnya adalah materi yang akan disampaikan oleh ustadz Fatan Fantastik.

"Mendidik itu sangat penting, dan itu bukan hanya tugas guru, tapi juga orangtua. Dialog bapak kepada anak di dalam Al-Qur'an lebih bnyak, ini menunjukkan bahwa ayah memiliki peranan yg sangat penting". Kata beliau mengawali materi.

Beliau juga menyampaikan konsep Nabi dalam mendidik anak, diantaranya:
1. Tanggung jawab mendidik
2. Meluruskan tujuan menikah
3. Memberikan nafkah halal
4. Kesalehan orangtua
5. Mendoakan anak
6. Konsep fitrah bahwa anak itu sejatinya semua baik

Beliau juga menjelaskan konsep yang selama ini kita kenal bahwa anak muda adalah masa badai dan stress, sehingga ketika anak muda mengalami kegalauan biarkan saja adalah tidak tepat.

"Abg (anak baru gendeng), Alay (anak layang -layang)". Kelakar beliau.

Beliau menyampaikan bahwa ketika orangtua dan guru fokus pada kekurangan anak maka hanya akan mengurusi kekurangan anak. Ada hal yang lebih efektif daripada sibuk mengurusi kekurangan dan kenakalan anak, yaitu proaktif memenuhi kebutuhan anak. Bukan hanya untuk berprestasi pendek yaitu lulus SD, SMP atau pun SMA, tapi lebih daripada itu anak memiliki kualitas yang menjadikannya berbeda dan unggul, kita tidak bisa menghindari perkembangan zaman, tapi yang lebih penting adalah kita menyiapkan anak-anak kita untuk menghadap zamannya, bahkan mempengaruhi zamannya untuk kejayaan Islam.

"Kalau usia SD saran saya tidak, usia SMP saya memilih tidak, usia SMA, di pondok kami usia SMA juga tidak diberi HP, lalu kapan memberikannya? Saat lulus SMA namun dengan syarat". Jelas beliau saat pembahasan tentang teknologi yang semakin maju.


Beliau juga menekankan ketika anak diberikan HP orangtua harus bijak mengawasi dalam menggunakan. Dan menyampaikan sebuah penelitian bahwa jika orangtua, guru dan sekolah bekerja sama untuk melakukan tindakan proaktif maka akan melahirkan anak yang baik.

Selanjutnya beliau membahas lebih lanjut tentang pendekatan proaktif.
"Nurturing Relationship, ada yang tau artinya?" Tanya beliau, yaitu "ngemong", fokus memberikan pengasuhan dan perhatian kepada anak.

Anak harus memiliki satu figur lekat, saat merasa tidak aman dia mendekat kepada figur lekat ini. Jangan membanding-bandingkan anak dengan saudara kandungnya yang lain atau dengan anak tetangga. Karna ketika kita fokus kepada anak, kita akan menemukan kelebihan pada anak.

Figur lekat sangat besar pengaruhnya, ciuman, pelukan dan belaian kepada anak dari seorang ibu juga memiliki pengaruh yang besar. Sebuah penelitian mengatakan ketika anak sering mendapat ciuman dari ibunya maka ia:
1. Cenderung konsen belajar
2. Cenderung tenang
3. Cenderung prestasinya naik

Rasulullah juga suka mencium anak dan memperhatikan hak anak, dan terkadang orangtua melupakan hak anak. Apa itu hak anak? Yaitu janji kita kepada anak.

"Kapan waktu yang tepat memberikan pengokohan kepada anak bapak-ibu sekalian?" Tanya beliau.

Menurut Rasulullah ada beberapa waktu yang tepat untuk memberikan pengokohan kepada anak.
1. Saat sela-sela makan
2. Saat perjalanan
3. Saat sakit

Beliau kembali menegaskan tentang figur lekat, bahwa jika figur lekat tidak didapat dari orangtua atau keluarga, maka didapat dari sekolah. Dan yang seharusnya pertama menjadi figur lekat adalah ibunya, kemudian yang kedua ayahnya.

"Anak suatu saat akan menjadi almamater SDIT, tapi tidak akan pernah menjadi almamater anak kita, maka jangan pernah lepas komunikasi dengan sekolah". Pesan beliau.

Beliau menambahkan bahwa ada tiga pilar penting dalam pendidikan :
1. Rumah
2. Masjid
3. Sekolah

Setelah acara kajian parenting selesai, para wali murid langsung pulang karna tidak ada agenda pertemuan dengan wali kelas seperti biasanya.


Laporan @yuliasfita
Powered by Blogger.
close